sukabumiheadline.com – Dua gadis asal Sukabumi, Jawa Barat, jadi korban prostitusi anak secara online melalui aplikasi MiChat. Dari pengakuannya kepada polisi, korban JS serta R yang baru berusia 15 tahun, dijebak dengan iming-iming bekerja di tempat karaoke.
Kedua remaja itu dijanjikan bekerja di Boyolali, Jawa Tengah, namun kenyataannya mereka justru diperdagangkan secara ekonomi dan seksual.
Informasi dihimpun, JS dan R diketahui direkrut oleh temannya yang lebih dulu terlibat, melalui media sosial. Kedua korban dijanjikan bekerja sebagai Lady Companion (LC) atau penyanyi karaoke di Boyolali, dengan janji fasilitas tempat tinggal, pakaian, skincare, dan perawatan tubuh gratis. Namun, mereka tidak diberi tahu bahwa pekerjaan itu terkait prostitusi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun, setelah sampai di Boyolali, keduanya dipaksa jadi pekerja seks komersial (PSK) melayani lelaki hidung belang.
Diketahui, tarif berkisar JS dan R sebesar Rp250.000-Rp500.000 per sekali kencan. Keduanya bekerja sebagai pekerja seks komersial anak sejak 23 September 2025 dan menerima gaji Rp5 juta per bulan.
Admin juga remaja asal Sukabumi
Promosi open BO anak di bawah umur dilakukan melalui aplikasi MiChat. Tersangka DWC, sebagai otak eksploitasi seksual anak, menyediakan indekos sebagai lokasi transaksi, sementara pembayaran dicatat dan dikelola oleh K sebagai koordinator admin.
Sebagai admin, K mendapatkan upah Rp3 juta per bulan, atau Rp400.000–Rp500.000 per pekan. Sedangkan, DWC mendapatkan keuntungan dari K sebesar kurang lebih Rp4 juta.
Beberapa admin anak berasal dari Sukabumi. Mereka dijanjikan bekerja di sebuah rumah makan. DWC sendiri diketahui memiliki usaha sup kaki kambing di Boyolali dan Solo.
Sementara itu, K mengaku dirinya merupakan pegawai warung sup kaki kambing milik DWC.
“Per orang, sehari bisa dua kali transaksi, per transaksi Mas D mematok Rp500.000. Bisa Rp250.000 itu harga setelah ditawar,” kata dia.
Kegiatan prostitusi anak tersebut telah beroperasi sekitar enam bulan. Modus DWC adalah berpindah-pindah lokasi setiap dua pekan hingga satu bulan.
Kasus ini berhasil dibongkar Polres Boyolali pada akhir November 2025. Kapolres Boyolali, AKBP Rosyid Hartanto, menyampaikan ada dua tersangka dalam kasus ini, yaitu DWC selaku mucikari dan K selaku koordinator admin.
Tempat kejadian perkara berada di sebuah indekos wilayah Banyudono.
“Korban yang dieksploitasi secara seksual dan atau ekonomi ada dua orang. Atas inisial JS usia 15 tahun 11 bulan warga Sukabumi, Jawa Barat. Lalu inisial R usia 15 tahun 11 bulan, asal dari Jakarta tapi domisili di Sukabumi,” kata dia dalam konferensi persnya, dikutip sukabumiheadline.com dari laman resmi kepolisian, Kamis (4/12/2025).
Warga curiga dan lapor polisi
Kasus ini terungkap bermula dari kecurigaan warga terhadap aktivitas dugaan prostitusi atau open BO melalui aplikasi MiChat di sebuah indekos. Pada Sabtu (29/11/2025) sekira pukul 23.30 WIB, warga bersama Polsek Banyudono memeriksa indekos tersebut dan menemukan aktivitas prostitusi.
Warga kemudian melaporkan kejadian itu dan membawa JS serta R ke Polsek Banyudono. Beberapa orang lain yang berada di indekos juga diamankan sebelum diserahkan ke Polres Boyolali.
Kasat Reskrim Polres Boyolali, AKP Indrawan Wira Saputra, menjelaskan bahwa perekrutan korban dilakukan melalui jaringan LC yang dimiliki DWC. Proses rekrut dilakukan via WhatsApp dengan iming-iming pekerjaan.
“Jadi DWC menyediakan tempat dan diawasi oleh saudara K untuk prostitusi online. DWC ini selaku bos, lalu K selaku koordinator dan menyiapkan peralatan, salah satu contohnya alat kontrasepsi,” kata dia.
“Yang paling mengagetkan dalam perkara ini adalah saudara DWC juga menggunakan anak-anak sebagai admin. Ada empat orang anak yang digunakan sebagai admin, rata-rata usianya 17 tahun. Inisialnya MU, R, K, dan LP,” kata dia.
Saat ini baik korban atau saksi anak, dititipkan ke Dinas Sosial Boyolali yang rencananya nanti akan dipanggil orang tuanya untuk bisa membawa pulang anak.
Hingga kini, kata Kapolres Boyolali, ada beberapa anak yang kesulitan menghubungi keluarganya.
Ia berharap Dinsos Boyolali dapat bekerja sama dengan Dinsos Sukabumi untuk menemukan keluarga korban. Namun, ia tidak menjelaskan secara rinci terkait asal daerah korban (kota atau kabupaten).
Diberitakan sukabumiheadline.com sebelumnya, selain itu, dua remaja di bawah umur asal Sukabumi lainnya juga dipekerjakan sebagai admin yang bertugas mencari dan menerima orderan dari pelanggan hidung belang. Baca selengkapnya: Bahaya medsos! 4 remaja Sukabumi dipaksa lakukan prostitusi anak









