30.2 C
Sukabumi
Selasa, April 30, 2024

Intan Sifhany pemagang asal Sukabumi alami bullying dan sakit parah di Jepang, butuh Rp52 juta

InternasionalIntan Sifhany pemagang asal Sukabumi alami bullying dan sakit parah di Jepang, butuh Rp52 juta

sukabumiheadline.com – Sebuah unggahan video memperlihatkan perempuan yang kesakitan di Jepang beredar viral di media sosial. Video tersebut dibagikan oleh akun Instagram @agus_sumadi31.

Dalam video tersebut terlihat seorang perempuan berbaju hitam yang nampak begitu kesakitan di balik selimutnya. Narasi dalam video tersebut menyebutkan, perempuan itu bernama Intan Sifhany, perempuan asal Sukabumi, Jawa Barat, dan kini tinggal di Bungono Perfectur Oita, Jepang.

Diketahui, Intan Sifhany adalah seorang pemagang. Saat ini Intan mengalami penyakit inveksi usus/laparatomi dan memerlukan biaya operasi sebesar 500.000 yen atau setara Rp52 juta.

“Kita sudah menghubunginya, keluarganya sudah berkoordinasi dengan teman-teman terdekat/perkumpulan masyarakat Indonesia di Oita,” tertulis dalam video.

“Sudah kita utus teman untuk melihat kondisi melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan. Mohon bantuan untuk teman-teman semua,” tambahnya.

KBRI/Kemenlu benarkan kondisi Intan

Dilansir dari Kompas.com, Direktur Pelindungan Warga Negara Indonesia (PWNI) Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha mengonfirmasi peristiwa yang menimpa Intan Sifhany di Oita, Jepang.

Judha menyatakan, Kemenlu melalui KBRI Tokyo telah menindaklanjuti informasi tersebut dan menjalin komunikasi dengan Intan.

“Kemlu telah berkoordinasi dengan KBRI Tokyo mengenai informasi seorang WNI atas nama saudari IS yang menderita sakit di Prefektur Oita, Jepang,” katanya, Selasa (9/4/2024).

Kepada pihak KBRI Tokyo, Intan bercerita dirinya bekerja di Osaka pada 2023. Namun, ia kembali pulang ke Indonesia tak lama kemudian.

Pada Januari 2024, Intan kembali ke Jepang setelah dijanjikan mendapat pekerjaan baru di Oita.

Namun, dirinya merasakan sakit perut pada Maret 2024. Intan lalu harus mendapat tindakan operasi. Sayangnya, biaya rumah sakit tempat perawatan Intan menjadi tanggungan pribadi.

Ini karena pihak perusahaan belum mengurus asuransi kesehatan bagi perempuan asal Sukabumi itu.

“Sebagai langkah perlindungan awal, KBRI Tokyo telah mengirimkan bahan bantuan makanan dan berkoordinasi dengan simpul masyarakat WNI di Oita guna membantu saudari IS,” katanya.

Judha melanjutkan, KBRI Tokyo akan berkomunikasi dengan pihak perusahaan penyalur pemagang asal Indonesia yakni Kumiai dan pihak yang memberangkatkan Intan ke Jepang.

“Untuk pemenuhan hak-hak saudari IS sesuai ketentuan yang berlaku,” pungkasnya.

Pergi ke Jepang untuk bekerja

Sementara itu, Agus mengatakan, rekannya bernama Intan Sifhany warga asal Sukabumi mengikuti pemagangan ke Jepang dan awalnya berangkat pada Mei 2023. Dia bekerja dengan sebuah perusahaan di Osaka. Intan mulai bekerja pada Juni 2023 sampai 29 Agustus 2023.

Perempuan itu tidak melanjutkan magangnya karena menerima perundungan di Jepang.

“Lalu, dia minta ke pihak penanggung jawab pekerja magang Indonesia untuk digantikan perusahaan,” ceritanya.

Namun, proses penggantian perusahaan untuk Intan ternyata membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Ini membuat pihak penanggung jawab magang memulangkan Intan ke Indonesia pada 30 Agustus 2023.

Karena pulang ke Tanah Air dan tidak lagi bekerja di perusahaan awalnya, asuransi kesehatan di Jepang untuk orang asing atau Hoken yang Intan miliki dicabut.

Meski begitu, Intan dijanjikan akan disuruh kembali bekerja lagi di Jepang. Sayangnya, kabar pemanggilan itu tidak kunjung diterima. Akhirnya, Intan memutuskan kembali ke Jepang menggunakan uang sendiri untuk membeli tiket perjalanan pada 16 September 2024.

“(Di Jepang) tetap nganggur, nunggu ada perusahaan,” tambah Agus.

Selama menunggu perusahaan yang akan mempekerjakannya, Intan menumpang tinggal di kediaman teman-temannya.

Karena masih tidak mendapatkan kejelasan terkait tempatnya bekerja, Intan akhirnya melaporkan situasi yang dialami ke Organisasi Pemagangan Kerja Teknis untuk Orang Asing (OTIT) di Osaka, Jepang.

Menderita sakit usus

Agus melanjutkan, Intan kemudian mendapatkan pekerjaan baru dari perusahaan penyalur pemagang Kumiai pada Januari 2024.

Dia akan bekerja di sebuah perusahaan yang terletak di Perfektur Oita, Jepang. Dia lalu pindah ke Bungono, Oita pada Maret 2024.

“Pas sampe di sana, dia merasakan sakit perut yang luar biasa hingga akhirnya diantar ke rumah sakit di Oita,” ujarnya.

Intan jatuh sakit sebelum melakukan wawancara dengan perusahaan yang baru merekrutnya. Dia pun dibawa oleh ambulans ke rumah sakit.

Setelah dirujuk ke rumah sakit besar di Oita, dokter mendiagnosis Intan mengalami masalah pada ususnya.

Perempuan itu mengalami inveksi usus atau laparatomi. Di Oita, Intan menjalani perawatan selama dua minggu. Dia keluar dari rumah sakit pada Jumat (5/4/2024).

Setelah itu, dia tinggal di apartemen bersama orang Vietnam.

Namun, pihak Kumiai kemudian menghubungi keluarga Intan di Indonesia untuk meminta biaya pengobatannya selama di rumah sakit. Intan memerlukan biaya operasi sebesar 500.000 yen atau Rp52.178.600.

Karena Intan sakit sebelum mulai bekerja, dia tidak memiliki asuransi kesehatan atau Hoken. Akibatnya, biaya pengobatan yang ditanggung cukup besar.

“Pihak keluarga pun belum ada dana segitu. Dia minta (beli) perban juga Kumiai nyuruh beli sendiri,” kata Agus.

Padahal, Intan masih kesulitan berjalan. Dia tidak bisa berjalan ke kamar mandi dan hanya dapat merintih kesakitan.

Sementara itu, dia juga tidak memiliki uang. Sayangnya, Intan masih harus menanggung biaya pengobatannya di rumah sakit. Hingga kini, biaya lebih dari Rp50 juta itu belum dibayarkan.

Pihak rumah sakit Oita memberikan batas waktu pembayaran hingga 22 April 2024.

Untuk membantu Intan, Agus menyatakan sudah menghubungi keluarga, teman-teman terdekatnya, serta perkumpulan masyarakat Indonesia di Oita. Pihaknya juga meminta teman-teman Indonesia di sana untuk mengunjungi dan membantu Intan.

Di sisi lain, Agus juga membuka donasi kepada masyarakat untuk mengumpulkan biaya pengobatan Intan selama sakit.

“Sekarang tinggal pemulihan. Dia belum bisa jalan, masih berbaring,” tambahnya.

Meski begitu, Agus menyebut kondisi Intan perlahan mulai membaik. Dia kini sudah bisa makan makanan agak keras meski perutnya masih diperban usai operasi.

Hingga berita ini ditulis, berkumpul ada informasi resmi terkait alamat lengkap wanita tersebut dan pihak yang memberangkatkan Intan Sifhany ke Jepang.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer