sukabumiheadline.com – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat saat ini tengah menggodok Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Desa Adat.
Dalam upaya menjaring masukan dari publik, pemprov menggelar Forum Kajian Ilmiah, Dalam Rangka Penyusunan Naskah Akademik & Rancangan Perda tentang Desa Adat, pada Selasa (15/4/2025).
Abah Asep Nugraha, Tokoh Adat Kasepuhan Sinaresmi, Banten Kidul, di Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, hadir sebagai salah satu narasumber dalam forum tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dikonfirmasi melalui telepon, Abah Asep Nugraha menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan kali pertama dalam konteks penyusunan perda.
“Ya ini yang pertama kali diundang. Abah sangat mengapresiasi kegiatan ini sebagai bukti pemerintah serius dan memiliki komitmen kuat terhadap pelestarian budaya,” katanya kepada sukabumuheadline.com, Rabu (16/4/2025) sore.
“Sebelumnya juga pernah diundang pak Sandiaga Uno, tapi tentunya itu Desa Adat hanya dalam konteks kepariwisataan,” imbuhnya.

Dalam forum yang dibuka Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Jawa Barat, Mochamad Ade Afriandi itu, Abah Asep Nugraha antara lain menyampaikan usulan agar kampung adat dipisahkan dari pemerintahan desa di mana saat ini secara administratif menetap.
“Ya abah mengusulkan agar Desa Adat ini bisa benar-benar mandiri, terpisah dari pemerintahan desa saat ini. Menurut Abah ini penting, karena sistem pemerintahan desa relatif tidak sesuai dengan nilai-nilai kearifan lokal di kampung adat,” katanya.
Sebagai salah satu contoh, kata Abah Asep Nugraha, pemilihan kepala desa (pilkades) seringkali memicu konflik horizontal di tingkat bawah antara kubu yang menang dan kalah.
“Konflik ini bisa berlarut-larut. Bahkan hingga beberapa tahun setelah selesai pemilihan. Sementara di sisi lain, Abah sendiri harus berpihak dan menentukan pilihan. Dalam konteks kehidupan sehari-hari warga Kasepuhan praktik ini tidak cocok diterapkan, karena semangat kami membangun dan merawat itu menekankan pada kebersamaan dan gotong royong,” paparnya.

Untuk itu, dalam forum tersebut, Abah Asep Nugraha menyampaikan usulan agar kampung adat menjadi Desa Adat definitif dengan sejumlah keistimewaan yang diberikan. Dengan demikian, berbeda dengan pemerintahan desa pada umumnya.
Dalam forum dengan Moderator Tribudi Yudo Pramono dari Gerai Berdesa itu, Abah Asep Nugraha menyampaikan salah satu keistimewaan Desa Adat usulannya, adalah dengan ditiadakannya pemilihan kepala desa.
“Dengan begitu, tidak akan ada lagi konflik horizontal akibat pilkades. Selain itu, kebijakan di level desa lebih berkesinambungan, sehingga sejalan dengan semangat kebersamaan dalam kehidupan warga Kasepuhan,” paparnya.
Abah Asep Nugraha melanjutkan, harapannya ke depan Desa Adat menjadi semacam Desa Istimewa. Ia mencotohkan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang memiliki kemampuan melestarikan adat istiadat, karena dipimpin secara turun temurun.
“Sehingga harapan ke depan, tidak akan terjadi lagi di mana setiap ganti kepala desa diikuti dengan perubahan kebijakan,” lanjutanya.
“Namun, tetap dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena prinsip kami adalah nyanghulu ka hukum, nunjang ka nagara, mufakat jeung balarea,” pungkas Abah Asep Nugraha.
Mengenal Desa Adat Kasepuhan Sinar Resmi
Kasepuhan Banten Kidul adalah kelompok masyarakat adat Sunda yang tinggal di sekitar Gunung Halimun, terutama di wilayah Kabupaten Lebak, Banten, dan di wilayah utara Kabupaten Bogor, hingga Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Masyarakat Kasepuhan Banten Kidul sekarang melingkup beberapa desa tradisional dan setengah tradisional di tiga kabupaten berbeda di Banten dan Jawa Barat. Hingga kini, mereka masih mengakui kepemimpinan adat setempat.
Di Sukabumi, terdapat Kasepuhan Sinar Resmi, Kasepuhan Gelar Alam dan Kasepuhan Cipta Mulya. Selain itu, untuk wilayah Lebak dan Bogor juga terdapat Kasepuhan Cisungsang, Kasepuhan Cisitu, Kasepuhan Cicarucub, Kasepuhan Citorek, serta Kasepuhan Cibedug. Baca selengkapnya: Kasepuhan Adat Banten Kidul: Dari Lebak ke Sukabumi, Aki Buyut Bao Rosa hingga Abah Asep Nugraha