sukabumiheadline.com – Sebuah lokasi di tengah area persawahan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, disebut Hiroshima 2 karena hanya menyisakan puing-puing bangunan bersejarah di area persawahan milik warga.
Catatan sejarah mengenai situs ini memang masih simpang siur. Ada yang bilang dulunya Hiroshima 2 merupakan sebuah kota. Namun, ada pula yang menyebutnya hanya sebuah kompleks militer.
Situs yang berlokasi di kampung Pojok, Desa Tegal Panjang, Kecamatan Cireunghas, Kabupaten Sukabumi, ini sempat menghebohkan warga hingga kemudian dijuluki Hiroshima 2. Baca selengkapnya: Mengurai benang kusut sejarah Hiroshima 2 Sukabumi, benarkah sebuah kota?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menarik perhatian eks Kapolda Jawa Barat

Sejumlah temuan lapangan yang mencuat dari kawasan Tegal Panjang, Kecamatan Cireunghas, kembali memantik diskusi publik mengenai kemungkinan adanya kompleks militer kolonial skala besar yang pernah beroperasi di wilayah tersebut.
Meski demikian, hingga kini belum ada bukti formal dari arsip pemerintah kolonial Belanda, dokumen Jepang, maupun publikasi akademik yang menetapkan Sukabumi sebagai basis militer kolonial pertama di Nusantara.
Pandangan ini disampaikan oleh dua tokoh yang datang ke lokasi, yakni Irjen Pol (P) H. Anton Charliyan, dan Kombes (P) Rd. Dindin R. Danoeredja.
Mereka menilai indikasi struktur militer di kawasan tersebut sangat kuat dan luas, bahkan menyerupai pusat pertahanan terpadu. Pendapat tersebut disampaikan melihat temuan di lapangan.
“Berdasarkan penelusuran warga dan dokumentasi lapangan, ditemukan sejumlah struktur yang menunjukkan karakter kompleks militer dengan sistem pertahanan lengkap, antara lain landasan helipad, rumah sakit militer, antor telegraf, lokasi pembuatan mesiu, dan pos pantau,” jelas Anton dikutip sukabumiheadline.com, Ahad (23/11/2024).
“Selain itu, ada rel kereta militer, benteng pembatas, asrama prajurit, dan terowongan bawah tanah,” imbuhnya.

Jika seluruh indikasi ini benar dibangun sejak masa kolonial Belanda dan dilanjutkan penggunaannya oleh Jepang, maka kawasan ini sangat mungkin menjadi pusat pertahanan penting di wilayah Priangan.
Namun, hal tersebut tidak otomatis mengukuhkannya sebagai basis militer kolonial pertama di Nusantara.
Untuk informasi, Sukabumi tercatat sebagai salah satu pusat pendidikan keamanan pada masa kolonial Belanda. Beberapa catatan sejarah menyebutkan bahwa kota ini pernah digunakan sebagai tempat pelatihan Polisi Bumiputera, Pusat Pendidikan Administrasi dan Keamanan Kolonial, dan Sentra Kontrol Penjagaan Wilayah Priangan.
Beberapa pendapat juga menyatakan sekolah ini mungkin juga menjadi jalur perekrutan personel keamanan kolonial yang memiliki fungsi semi-militer. Namun, pendapat tersebut masih membutuhkan pembuktian dokumen resmi.
Dari rangkaian temuan dan analisis awal, mereka menyimpulkan struktur Tegal Panjang–Cireunghas sangat kuat menunjukkan karakter kompleks militer besar yang dahulu dirahasiakan.
“Ada indikasi kawasan tersebut digunakan oleh Belanda, kemudian Jepang. Secara geografis, posisi wilayah ini sangat strategis sebagai benteng pertahanan Priangan. Namun status sebagai basis militer kolonial pertama masih perlu dibuktikan melalui penelitian akademik resmi,” jelas dia.
Para pemerhati sejarah dan tokoh masyarakat mendorong adanya riset formal yang melibatkan Ekskavasi resmi Balai Arkeologi atau BPCB, Penelusuran arsip kolonial di Nationaal Archief, Den Haag, pencarian dokumen militer Jepang masa pendudukan, lemetaan geospasial profesional, dan pendataan struktur menggunakan teknologi.
Riset mendalam diyakini akan mampu mengungkap fakta sejarah penting terkait keberadaan kompleks militer tersembunyi di Sukabumi yang selama ini hanya menjadi legenda lokal.









