Airlangga Hartarto, Menteri dan Politikus Berdarah Sukabumi

- Redaksi

Senin, 4 Juli 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Airlangga Hartarto. l Ilustrasi: Feryawi Heryadi

Airlangga Hartarto. l Ilustrasi: Feryawi Heryadi

sukabumiheadline.com – Tidak banyak yang mengetahui jika Ketua Umum (Ketum) DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto memiliki darah Sukabumi dari sang ibu.

Sebelum mengemban amanah Ketum Golkar, Airlangga yang saat ini menjabat Menko Perekonomian, dan Ketua KPC-PEN, itu pernah menjabat anggota DPR RI dua periode. Setelah itu, pada periode pertama Presiden Jokowi, dia dipercaya sebagai Menteri Perindustrian.

Airlangga Hartarto Remaja 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Airlangga Hartarto lahir di Surabaya, pada 1 Oktober 1962 dari pasangan Hartarto Sastrosoenarto-R. Hartini Soekardi.

Airlangga Hartarto meski lahir di Surabaya, tapi meneruskan sekolah menengahnya di SMA Kolese Kanisius Jakarta. Dia juga dikenal sebagai pribadi yang aktif. Saat di SMA, dia menjadi ketua OSIS.

Airlangga dikenal sukses pada bidang pendidikan, dunia usaha, dan politik. Dia juga merupakan keturunan pejuang kemerdekaan.

Cucu Pejuang asal Sukabumi

Airlangga merupakan salah satu cucu dari seorang tokoh pejuang kemerdekaan asal Sukabumi, Jawa Barat, R.H. Didi Sukardi. Nama kakek Airlangga tersebut saat ini diabadikan sebagai nama jalan di Kota Sukabumi.

Airlangga sendiri adalah putra dari Hartini (putri Didi Sukardi) dan Hartarto Sastrosunarto.

Baca Juga :  Profil Airlangga Hartarto, cucu pejuang kemerdekaan asal Sukabumi dijatuhkan dari Ketum Golkar

Dalam artikel karya Dr. Yuda Benharry Tangkilisan berjudul “R.H. Didi Sukardi and The Negara Pasundan: A Nationalist In The Federal State During The Indonesia Revolution 1945-1949“, kakek Airlangga itu merupakan salah satu tokoh yang berpengaruh terutama bagi Sukabumi.

Didi Sukardi merupakan tokoh masyarakat Sukabumi terutama masa revolusi fisik dalam mempertahankan kemerdekaan. Dia merupakan tokoh nasionalis di kancah negara federal. Hal itu dapat dilihat dari pemikiran nasionalistik yang terdapat dalam pidato-pidatonya.

Didi Sukardi sendiri sebelumnya dikenal sebagai seorang pengusaha perkebunan. Akhir tahun 1920, dia juga menjadi Dewan Kabupaten Sukabumi. Kemudian, menjadi ketua cabang dari Paguyuban Pasundan.

Sebelum memasuki era kekuasaan Jepang di Indonesia, Didi Sukardi sempat menjadi pemimpin dari Partai Indonesia Raya dan juga Gabungan Partai Politik Indonesia (GAPI). Ketika zaman pendudukan Jepang, dia menjadi petugas penghubung dari Pembela Tanah Air (PETA).

Saat Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, Didi Sukardi tengah berada di Sukabumi. Dia kemudian menjadi anggota Komite Nasional Indonesia di Sukabumi. Komite ini memiliki kontribusi terhadap ide mengirim delegasi ke pemerintahan militer Jepang di Bogor.

Baca Juga :  Ketum Partai Golkar Diperiksa Kasus Ekspor Minyak Sawit, Ini Kata Kejagung

Ketika bernegosiasi dengan penguasa Jepang dari syuchokan tentang permintaan untuk transfer kekuasaan kepada republik baru. Jepang merespon permintaan dengan kebijakan mempertahankan status quo, yaitu hanya mengikuti perintah negara-negara sekutu. Akibatnya pecah pertempuran Bojongkokosan.

Didi Sukardi kemudian diangkat menjadi menteri di Negara Federal Pasundan. Setelah Indonesia kembali menjadi negara kesatuan, dia menjadi anggota Dewan Konstituante.

Airlangga Hartarto sendiri diketahui beberapa kali berziarah ke pemakaman kakeknya itu, di TPU Ciandam, Kecamatan Cibeureum, Kota Sukabumi.

Salah satu paman Airlangga dan juga anak Didi Sukardi adalah Letkol Edi Sukardi. Letkol Edi tercatat sebagai pemimpin dalam pertempuran Bojongkokosan yang terjadi di Sukabumi, 9 Desember 1945. Pertempuran Bojongkokosan diperingati sebagai Hari Juang Siliwangi.

Dalam pertempuran Bojongkokosan, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan berbagai spektrum laskar rakyat, baik kiri maupun kanan, mencegat tentara Inggris. Sebanyak 73 anggota TKR gugur, begitu juga lebih dari 80 orang tentara Inggris tewas.

Letkol Edi pensiun dini dari dinas ketentaraan pada tahun 1957. Dia meninggal dunia di Bandung, 5 September 2014 dalam usia 98 tahun. Ia dikenal sebagai sosok yang gigih membantu kehidupan para veteran pertempuran Bojongkokosan.

Berita Terkait

Geliat Mayling Oey-Gardiner asal Sukabumi, Guru Besar FEUI hingga amicus curiae untuk Hasto
Melihat penampakan interior Kabah, kiblat Muslim seluruh dunia
Mengenang tragedi Sukabumi 1969, laga Putri Priangan vs Malaysia
Mengenal pemilik dan sejarah singkat RSI Assyifa Sukabumi
Profil dan karya Prof. Yudi Latif, Ph.D, cendekiawan Muslim asal Sukabumi
Tak hanya Muslim, pemeluk Kristen Ortodoks berkerudung, shalat dan berpuasa
Prabowo cerita banyak jamaah haji RI ingin wafat di Arab Saudi, ini respons Pangeran MBS
Gus Miftah komentari pembubaran kegiatan ibadah jemaat Kristen di Sukabumi

Berita Terkait

Kamis, 31 Juli 2025 - 04:24 WIB

Geliat Mayling Oey-Gardiner asal Sukabumi, Guru Besar FEUI hingga amicus curiae untuk Hasto

Jumat, 25 Juli 2025 - 10:05 WIB

Melihat penampakan interior Kabah, kiblat Muslim seluruh dunia

Selasa, 22 Juli 2025 - 00:29 WIB

Mengenang tragedi Sukabumi 1969, laga Putri Priangan vs Malaysia

Jumat, 18 Juli 2025 - 03:39 WIB

Mengenal pemilik dan sejarah singkat RSI Assyifa Sukabumi

Selasa, 15 Juli 2025 - 00:27 WIB

Profil dan karya Prof. Yudi Latif, Ph.D, cendekiawan Muslim asal Sukabumi

Berita Terbaru