Kaya Nutrisi, Bernostalgia dengan Kuliner Jadul di Bojonggenteng Sukabumi

- Redaksi

Minggu, 19 Juni 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tutut atau keong sawah yang sudah dimasak. l Istimewa

Tutut atau keong sawah yang sudah dimasak. l Istimewa

SUKABUMIHEADLINE.com l Bagi Anda generasi 1989an yang pernah tinggal di perkampungan, menikmati sajian yang satu ini tentunya serasa ditarik kembali ke masa silam.

Tutut, atau istilah lainnya keong air tawar, tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Hewan bercangkang warna hijau kekuningan atau kecoklatan, dihiasi jalur-jalur coklat, ini dikenal pula sebagai keong gondang, siput sawah, atau siput air.

Di kampung-kampung, pada masa itu, hewan dengan nama latin pila ampullacea, ini menjadi salah satu menu favorit saat santai di teras rumah.

Namun, siapa sangka, jika selama ini orang menikmati tutut sebatas kelezatan kuahnya, ternyata hewan ini kaya akan nutrisi.

Bahkan, menurut penelitian mineral yang terkandung dalam tutut di antaranya adalah fosfor 60,52 mg, kalsium 129,18 mg, potasium 71, 13 mg, zat besi 10,90 mg, sodium 0,04 mg, magnesium 31,19 mg, dan zinc 1,31 mg. Semuanya dalam skala per 100 gram.

Nah, buat Foodies yang ingin bernostalgia dengan menu satu ini, bisa datang ke Kampung Pamatutan RT 23/09, Desa/Kecamatan Bojonggenteng, Kabupaten Sukabumi.

Baca Juga :  Selain Sukabumi Utara, CDPOB di Jawa Barat Bertambah Jadi 8

Menurut si penjual, Sopariah (33), untuk tutut matang ia jual Rp5 ribu per porsi. Selain itu, ia juga menjual tutut mentah seharga Rp15 ribu per liter.

“Satu porsinya bisa lima ribu Rupiah, bisa juga sepuluh ribu Rupiah. Tutut mentah juga saya jual. Harganya 15 ribu Rupiah per liter. Tuturnya usah saya bersihkan, ekornya udah dibuang semua,” kata wanita yang biasa dipanggil Opay itu kepada sukabumiheadline.com, Sabtu (18/6/2022).

Mengenai asal-usul tutut yang dijualnya, Opaya menyebut tututnya ia peroleh dari sungai yang mengaliri kampungnya. “Tuturnya dari sungai, insha Allah lebih sehat karena kan airnya mengalir,” kata dia.

Berita Terkait

Sejumlah kemungkinan dialami Syakira, gadis belia asal Sukabumi derita penyakit langka
Tren baju Gen Z 2026: Personalisasi DIY dan genderless uniforms si paling sadar lingkungan
Sahara asal Parakasalak Sukabumi, mahasiswi IPB University termuda baru berusia 15 tahun
7 perawatan kulit ala Wanita Sukabumi zaman dulu: Dari kunyit madu hingga lidah buaya
8 inspirasi model gamis outer batik kekinian untuk Hijabers Sukabumi
8 khasiat daun salam untuk jantung, gula darah hingga cegah batu ginjal dan cara konsumsi
Pilih KA Jaka Lalana, trik liburan Tahun Baru ke Sukabumi bebas macet versi Dirlantas Polri
5 penyakit paling mematikan di dunia versi WHO: Tak ada Aids, posisi 2 banyak diderita warga Sukabumi

Berita Terkait

Kamis, 4 Desember 2025 - 14:21 WIB

Sejumlah kemungkinan dialami Syakira, gadis belia asal Sukabumi derita penyakit langka

Kamis, 4 Desember 2025 - 02:05 WIB

Tren baju Gen Z 2026: Personalisasi DIY dan genderless uniforms si paling sadar lingkungan

Selasa, 2 Desember 2025 - 22:52 WIB

Sahara asal Parakasalak Sukabumi, mahasiswi IPB University termuda baru berusia 15 tahun

Selasa, 2 Desember 2025 - 02:00 WIB

7 perawatan kulit ala Wanita Sukabumi zaman dulu: Dari kunyit madu hingga lidah buaya

Selasa, 2 Desember 2025 - 00:53 WIB

8 inspirasi model gamis outer batik kekinian untuk Hijabers Sukabumi

Berita Terbaru

Kemenkum Jawa Barat bahas perlindungan merek di Sukabumi - Ist

Regulasi

Kemenkum Jawa Barat bahas perlindungan merek di Sukabumi

Kamis, 4 Des 2025 - 21:55 WIB

Ilustrasi mantan pacar - sukabumiheadline.com

Konten

Heboh 4 Desember Hari Mantan Sedunia, benarkah?

Kamis, 4 Des 2025 - 19:35 WIB