sukabumiheadline.com – Kedekatan masyarakat Sunda dengan Bali disebutkan telah berlangsung sejak era Kerajaan Pajajaran. Bahkan, sejumlah literatur menyebut jika etnis Sunda dan Bali memiliki leluhur yang sama.
Pada era modern, banyak terjadi pernikahan antara orang Sunda dengan Bali, sehingga kian mempererat kedekatan emosional antara orang Sunda dengan warga Bali.

Seperti diketahui, salah satu wanita Sunda yang menikah dengan pria Bali, adalah artis Happy Salma yang menikah dengan Tjokorda Bagus. Baca selengkapnya: Suami Bangsawan, 5 Foto Sederhana Ulang Tahun Artis asal Sukabumi, Happy Salma
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kini, wanita asal Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat tersebut, sudah memiliki dua anak dan menetap di Pulau Dewata.
Atau yang terbaru, adalah pernikahan antara dua artis yang berasal dari etnis Sunda dan Bali, yakni Rizky Febian dan Mahalini Raharja. Resepsi pernikahan Rizky Febian dan Mahalini yang digelar di Hotel Rafles Jakarta, pada Jumat, 10 Mei 2024 lalu. Baca selengkapnya: Mutia Ayu hadiri nikahan Rizky Febian dan Mahalini, penyanyi asal Sukabumi ini ramai kena sindir

Kampung Sunda di Bali
Keberadaan Kampung Sunda di Bali merupakan bukti nyata dari sejarah panjang migrasi dan interaksi antaretnis di Indonesia. Sejak zaman kerajaan hingga masa modern, komunitas Jawa dan Sunda telah berkontribusi dalam perkembangan sosial, ekonomi, dan budaya di Bali.
Meskipun memiliki latar belakang yang berbeda, mereka tetap hidup berdampingan dengan masyarakat lokal dalam semangat persaudaraan dan keberagaman.
Keunikan Kampung Sunda di Bali tidak hanya terletak pada sejarahnya, tetapi juga pada bagaimana mereka menjaga identitas budaya sekaligus beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
Dengan terus menjaga nilai toleransi dan kebersamaan, komunitas ini menjadi cerminan harmoni dalam keragaman yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia.
Orang Sunda yang telah lama menetap di Bali membentuk komunitas yang dikenal sebagai Kampung Sunda. Sejarah keberadaan masyarakat Sunda di Bali juga berkaitan dengan aktivitas perdagangan dan migrasi yang terjadi sejak zaman kerajaan Nusantara.
Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, banyak orang Sunda yang bermigrasi ke Bali untuk berdagang dan bekerja di sektor pertanian.
Mereka datang dari daerah Jawa Barat dan Banten, membawa serta kebiasaan dan budaya khas Sunda. Kampung Sunda di Bali umumnya berada di daerah perkotaan, seperti Denpasar dan Singaraja, di mana mereka berbaur dengan masyarakat lokal dan etnis lainnya.
Masyarakat Sunda di Bali mempertahankan beberapa tradisi khas mereka, seperti kuliner, seni, dan bahasa.
Meski jumlahnya tidak sebesar komunitas Jawa, orang Sunda di Bali tetap menjaga identitas budaya mereka dengan mengadakan berbagai acara dan perkumpulan yang memperkuat ikatan antaranggota komunitas.
Kampung Sunda di Bali tidak hanya menjadi tempat tinggal bagi komunitas, tetapi juga merupakan contoh harmoni dalam keberagaman budaya di Indonesia.
Meskipun mereka berasal dari latar belakang etnis yang berbeda, interaksi antara masyarakat Sunda dan Bali telah berlangsung sejak lama dan menciptakan berbagai bentuk akulturasi budaya.
Salah satu bentuk akulturasi yang terlihat adalah dalam aspek kuliner. Banyak makanan khas Jawa dan Sunda yang telah diterima dan diadaptasi oleh masyarakat Bali, seperti nasi pecel, sate ayam, dan karedok.
Selain itu, dalam hal pernikahan, tidak jarang terjadi pernikahan antara keturunan Sunda dan Bali, yang semakin memperkuat hubungan antarbudaya.
Di bidang keagamaan, masyarakat Kampung Jawa yang mayoritas beragama Islam juga hidup berdampingan dengan masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu.
Keharmonisan ini tercermin dalam toleransi yang tinggi, di mana kedua komunitas saling menghormati dalam menjalankan ibadah dan tradisi masing-masing.