sukabumiheadline.com – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan jaringan gas bumi (jargas) rumah tangga merupakan salah satu strategi utama pemerintah dalam mengurangi impor Liquefied Petroleum Gas (LPG).
Hal itu dikemukakan Bahlil saat mengecek pasokan energi jelang Lebaran di Kota Surabaya, Jawa Timur, pada Selasa (25/3/2025) lalu.
Salah satu lokasi yang dikunjungi adalah distribusi jargas rumah tangga di Rumah Susun (Rusun) Grudo, yang telah menggunakan jargas selama beberapa tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Pemerintah akan lakukan program (jargas) yang masif ini untuk menurunkan impor LPG. Selain menggunakan jargas, ada juga substitusi LPG ke Dimethyl Ether (DME),” terang Bahlil dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu (29/3/2025).
Menurut Bahlil pemanfaatan jargas di Indonesia masih tergolong kecil, meskipun penggunaannya lebih hemat hingga 40% dibandingkan LPG.
Saat ini, jargas baru tersedia di 86 kota/kabupaten, sementara di Jawa Timur sendiri, baru sekitar 6% dari total potensi pasar yang memanfaatkannya.

Sementara itu, Hendi Suhendi (45), salah seorang pemilik warung nasi di Kampung Pamatutan, Desa/Kecamatan Bojonggenteng, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, mengaku bingung dengan rencana tersebut.
Ia menyebut pemerintah kerap gonta-ganti kebijakan, namun terkesan tidak memerhatikan kondisi masyarakat di bawah seperti dirinya.
“Harusnya wacana itu juga disampaikan terperinci. Apakah akan dihapus semua atau bagaimana?” keluhnya saat diminta pendapat oleh sukabumiheadline.com, Sabtu pagi.
“Kalau dihapus semua nantinya, lalu bagaimana dengan pedagang gorengan keliling? Jangan seperti kemarin, pengecer LPG 3 kilogram dilarang, eh taunya dibolehkan lagi. Kita masyarakat kadung antri,” sesal dia.
Untuk informasi, menurut Neraca Gas Indonesia 2022-2030, rata-rata pasokan gas bumi nasional mencapai 15.087 mmscfd, sedangkan kebutuhan hanya sekitar 11.615 mmscfd. Dengan surplus tersebut, potensi pemanfaatan gas bumi untuk kebutuhan rumah tangga masih sangat besar.
Pemerintah pun terus berupaya memperluas jaringan gas dengan membangun integrasi pipa gas dari Sumatera hingga Jawa. Investasi pembangunan pipa gas bumi Cirebon-Semarang (Cisem) dan Duri-Sei Mangkei (Dusem) menjadi langkah strategis untuk menyalurkan gas dari Wilayah Kerja (WK) Agung dan WK Andaman. Gas tersebut nantinya akan disalurkan ke industri maupun langsung ke rumah tangga melalui jargas.
Jika proyek ini selesai, diperkirakan sebanyak 300 ribu rumah tangga di sepanjang pipa gas Cisem dan 600 ribu di wilayah Dusem akan mendapatkan sambungan jargas. Pemerintah menargetkan pengembangan jargas hingga 5,5 juta sambungan pada 2030. Dengan pencapaian tersebut, impor LPG diproyeksikan turun sebesar 550 kilotons per annum (ktpa), yang berpotensi menghemat subsidi LPG hingga Rp5,6 triliun per tahun.
Hingga 2024, total sambungan jargas rumah tangga yang telah terpasang mencapai 703 ribu melalui pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), serta 240 ribu sambungan dari sumber non-APBN.