Yuk, mengenal 5 pahlawan perempuan Sunda

- Redaksi

Selasa, 25 Februari 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Raden Ayu Lasminingrat - Istimewa

Raden Ayu Lasminingrat - Istimewa

sukabumiheadline.com – Sebagai warga Jawa Barat, tentunya kita harus bangga karena provinsi dengan 18 kabupaten dan 9 kota ini merupakan bagian penting dari sejarah Indonesia. Tidak terkecuali dengan banyaknya pahlawan perempuan yang telah berkontribusi secara signifikan dalam memperjuangkan kemerdekaan dan menginspirasi masyarakat.

Siapa aja sih pahlawan perempuan dari Jawa Barat? Yuk simak!

1. Nyi Raden Rachmatulhadiah Poeradiredja

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Nyi Raden Rachmatulhadiah Poeradiredja
Nyi Raden Rachmatulhadiah Poeradiredja – Istimewa

Lahir dengan nama Nyi Raden Rachmat’ulhadiah Poeradiredja pada 13 Agustus 1902 di Kuningan, Jawa Barat, Emma Poeradiredja merupakan seorang tokoh pahlawan perempuan Indonesia.
Selama hidupnya, Emma aktif memperjuangkan persatuan pelajar pribumi serta memperkaya nilai-nilai kesenian dan pengetahuan umum.

Emma memiliki peran yang luas dalam berbagai organisasi, termasuk Partai Kebangsaan Indonesia Wanita, Paguyuban Pasundan, dan Komite Nasional Indonesia Pusat. Dedikasi dan perjuangannya telah memberikan kontribusi berarti bagi masyarakat dan perempuan di Jawa Barat.

2. Raden Ayu Lasminingrat

Raden Ayu Lasminingrat
Raden Ayu Lasminingrat – Istimewa

Raden Ayu Lasminingrat merupakan seorang pahlawan perempuan Indonesia yang berperan penting dalam perlawanan rakyat Banten terhadap penjajah Belanda. Meskipun pada akhirnya Banten memisahkan diri dari Jawa Barat, perempuan yang dikenal Nyi Ageng Sareng ini terlibat aktif dalam perang melawan pasukan kolonial Belanda di tatar Sunda.

Baca Juga :  Pembunuh Wanita Sukabumi di Kosan Diduga Tidak Sendiri, Polisi Buru Pemilik Sperma

Beliau dikenal karena peran aktifnya dalam pertempuran melawan pasukan Belanda pada masa perang Diponegoro. Kegigihannya dalam memperjuangkan Indonesia, Raden Ayu Lasminingrat membuktikan bahwa perempuan juga mampu memberi andil dan kontribusi yang besar bagi bangsa.

3. Raden Siti Jenab

Raden Siti Jenab
Raden Siti Jenab – Istimewa

Raden Siti Jenab adalah tokoh perempuan yang memiliki peran penting dalam sejarah Jawa Barat. Lahir pada tahun 1830 di Indramayu, beliau dikenal sebagai pejuang yang terlibat dalam berbagai aksi perlawanan terhadap penjajahan Belanda pada abad ke-19.

Raden Siti Jenab juga turut aktif dalam memperjuangkan hak-hak perempuan pada zamannya. Ia memiliki peran penting dalam mengembangkan kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi perempuan dan memperjuangkan kesetaraan gender. Beliau juga merupakan pendiri Sekolah Keutamaan Istri di Cianjur pada 1906, sebelum sekolah tersebut dipindahkan ke Bandung.

Baca Juga :  Setelah Wanita Cibadak, Giliran dari Lengkong Sukabumi Korban Investasi Bodong Rp800 Juta

4. Suwarsih Djojopuspito

Suwarsih Djojopuspito
Suwarsih Djojopuspito – Istimewa

Suwarsih Djojopuspito lahir pada 20 April 1912 di Cibatok, Bogor. Beliau merupakan seorang penulis Indonesia dari suku Sunda yang menghasilkan novel dalam tiga bahasa, yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Sunda, dan Bahasa Belanda.

Memiliki nama kecil Tjitjih, Suwarsih merupakan anak dari Raden Bagoes Noersaid Djajasapoetra, seorang dalang wayang kulit yang buta huruf, mampu berbicara dalam tiga bahasa, yakni Jawa, Sunda, dan Indonesia. Suwarsih juga aktif dalam Perkoempoelan Perempoean Soenda dan mendirikan sekolah Loka Siswa.

5. Raden Dewi Sartika

Raden Dewi Sartika
Raden Dewi Sartika – Istimewa

Lahir di Bandung pada 4 Desember 1884, Dewi Sartika tumbuh dalam lingkungan yang kental dengan nilai-nilai pendidikan yang modern. Seorang pahlawan nasional yang berasal dari Cicalengka ini memiliki peran yang signifikan dalam perjuangan kemerdekaan serta pengembangan pendidikan di tanah air.

Ia mendirikan sekolah pertama untuk perempuan di Hindia Belanda, yang dikenal dengan Sekolah Isteri (Sekolah Kartini) pada tahun 1904. Melalui upayanya ini, Dewi Sartika berkomitmen untuk memberikan akses pendidikan yang setara bagi perempuan, melawan stereotip dan norma masyarakat pada masa itu.

Berita Terkait

Reinwardt pendaki pertama Gunung Gede, sekarang ditutup karena aktivitas vulkanik meningkat
Fatimah Al-Fihri, pendiri universitas tertua di dunia dan pengaruhnya di bidang pendidikan
Alasan Ruben Onsu mualaf, Shalat Ied bareng Igun dan bangun mushala di Sukabumi
Muslim Sukabumi mau puasa Syawal? Ini tanggal, fadhilah dan panduan lengkapnya
Mengenang Gatot Taroenamihardja, Jaksa Agung RI pertama tokoh antikorupsi dari Sukabumi
Hasil rukyatul hilal di Sukabumi, 1 Syawal 1446 H jatuh pada Senin 31 Maret 2025
Mengenang kiprah Wisjnu Mouradhy, jurnalis dan tokoh film nasional asal Sukabumi era 1940
Masih binggung? Jangan abaikan aturan qadha dan fidyah bagi yang batal puasa Ramadhan ini

Berita Terkait

Kamis, 3 April 2025 - 00:01 WIB

Reinwardt pendaki pertama Gunung Gede, sekarang ditutup karena aktivitas vulkanik meningkat

Selasa, 1 April 2025 - 20:44 WIB

Fatimah Al-Fihri, pendiri universitas tertua di dunia dan pengaruhnya di bidang pendidikan

Senin, 31 Maret 2025 - 21:56 WIB

Alasan Ruben Onsu mualaf, Shalat Ied bareng Igun dan bangun mushala di Sukabumi

Senin, 31 Maret 2025 - 10:00 WIB

Muslim Sukabumi mau puasa Syawal? Ini tanggal, fadhilah dan panduan lengkapnya

Minggu, 30 Maret 2025 - 00:01 WIB

Mengenang Gatot Taroenamihardja, Jaksa Agung RI pertama tokoh antikorupsi dari Sukabumi

Berita Terbaru