sukabumiheadline.com l Banyak yang meyakini bahwa Indonesia adalah negeri yang diberkati Allah SWT dan dicintai Rasulullah Muhammad SAW melalui salah satu haditsnya yang menurut para ulama secara tersirat menyebut Indonesia.
Bahkan, kecintaan Allah dan rasulullah juga ditegaskan dengan adanya salah seorang sahabat Rasulullah yang dimakamkan di Indonesia.
Mengenal Barus, Sumatera Utara
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sahabat Nabi Muhammad yang dimakamkan di Indonesia konon berada di Barus, salah satu daerah pesisir di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
Bukan tanpa alasan, Barus sebagai satu daerah memang sudah sejak masa peradaban kuno dikenal sebagai penghasil kapur barus.
Bahkan, sejumlah literatur sejarah menyebutkan bahwa Islam di Indonesia pertama kali muncul di Barus. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan makam tua di kawasan pemakaman Mahligai, Barus, pada abad ke-7.
Di batu nisan makam tersebut ditulis Syekh Rukunuddin yang wafat pada 672 M atau 48 Hijriah. Hal itulah yang memperkuat keyakinan adanya komunitas umat Muslim pada masa itu.
Catatan sejarah lainnya menyebut bahwa sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW pun, yakni pada 571 Masehi (Tahun Gajah), Barus sudah lama dikenal dan menjadi jalur perdagangan para saudagar dari berbagi penjuru dunia.
Konon, pada masa Fir’aun (Raja Mesir) sekira 7.000 tahun lalu, para saudagar datang ke Barus untuk mengambil kapur sebagai pengawet dan mummi atau jasad para Fir’aun Mesir.
Tak mengherankan jika kemudian Barus dikenal sebagai pintu masuknya Islam di Indonesia, sehingga bertepatan hari Jumat 24 Maret 2017 lalu, Presiden Jokowi meresmikan tugu titik nol pusat peradaban Islam Nusantara di kota ini.
Hal itu ditandai dengan keberadaan makan para auliya di kota yang berjarak sekira 337 kilometer dari Kota Medan atau memakan waktu 6-7 jam perjalanan darat itu.
Selain makam Syaikh Rukunuddin yang wafat pada 672 Masehi (48 Hijriyah), terdapat sebuah makam berukuran tujuh meter yang disebut-sebut sebagai makam sahabat Nabi Muhammad SAW.
Makam yang terletak di puncak bukit ini hingga sekarang selalu ramai diziarahi umat Muslim. Tampak pada nisan yang terbuat dari batu cadas, tertulis nama Syaikh Mahmud Fil Hadratul Maut (Yaman) yang ditarikhkan 34 sampai 44 Hijriyah, atau pada masa itu Khalifah Mu’awiyah bin Abu Sufyan radhiyallahu ‘anhuma.
Di lokasi ini juga terdapat Makam Papan Tinggi, yaitu lima makam lain yang menurut cerita adalah makam keturunan Syaikh Mahmud. Selain Makam Papan Tinggi, di Barus juga terdapat lebih dari 200 makam yang terletak di atas perbukitan Desa Dakka, Kecamatan Barus.
Kisah Sahabat Rasulullah SAW Hijarah ke Indonesia
Adapun, sahabat Nabi Muhammad SAW yang dikuburkan di Indonesia, adalah Syaikh Mahmud yang berada di puncak Bukit Barus. Syaikh Mahmud sendiri dikenal sebagai sahabat Nabi SAW yang pernah hijrah ke Indonesia.
Sebuah literatur menyebutkan, Abdurrahman bin Muadz bin Jabal, dan putera-puteranya Syaikh Mahmud dan Ismail berdakwah dan wafat di Barus pada sekira 625 M/4 Hijriyah. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah [Nusantara], 1929).
Disebutkan, Abdurrahman bin Muadz datang dari Hadhramaut Yaman membawa putranya Mahmud untuk berdakwah ke Nusantara hingga akhirnya memutuskan untuk menetap di Barus.
Diketahui, makam Syaikh Mahmud berada di atas sebuah bukit di Desa Pananggahan, Kecamatan Barus Utara. Hal itu ditandai dengan adanya tulisan pada batu nisan, tertulis nama Syaikh Mahmud Fil Hadratul Maut (Yaman) yang ditarikhkan sejak 34 sampai 44 Hijriyah.
Selain Syaikh Mahmud, sahabat Nabi yang disebut-sebut pernah berdakwah ke Indonesia melalui Barus adalah Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu. Disebutkan, Sa’ad singgah di Barus sebelum melanjutkan perjalanannya ke Cina pada 616 M.
Setelah berdakwah di China, beliau kembali ke Madinah. Menurut riwayat, Sa’ad bin Abi Waqqash dimakamkan di pemakaman Baqi’ Madinah.
Kedatangan dua sahabat Rasulullah SAW, Syaikh Mahmud Fil Hadratul Maut dan Sa’ad bin Abi Waqqash itulah yang diyakini para ulama sebagai bukti lain kecintaan Nabi Muhammad SAW terhadap Indonesia.
Makam Sahabat Nabi Muhammad SAW di Indonesia
Dilansir di kanal YouTube Muhibbin Auliya Barus, banyak makam berukuran panjang di Barus. Ini bukan menunjukkan besar atau tingginya fisik orangnya. Tetapi lebih kepada maqom (derajat) keilmuannya. Sebab biasanya yang memakai tradisi ini adalah para sufi.
Namun, meskipun banyak dikisahkan para ulama, ada juga kalangan yang menyakini bahwa Syaikh Mahmud bukanlah sahabat Nabi Muhammad.
Sejumlah kalangan menyebutkan bahwa Syaikh Mahmud penyebar Islam di Barus bukanlah sahabat Nabi yang merupakan putra dari Abdurrahman bin Muadz bin Jabal. Syaikh Mahmud diyakini hanya seorang auliya asal Hadhramaut Yaman yang datang ke Barus untuk menyebarkan Islam.
Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu sendiri diketahui sebagai salah satu sahabat Nabi dari kaum Anshar. Ia dikenal sebagai duta besar Islam yang pertama dikirim Rasulullah SAW dan berjuluk “Abu Abdurahman”.
Muadz bin Jabal sendiri lahir di Madinah dan memeluk Islam pada usia 18 tahun. Rasulullah SAW pernah mengirimnya ke Yaman untuk berdakwah. Muadz bin Jabal wafat Tahun 18 Hijriyah pada usia 33 tahun (riwayat lain usia 38 tahun), ketika terjadi wabah di Syam. Kala itu beliau diutus ke Syam oleh khalifah Umar bin Khattab.
Menurut Al-Istiaab, jilid 3 halaman 1402, hingga wafatnya Muadz, ia tidak memiliki keturunan yang meneruskan perjuangannya. Hal itu karena satu-satunya putra Muad yang bernama Abdurrahman juga meninggal dunia karena terkena wabah.