sukabumiheadline.com – Guus Hiddink adalah seorang mantan pemain dan pelatih sepak bola ternama asal Belanda. Ia lahir pada tanggal 8 November 1946 di Varsseveld, Belanda. Namanya, belakangan ini dikaitkan dengan Timnas Indonesia, usai Patrick Kluivert, dkk dipecat PSSI beberapa waktu lalu.
Karier panjang baik sebagai pemain maupun pelatih, membuat Hiddink dikenal sebagai salah satu figur paling berpengaruh dalam dunia sepak bola internasional. Ia pernah melatih beberapa klub sepak bola Eropa seperti PSV Eindhoven, Fenerbahçe, Real Betis, Valencia, Real Madrid, dan Chelsea.
Melihat prestasinya sebagai pelatih, eks yang juru taktik Timnas Korea Selatan dan Australia itu tentu sangat layak menjadi suksesor Patrick Kluivert.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Biodata Guus Hiddink
- Nama Lengkap: Guus Hiddink
- Tanggal Lahir: 8 November 1946
- Tempat Lahir: Varsseveld, Belanda
- Kebangsaan: Belanda
- Posisi Bermain: Gelandang
- Karier Bermain: 1967–1982
- Karier Kepelatihan: 1982–2020
Sebagai pemain, ia menempati posisi pemain gelandang. Sedangkan sebagai pelatih, ia dikenal dengan kemampuan strategisnya yang membawa tim-tim yang diasuhnya meraih sukses di level klub maupun internasional.
Nama Hiddink mulai dikenal luas setelah berhasil membawa berbagai tim nasional ke prestasi tinggi di turnamen besar seperti Piala Dunia dan Piala Eropa.
Guus Hiddink memulai karier sepak bolanya di klub lokal SC Varsseveld sebagai pemain junior. Pada 1967, ia memulai karier profesionalnya bersama De Graafschap, klub di mana ia menjadi ikon.
Setelah tiga musim, ia pindah ke PSV Eindhoven pada 1970, bermain dalam 30 pertandingan dan mencetak 1 gol. Hiddink kemudian kembali ke De Graafschap pada 1972 dan bermain di sana hingga 1977 dengan total 130 penampilan dan 9 gol.
Ia juga sempat bermain untuk NEC Nijmegen antara 1977 dan 1981, mencatatkan 104 penampilan dengan 2 gol. Selain itu, ia dipinjamkan ke dua klub Amerika Serikat, Washington Diplomats (1978) dan San Jose Earthquakes (1980), sebelum akhirnya mengakhiri karier bermainnya di De Graafschap pada 1982.
Dalam karier profesionalnya, ia tampil dalam 317 pertandingan dengan total 16 gol.
Setelah pensiun sebagai pemain, Hiddink memulai karier kepelatihannya sebagai asisten pelatih di De Graafschap pada 1981.
Ia kemudian menjadi asisten pelatih di PSV Eindhoven (1984–1987) sebelum dipercaya menjadi pelatih kepala klub tersebut pada 1987. Di PSV, Hiddink meraih sukses besar dengan memenangkan Liga Champions UEFA 1988 serta beberapa gelar domestik.
Setelah itu, ia melatih berbagai klub besar seperti Fenerbahçe, Valencia, Real Madrid, dan Chelsea. Hiddink juga menjadi pelatih tim nasional Belanda, Korea Selatan, Australia, Rusia, Turki, dan Tiongkok U-23.
Sebagai pelatih tim nasional, ia berhasil membawa Korea Selatan menjadi semifinalis Piala Dunia FIFA 2002, sebuah pencapaian bersejarah.
Ia juga membawa Australia ke Piala Dunia 2006, Rusia ke semifinal Piala Eropa 2008, dan memimpin Belanda dalam dua periode berbeda. Di level klub, ia membawa Chelsea memenangkan Piala FA 2009 dan Anzhi Makhachkala tampil kompetitif di Eropa.
Guus Hiddink dikenal sebagai salah satu figur penting bagi klub De Graafschap dan PSV Eindhoven. Ia tidak hanya bermain dalam waktu yang cukup lama untuk De Graafschap, tetapi juga sempat memperkuat PSV Eindhoven.
Selain itu, ia juga memiliki peran signifikan sebagai pelatih di kedua klub tersebut, menambah reputasinya sebagai ikon di dunia sepak bola Belanda.
Salah satu momen puncak dalam karier kepelatihannya adalah saat membawa Chelsea meraih gelar juara Piala FA pada tahun 2009.
Di kancah internasional, ia mencatatkan sejarah dengan memimpin tim nasional Korea Selatan mencapai babak semifinal Piala Dunia 2002, pencapaian yang mengukuhkan posisinya sebagai pelatih kelas dunia.
Hiddink juga pernah menjadi kandidat pelatih tim nasional Indonesia. Tawaran tersebut muncul pada Mei 2016, setelah sebelumnya namanya sempat diusulkan melalui kampanye di media sosial pada Januari 2010.
Pada akhir kariernya, ia ditunjuk sebagai pelatih tim nasional Tiongkok U-23 untuk mempersiapkan skuad menghadapi Olimpiade 2020 di Tokyo, Jepang. Hal ini menunjukkan pengaruhnya yang terus diakui di dunia sepak bola internasional.
Ia diketahui telah mencatatkan banyak prestasi besar baik di level klub maupun internasional. Di PSV Eindhoven, ia memenangkan Liga Champions UEFA 1988, yang juga menjadi bagian dari treble winner mereka tahun itu.
Bersama Chelsea, ia meraih gelar Piala FA 2009. Di level internasional, Hiddink membawa Korea Selatan mencapai semifinal Piala Dunia 2002, Australia lolos ke Piala Dunia 2006, dan Rusia ke semifinal Piala Eropa 2008.
Sebagai pelatih yang adaptif dan inovatif, ia dikenal karena kemampuannya mengangkat performa tim yang diasuhnya, baik tim besar maupun tim underdog.
Dengan pengalaman panjang dan prestasi gemilang, profil Guus Hiddink dianggap sebagai salah satu pelatih terbaik dalam sejarah sepak bola dunia.
Nilai pasar Guus Hiddink
Tidak ada “harga” terbaru untuk Guus Hiddink karena ia adalah pelatih sepak bola, bukan pemain. Harga pemain mengacu pada nilai pasar (market value), sedangkan “harga” seorang pelatih adalah gaji atau nilai kontraknya, yang datanya berasal dari tahun-tahun lalu.
Contohnya, pada 2012, ia memiliki gaji sebesar €8,6 juta saat melatih Anzhi. Nilai tersebut setara dengan Rp135 miliar dengan kurs saat itu.