23 C
Sukabumi
Kamis, April 25, 2024

Yamaha Zuma 125 meluncur, intip harga dan penampakan detail motor matic trail

sukabumiheadline.com - Yamaha resmi memperkenalkan Zuma 125...

Kisah perjalanan spiritual Philippe Troussier, eks pelatih Timnas Vietnam Mualaf

sukabumiheadline.com - Philippe Troussier, mantan pelatih Tim...

Memahami Cara Umat Buddha Memelihara Keberagaman di Sukabumi

Gaya hidupMemahami Cara Umat Buddha Memelihara Keberagaman di Sukabumi

SUKABUMIHEADLINES.com I WARUDOYONG – Sebuah vihara berdiri kokoh dengan arsitektur klasik khas Tiongkok di Jl. Pajagalan No. 20, Kelurahan Nyomplong, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi. Warga Sukabumi mengenal bangunan tersebut dengan nama Vihara Widhi Sakti.

Lampion dan lilin merah serta ornamen lainnya tampak menghiasi halaman hingga ruang utama vihara. Ahad (24/10/2021) saat perayaan Hari Kebaktian Kathina sukabumiheadlines.com berkesempatan menggali informasi tentang Vihara Widhi Sakti.

Arieffin Natawidjaja Humas Yayasan Vihara Widhi Sakti mengungkap sekelumit sejarah Vihara Widhi Sakti. Menurutnya, sebelum vihara tersebut dibangun, ada seorang warga Tionghoa yang hidup sederhana bernama Thung Hoat Tiat. Ia merupakan praktisi kung fu pada zaman kolonial. Selengkapnya: Mengenal Kelenteng Vihara Widhi Sakti di Kota Sukabumi, Tempat Ibadah Umat Budha

Vihara Widhi Sakti
Vihara Widhi Sakti Kota Sukabumi. l Eka Lesmana

Secara hukum, pengelola vihara bernaung di bawah Yayasan Vihara Widhi Sakti dengan struktur kepengurusan organisasi di dalamnya secara umum sama dengan lembaga lainnya.

“Tidak berbeda dengan organisasi lain, struktur organisasi di Yayasan Vihara Widhi Sakti juga memiliki ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, humas, pembina. Namun, di kita hanya bergeraknya seperti memelihara bangunan vihara,“ ungkapnya.

Ia menambahkan, aktivitas yang rutin dilakukan seperti menyiapkan segala sesuatu hal yang berhubungan dengan hukum vihara, seperti menyiapkan segala kebutuhan untuk acara kebaktian.

“Untuk kebaktian, kita mempersiapkan kebutuhan persembahan berupa buah dan kue untuk dibagikan kepada umat. Lalu ada kebutuhan transportasi yang disiapkan oleh anggota yayasan,” papar Arieffin.

Yayasan Vihara Widhi Sakti rutin mengadakan kebaktian, baik yang bersifat lokal maupun Nasional.

“Acara kebaktian yang rutin kita adakan, setiap satu bulan sekali setiap tanggal 1 dan 15 bulan Imlek. Kita menyebutnya ce it (tanggal: satu), cap go (cap artinya sepuluh, dan go berarti lima). Setelah itu, kita konversi ke tanggal Eropa, di mana harinya bisa jatuh hari apa saja. Selain itu, ada kebaktian umum yang di masa tidak pandemi diadakan setiap Rabu sore. Tidak melihat hari atau tanggal berapa, pasti akan selalu dilakukan,“ papar Arieffin.

Kemudian, juga terdapat peringatan-peringatan bersifat Nasional yang biasa diperingati oleh seluruh umat Buddha, seperti Waisak, Hari Kebaktian Kathina atau hari di mana mencapai surga (Hari Nibbana).

“Hari Nibbana, adalah hari mencapai surganya Dewi Kwan Im yang welas asih, dan hari-hari lainnya,” tambah Arieffin.

Memelihara Kerukunan Beragama dan Toleransi

Terkait upaya pihak vihara dalam membangun kebersamaan di tengah-tengah mayoritas warga muslim di Sukabumi, rutin mengadakan bakti sosial sebagai bentuk kepedulian terhadap saudara mereka yang berbeda keyakinan.

“Selama ini dari pihak vihara rutin setiap satu tahun sekali, setiap bulan September, mengadakan bakti sosial (baksos). Terakhir, saat sebelum pandemi, Kami membagikan sembako yang dibagikan dalam bentuk paket. Di dalam paket tersebut terdiri dari beras 5 kg, mie instant, minyak goreng, bihun, permen, dan kue-kue basah tradisional,” jelas Arieffin.

Ia menambahkan, sasaran pembagian sembako difokuskan kepada masyarakat kurang mampu, panti asuhan dan panti jompo tanpa memandang latar belakang agama penerima. Sehingga, tambah dia, penerima sembako tidak hanya beragama Buddha saja, tetapi juga Islam, Kristen, Katholik dan Hindu.

“Masyarakat yang sudah mengetahui tradisi pihak Vihara Widhi Sakti pasti akan datang untuk meminta paket tersebut. Namun, karena sekarang masih masa pandemi, kita menghindari kerumunan. Karenanya, pihak vihara memutuskan untuk melakukan pembagian paket dengan sistem door to door atau kita keliling dan mencari orang yang membutuhkan seperti pemulung, pengemis, dan warga lainnya yang kurang mampu,“ ungkapnya

Seperti halnya paket untuk perorangan atau keluarga, paket sembako untuk panti asuhan anak-anak atau jompo juga diberikan bukan hanya kepada panti asuhan Buddha saja, tapi juga panti asuhan Muslim, Kristen, Katholik dan Hindu.

“Untuk warga sekitar vihara, juga secara rutin setiap tahunnya memberikan paket tersebut kepada warga Muslim melalui pihak RT/RW,” paparnya.

Vihara Widhi Sakti
Wawancara sukabumiheadlines.com di Vihara Widhi Sakti. l Ade Yosca Baharetha

Menyikapi Keberagaman dalam Perspektif Buddha

Arieffin menyebut bahwa secara umum pihak vihara tidak ada masalah dalam memandang keberagaman.

“Kita diciptakan oleh Tuhan YME tidak bisa memilih kita mau dilahirkan dari keluarga seperti apa, agama apa, atau kondisi keluarga seperti apa. Bahkan, untuk memilih kulit hitam atau putih pun kita tidak bisa. Karena apa, supaya di antara kita tidak ada perbedaan atau terjadinya rasis. Kalau dalam ajaran Buddha seperti Pancasila yang dijelaskan Bhante Badra Srijnana,“ paparnya.

Berita terkait: Wawancara: Kerukunan Beragama di Sukabumi dalam Perspektif Buddhisme

Dalam wawancara dengan Bhante Badra Srijnana sebelumnya dijelaskan bahwa Pancasila menurut hukum Buddha, adalah umat Buddha mencoba selalu berbuat baik, selalu menolong sesama, tidak berbohong, supaya tidak menimbulkan kekacauan lebih besar dari informasi yang tidak sesuai fakta.

“Nilai-nilai itu dalam agama Buddha sendiri tentu kita terapkan supaya jika ada isu-isu yang bersifat mengadudomba, kita tidak mudah terprovokasi. Jadi, kami cenderung memilih diam. Kenapa kita memilih diam, karena jika kita respons dikhawatirkan bisa menimbulkan perpecahan antar umat beragama,” pungkasnya.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer