22.9 C
Sukabumi
Sabtu, April 20, 2024

Di utara Sukabumi macet, pantai selatan gelombang tinggi

sukabumiheadline.com - Arus kendaraan pada musim libur...

Smartphone dengan Peforma Mewah, Spesifikasi Xiaomi 13T Dilengkapi Kamera Leica

sukabumiheadline.com - Xiaomi selalu menjadi incaran bagi...

Jadwal, Rute dan Tarif DAMRI Sagaranten, Tegalbuleud, Surade dan Palabuhanratu

sukabumiheadline.com l DAMRI terus memperkuat konektivitas dengan...

Pemuda Spanyol Mualaf Setelah Sempat Benci Islam dan Ateis

Gaya hidupPemuda Spanyol Mualaf Setelah Sempat Benci Islam dan Ateis

SUKABUMIHEADLINE.com – Sergio, bule asal Spanyol, ini empat ateis dan membenci Islam. Tak hanya itu, ia bahkan pernah merundung Muslim di negaranya.

Diakui Sergio, pengalaman spiritualnya sebelum mengenal Islam, memerlukan serangkaian momen tak terduga, sebelum akhirnya memutuskan mualaf.

Dilahirkan dari keluarga Kristen liberal, Sergio lahir dan tumbuh di Kota Madrid. “Orang tua saya sangat normal, sangat liberal. Mereka tidak akan mendorong kami untuk pergi ke gereja atau percaya pada apa pun,” dikutip sukabumiheadlines.com dari kanal YouTube Renung Kalbu, Sabtu (25/12/2021).

Mengaku tak begitu mendalami agama dan tidak memiliki aktivitas keagamaan, Sergio kecil lebih memilih bermain bola hingga remaja. Namun, dari hobinya itu, pikiran Sergio mulai mempertanyakan asal mula dibentuknya manusia dan keberadaan Tuhan.

“Saya lebih terlibat dalam permainan sekolah untuk menghabiskan waktu. Ketika saya masih kecil, mencoba untuk mencari tahu keberadaan saya, mengapa saya ada di sana dan bagaimana, mengapa saya melihat penampilan saya. Dan saya akan menanyai orang-orang seperti apakah Anda percaya pada Tuhan? Tidakkah Anda percaya pada Tuhan? Jika mereka jawab tidak, saya akan marah, seperti mengapa Anda tidak percaya pada Tuhan,” kenang pria berusia 24 tahun itu.

Saat itu, Sergio yang masih anak-anak tidak tahu kalau Yesus adalah Tuhan menurut kepercayaan agama kristen. Sebab, ia tumbuh dengan pemahaman liberal.

“Saya tidak pernah mengira Tuhan adalah Yesus seperti banyak keluarga Kristen percayai. Jadi saya akan selalu bertanya kepada teman-teman saya dan semua orang tentang keberadaan Tuhan. Itu adalah salah satu pertanyaan utama yang akan selalu saya tanyakan,” ujarnya.

Dalam prespektif Sergio, timbul pemikiran negatif tentang Islam dan Muslim. Hingga Sergio juga tak pernah lagi mendalami agamanya dan sudah melupakan Tuhannya ketika ia pindah sekolah di usia 13 tahun.

“Agama benar-benar menghilang dari kehidupan kami karena kami memilih untuk tidak menjalani kelas agama lagi. Kami memilih untuk tidak terlibat dengan praktik keagamaan. Jadi saya akan mengatakan bahwa sejak saat itu Tuhan benar-benar menghilang dari kehidupan saya,” kata dia.

Namun, perspektifnya tentang Islam juga sangat buruk. Islam digambarkan sebagai hal yang sangat buruk, muslim sangat negatif.

Tak heran, saat itu Sergio remaja kerap merundung seorang Muslim yang berasal dari Maroko. Sergio juga mengaku bahwa di sekolahnya tak pernah ada pelajaran terkait agama Islam, sehingga hanya mengenal Islam dari pandangan masyarakat luas di lingkungannya.

Belakangan, ia mulai tertarik pada Islam setelah mengetahui fakta bahwa orang Muslim merupakan penemu negaranya.

“Saya menemukan tentang Al-andalus yang menemukan Madrid. Madrid sebenarnya ditemukan oleh orang muslim. Saya menemukan kehidupan islam yang sebenarnya di Spanyol selama 800 tahun,” tuturnya.

Ia kemudian berpikir apa pun yang tidak dipelajari seharusnya dipelajari hingga kemudian ia mengaku kagum dengan bagaimana mereka hidup, bagaimana mereka memperlakukan orang, bagaimana mereka melindungi orang Yahudi dan Kristen.

“Mereka semua hidup dalam komunitas yang merupakan contoh indah sebuah bangsa dan itu sangat mengejutkan dan sangat memuaskan di hati saya,” kata Sergio.

Di usianya yang beranjak dewasa, Sergio memutuskan untuk pindah ke Inggris meskipun tanpa tujuan. Setibanya di Inggris, saat masih berusia 19 tahun, ia malah bergabung dengan kelompok rasis yang penuh dengan tindakan kekerasan.

Sergio yang tidak punya rumah dan pekerjaan lalu menggunggah di media sosia untuk mencari tempat tinggal dan orang yang mau menerimanya. Rupanya, orang baik yang mau merawatnya adalah orang Muslim yang selama ini ia benci. Seminggu tinggal dengan keluarga Muslim, kebencianya hilang karena kebaikan dan keramahan mereka.

“Setelah seminggu tinggal bersama mereka, kebencian saya sebelumnya alhamdulillah hilang sepenuhnya. Saya seperti telah sangat salah sepanjang hidup saya, tetapi sekarang saya mencari ke dalam hidup dari sudut pandang yang berbeda,” kenangnya.

Tak berhenti di situ, orang Muslim pemilik tempat tinggal Sergio itu lantas mengajaknya untuk berdiskusi tentang agama. Ternyata, Sergio merasa tertarik akan kehidupan Muslim. Salah satunya, Sergio tertarik akan alasan tak bolehnya mengonsumsi alkohol dan babi serta menjalani puasa Ramadhan.

Tetapi, Sergio tak lantas masuk Islam meski sudah tertarik dengan keyakinan tersebut. Ia memilih untuk fokus masuk ke perguruan tinggi terbaik di Inggris. Takdir pun membawa Sergio diterima di universitas bergengsi dan membuatnya semangat. Namun, ketika menghadapi ujian tertulis di universitasnya, Sergio mulai merasa stres dan terbebani.

Sergio pun teringat untuk kembali membaca soal agama Islam yang justru menenangkan hatinya. Ia melihat-lihat video pembacaan syahadat oleh para mualaf di dunia melalui Youtube. Sebagian membuat Sergio tersentuh lantaran sisi emosional dari video tersebut, bahkan membuatnya menangis. Hingga akhirnya, Sergio juga memutuskan menjadi mualaf.

“Jadi saya pergi ke rumah temanku dan saya mengucapkan syahadat saya di depannya. Jadi dia adalah saksi saya dan Allah adalah saksi saya. Itu adalah momen terindah dalam hidup saya,” kata dia.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer