sukabumiheadline.com – Selain melahirkan banyak pesohor di pentas hiburan Tanah Air, Sukabumi, Jawa Barat, juga merupakan kota para musisi yang populer pada zamannya.
Salah satunya, sebut saja Biru Langit yang didirikan pada tahun 80an. Band yang digawangi Nuris Iskandar ini cukup terkenal hingga era 90an. Baca selengkapnya: Mengenang Biru Langit, band pop progresif legendaris dari Sukabumi era 80-an
Selain itu, ada Bani Adam yang didirikan musisi asal Sukabumi lainnya pada tahun 1976, Farid Hardja. Penyanyi yang populer dengan lagunya yang berjudul Karmila, itu pernah beberapa kali mendirikan grup band. Baca selengkapnya: Biodata dan kisah hidup Farid Hardja, penyanyi dan komposer rock & roll legendaris asal Sukabumi
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun, jauh sebelum Farid Hardja dan mmmm, pada era 70an lahir band yang digawangi vokalis tampan asal kota ini, May Sumarna, Madesya Group.
Musisi kelahiran Sukabumi 24 Juli 1944, itu dikenal sebagai penyanyi yang populer pada masanya, berkat lagu Burung Dalam Sangkar dan Kisah Burung Kenari pada era 70an bersama group yang didirikannya Madesya Group. Baca selengkapnya: Mengenang ‘sang burung’ May Sumarna: Profil, karier penyanyi dan aktor lawas asal Sukabumi
Mendirikan Madesya Group
Ide untuk mendirikan Madesya Group pertama kali dicetuskan oleh May Sumarna pada 24 Juli 1974, saat kepulangannya di Indonesia, setelah menuai kejenuhan berkelana mengelilingi kota-kota besar di Asia Tenggara bersama The Steps.
Setelah berkeliling negara-negara Asia, May secara mengejutkan mengundurkan diri dari The Steps yang sudah dirintisnya bersama Tinton Soeprapto pada 1967. Saat itu, May beralasan karena pertimbangan anak-anak dari istirinya Sandra Sanger (Ivy, Donna & Donny) sudah besar dan ingin menetap di Tanah Air.
Berawal saat berkunjung ke studio Remaco dan termotifasi setelah melihat pentolan Koes Plus (Tonny Koeswoyo) sudah mengendarai mobil Mercy hanya dengan mengandalkan lagu-lagu yang mudah dicerna, sementara May Sumarna setiap malam di negara orang membuat lagu-lagu baru dan sangat sulit.
Dari situ, wajar saja bila akhirnya seorang May Sumarna mengikuti jalur musik pop yang saat itu disebut musik kacang goreng yang sudah didominasi beberapa grup band terdahulunya seperti Koes Plus, Panbers, Mercy’s, hingga Bimbo & Favourite’s.
Akhirnya, muncul idenya untuk mendirikan grup band yang diberi nama Madesya Group. Madesya adalah akronim dari nama personilnya May Sumarna (Bass & Vocal), Danus/Mardanus (Keyboard & Gitar), Eddy Loumantouw (Gitar & Vocal), Syahbuddin/Udin Syach (Flute & Saxophone), Yul Crizal (Drum) & Albert Sumlang (Saxophone).
Namun, May sendiri lebih senang mengartikan Madesya singkatan dari kalimat Maju Dengan Syarat.
May Sumarna sangat tahu apa yang bisa diwujudkan bagi grup barunya. Jadi, jika Madesya Group ingin maju, ada syaratnya: harus punya visi dan misi yaitu latihan terus dan harus memiliki apresiasi terhadap jenis musik yang berbeda dalam menambah wawasan bermusik, seperti musik tradisi, kroncong, pop, melayu, dan dangdut.
“Pada gilirannya, semua itu menuntut keseriusan dan disiplin sangat tinggi para anggotanya,” ungkap May Sumarna.
Hingga kemudian pada tahun yang sama, dirilislah album debutnya dengan hitsnya yang melegenda, Burung Dalam Sangkar.
Sebagai grup baru, Madesya terbilang bernasib bagus lantaran baru satu album nama mereka langsung meroket, pamornya terus meningkat dan mulai jadi idola baru.
Prestasi memang sangat dibutuhkan May Sumarna untuk menjadi terkenal. Berkat Burung Dalam Sangkar (Vol.1/Remaco), Kisah Burung Kenari (Vol.3/Remaco), Bagaikan Burung (Vol.4/Remaco), Burung Merpati (Vol.5/Remaco), Andaikan Aku Burung (Vol.1/Yukawi), dan yang terakhir namanya Kenari Yang Malang.
Keenam lagu tersebut merupakan goresan paling jempol dari imajinasi seorang May Sumarna dan sang istri Sandra Sanger dalam hal berkucica dengan sequel burungnya, karya-karya yang dibuatnya tampak lebih mewakili dari cerita yang sebenarnya terjadi di sekitar kita tentang kepeduliannya akan lestari alam dan perlindungan satwa.
Diberitakan sukabumiheadline.com sebelumnya, May Sumarna lahir di Sukabumi, pada 24 Juli 1944, dari pasangan H. Tirta Atmadja dan Hj. Suratni. Selain bermusik, May juga pernah membintangi film Ayah Tiriku Ibu Tirimu yang diproduksi pada 1977.
Tidak berlebihan jika tahun 70-an Madesya Group sudah mendapat simpati para penggemar musik pop. Terlebih dengan lagu seri burungnya, lihat saja Burung Dalam Sangkar, Kisah Burung Kenari, Bagaikan Burung, Burung Merpati, Kenari Yang Malang dan Andaikan Aku Burung.
Kiranya cerita mengenai burung ternyata mendapat sambutan dari para penggemar Madesya Group dan berhasil dinobatkan sebagai Burung Dalam Sangkar (Lagu Populer-1974), Kisah Burung Kenari (Lagu Favorit-1976), dan Andaikan Aku Burung (Lagu Terlaris-1978) pada ajang PUSPEN HANKAM.
Madesya Group bubar lalu bangkit lagi
Salah satu kagu ciptaan mereka, Kisah Burung Kenari dinyatakan sebagai salah satu lagu paling digemari, sehingga memperoleh Piringan Emas melalui angket siaran radio ABRI.
Prestasi tersebut menjadi succes story tersendiri bagi May Sumarna dengan Madesya Group. Terlebih bagi sang penciptanya Sandra Sanger dan Remaco, sebagai perusahaan rekaman yang merilis album ini.
Namun, seiring waktu berjalan, rumah tangga May Sumarna dan Sandra Sanger diterpa masalah. Alhasil, mahligai rumah tangga yang dibina selama sepuluh tahun (menikah di Sukabumi tanggal 9 November 1965) dan telah dikauniai 3 orang anak ‘Ivy dan si kembar Donna-Donny’ itupun harus diakhiri.
Kesepakatan keputusan telah diambil, mereka berpisah secara resmi medio tahun 1975, hak asuh Ivy, Donna & Donny diberikan pada May Sumarna, namun tidak ada batasan bagi Sandra untuk bertemu anak-anaknya.
Ditengah kegalauan hati akibat perceraian dengan Sandra Sanger, timbul lagi masalah baru dalam kubu Madesya Group yang mendasar pada saat performa grup mereka sudah mendapat perhatian dari pencinta musik.
Pemicu persoalan ini rata-rata seragam ‘Kalau bukan dalam soal pembagian honor yang tidak merata, faktor komunikasi di antara anggota yang tidak sejalan, juga ada kecendrungan masalah pribadi, lantaran salah satu personil lebih menonjol popularitasnya dari yang lain’.
Mula-mula Yoel Crizal keluar dan lebih banyak membantu A Riyanto di Musica Nada, disusul Nourman kemudian terjadi ketegangan antara Mardanus dan Eddy Lumantouw di satu fihak dengan May di pihak lain.
Baca Juga: Mengenang ‘sang burung’ May Sumarna: Profil, karier penyanyi dan aktor lawas asal Sukabumi
Untunglah tidak lama setelah melewati rehat yang cukup lama itu, timbul rasa sadar dalam diri May Sumarna.
Ia pun memutuskan untuk menata stirnya kembali, hasilnya tidak sia-sia. May Sumarna berhasil membawa nama Madesya untuk tegak lagi, tapi kali ini bukan di label Remaco setelah menghasilkan berbagai album dari Pop, Sunda sampai Betawi, tapi sudah berpindah di Yukawi.
Walau begitu, sejumlah media, juga pengamat musik dan pencintanya yang menyangsikan kehadiran formasi baru dan kepindahannya di recording baru belum tentu akan melahirkan sesuatu yang baru.
Namun, hal itu tidak terbukti sama sekali. Bahkan, dengan dukungan pemain baru dari eks Group Halvers ‘Untung Yus’ (Gitar & Vokal) dan adik kandung Annie Rae ‘Dhyon Rae’ (Drum), sama-sama memberi inspirasi musik ‘baru’ yang tidak kalah besarnya setelah Madesya sudah mengalami perubahan fomasi untuk kesekian kali, tetap tidak membuat warna khas Madesya berubah.
Lepas dari soal itu, yang terlihat menggembirakan dari Madesya adalah mereka makin bersemangat dan termotivasi memelihara hubungan dengan sesama personal.
Di dalam studio Yukawi mereka telah menyelesaikan sejumlah rekaman yang antara lain Andaikan Aku Burung (Vol.1), Andaikan Aku Tahu (Vol.2), Isadora (Vol.3), Isabella (Vol.4), Nona-nona (Vol.5) dan Roman Kehidupan (Vol.6).
Mereka juga telah menyelesaikan beberapa Album Pop Melayu, Sunda, Dangdut, Betawi, Jaipong hingga Jawa.
Belum lagi rekaman duet dengan beberapa penyanyi wanita, seperti Lilis Suryani, Waljinah,Tatty Saleh, Aan Barwaty, Djudju Srimulat dan beberapa rekaman dari sang permata hati ‘Donna Sumarna Batman (Vol.1), Batman VS Supermen (Vol.2) & Piring Terbang (Vol.3), di samping menerima borongan penyanyi-penyanyi lain.
Hingga kini, lagu-lagunya tersebut masih bisa didengarkan di Spotify, klik di sini