sukabumiheadline.com – Kitab Alfiyyah ibnu Mālik atau Al-Khulasa al-Alfiyya adalah permata intelektual yang bersinar di dunia pendidikan Islam, kitab ini memang memiliki nilai penting dalam pengkajian ilmu nahwu dan sharf di berbagai Pesantren di Nusantara.
Kitab tersebut dikarang oleh Imam Muhammad bin Abdillāh bin Mālik Ath-Taiy al-Andalusi yang di kenal dengan Ibnu Malik, beliau adalah sosok ulama besar yang memiliki kontribusi signifikan dalam pengembangan ilmu bahasa Arab. Baca selengkapnya: Mengenal ulama asal Spanyol dan kitab Alfiyah Ibnu Malik buku syair berirama tata bahasa Arab
Dalam Muqoddimah kitab Syarh at-Tashīl, Ibn Malik lahir pada 600 H di Spanyol. Ia banyak menimba ilmu kepada ulama Andalusia waktu itu, di antaranya Tsabit bin Muhammad bin Yusuf al-Kala’i al-Garnathi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam kitab As-sibawaih kepada ayahnya, mengambil beberapa qiroat dari Abi al-a’bbas bin Nawwar, dan di antara guru-gurunya yang lain adalah Abi Shodiq al-Hasan bin Shibbah, Abi al-Fadl Najmuddin, Ali bin Muhammad as-Sakhowi, dan Ibn al-Hajib.
Kemudian, ibnu malik menetap di Damasykus (Syiria), dan wafat di sana pada Sya’ban 672 H. Jasadnya dimakamkan di lereng Gunung Qasioun.
Kitab Alfiyyah Ibn Malik telah mendapatkan berbagai komentar dan penjelasan dari berbagai ulama. Ini menunjukkan pentingnya karya ini dalam dunia keilmuan Islam dan bagaimana pemahaman mengenainya telah berkembang dari generasi ke generasi.
Tercatat ratusan syarah yang ditulis para ulama setelahnya. Syarah pertama dari kitab Alfiyyah ini berjudul Syarah Ibn an-Nadzīm yang di tulis oleh putra Ibnu Malik sendiri yang bernama Imam Badruddin.
Bahkan, tidak hanya ulama dari luar negeri, tetapi juga ulama-ulama Nusantara telah memberikan kontribusi berharga dalam mensyarahi kitab Alfiyyah Ibnu Malik, baik dengan menggunakan bahasa Arab, ataupun dengan bahasa daerah masing-masing.
Sejumlah ulama Nusantara tercatat seperti KH Fadlol Senori Tuban dengan judul Tashīl al-Masālik, KH Bisri Mustofa Rembang (ayah Gus Mus) berjudul Ausāt al-Masalīk, dan KH Misbah Mustofa Bangilan Tuban berjudul at-Tarjamah al-Wustha.
Begitupun ulama tatar Pasundan, selain kitab Tashīl al Masālik karya Ajengan Abdullah bin Hasan Kongsi, Kitab Tarjamah Alfiyyah karya KH Ahmad Maki, juga kitab Taqrīrat Alfiyyah Ibnu Malik yang ditulis KH Ridwanullah Cimahpar, Sukabumi, Jawa Barat.
Profil KH Muhammad Ridwanullah
KH Muhammad Ridwanullah berasal dari Kampung/Kelurahan/Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi. Ia menjalani pendidikan dimulai di Pondok Pesantren (Ponpes) Warudoyong, di bawah bimbingan Mama KH Inayatullah.
Namun, semangatnya dalam menuntut ilmu membawanya ke perjalanan yang lebih jauh. Atas permintaan orang tuanya, KH Muhammad Ridwanullah melanjutkan pendidikan di Ponpes Jengjing di bawah asuhan KH Abdullah bin H Salim.
Di sinilah ia menghabiskan tujuh tahun berharga dalam menimba ilmu. Setelah mengenyam pendidikan di Jengjing, beliau melanjutkan pendidikannya di berbagai pesantren lainnya.
Salah satu pesantren yang beliau singgahi adalah Ponpes Cibereum yang dipimpin KH Mahmud Zamahsyari, di mana ia menghabiskan dua tahun yang sangat berharga.
KH Muhammad Ridwanullah juga memperdalam pengetahuan agamanya di Pesantren Sempur, Kabupaten Purwakarta, yang dipimpin oleh KH Tb. Ahmad Bakri, serta Ponpes Cijambe Fauzan yang diasuh oleh KH Izuddin.
Pengabdian KH Muhammad Ridwanullah terhadap ilmu tidak pernah surut. Ia sering kali mengikuti pengajian yang digelar tokoh agama terkemuka. Salah satu contohnya adalah pengajian yang diadakan oleh Habib Syeikh bin Salim Alatas di Cisaat, Kabupaten Sukabumi.
Beliau sangat bersemangat dalam belajar dan mengajarkan ilmu agama. Beliau mendirikan Ponpes Riyadlul Muta’allimin di Babakan Cimahpar pada 1971. Di sana, ia mengajarkan banyak kitab agama kepada para santri.
Salah satu karya penting beliau adalah penjelasan dari kitab Alfiyyah karya Ibnu Malik. Ia menulis penjelasan ini atas permintaan beberapa santri, dan menggunakan bahasa Sunda untuk menjelaskannya, dalam muqaddimah tertulis.
أما بعد : هواتوس كا فرا سنتري أنو يروهونكن كان كتاب الفيه هويوغ دي تقرير كلاوان تقريران سوندا ، كو مركي ساكيتو سم كورغ أنو ضاعف تور أنو بغة بودو تور أنو بغة بوتوه كان رحمة الله أنو اكوغ الحاج محمد رضوان الله بن عبد المجيد في قرية بباكن چي مهفار الخ .
Hawatos ka para santri anu nyaruhunkeun kana alfiyyah hoyong di taqrir kalawan Taqrīran Sunda ,ku margi sakitu sim kuring anu dho’if tur anu banget bodo tur anu banget butuh kana Rohmat Allah anu agung alhaj Muhammad Ridwanullah bin Abdul Majid fi qiryati Babakan Cimahpar//kasihan terhadap para santri yang meminta kitab Alfiah untuk di taqrir dengan Taqrīran Sunda,sebab itu saya yang dho’if dan paling bodo dan sangat butuh pada Rahmat Allah yang agung Haji Muhammad Ridwanullah bin Abdul Majid kampung Babakan Cimahpar.
Dalam catatan terakhir kitab ini, terungkap bahwa penyelesaian penulisan pada Kamis, 15 Sya’ban. Sayangnya, catatan tersebut tidak memberikan informasi mengenai tahun.
Meskipun begitu, kisah ini mencakup sebanyak 255 halaman yang mengandung beragam pengetahuan yang tak ternilai.
Salah satu aspek menarik dari kitab ini adalah penggunaan aksara pegon yang disebutkan sangat mudah dipahami dan ditulis oleh sebagian santrinya.
Namun, penjelasan Alfiyyah bukanlah satu-satunya karya yang dihasilkan oleh KH Muhammad Ridwanullah. Ia juga menulis banyak karya lain yang mencakup berbagai aspek ilmu agama. Termasuk di antaranya tata bahasa Arab dan ilmu Shorof, seperti:
- Taqrīrat Nadzm Alfiyyah (Bahasa Arab)
- Tarjamah Jurummiyah Sunda
- Taqrīrat Nadzm Maqsud
- Taqrīrat Nadzm Jurumiyyah
- Kitab Tashrifan
- Kitab Tarkiban Jurumiyyah
- Kitab Ngasalkeun Sorof
Pengajarannya sangat unik. Kitab yang ia bacakan itu selalu di-taqrir, lalu di tulis di papan tulis, dan dibaca langsung oleh para santri. Ia juga menulis banyak karya, bahkan ketika ada tamu yang datang.
KH Muhammad Ridwanullah wafat pada 2013 di usia 72 tahun, ia adalah contoh nyata bagaimana perjalanan menimba ilmu dapat membentuk dan memengaruhi seorang individu.
Perjalanan pendidikannya yang beragam dan tekun membentuknya menjadi seorang ulama produktif yang memberikan kontribusi besar dalam pengajaran dan penyebaran ilmu agama.