Memahami gerhana dalam pandangan Islam: Dari mitos peradaban kuno ke tauhid

- Redaksi

Senin, 8 September 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

sukabumiheadline.com – Gerhana bulan total atau blood moon pada 7-8 September 2025 lalu, lebih banyak dipahami sebagai fenomena alam belaka. Namun, peristiwa gerhana ternyata juga selalu memikat perhatian manusia sejak dahulu kala.

Padahal dalam peradaban kuno, gerhana bukan sekadar peristiwa astronomi, melainkan tanda kosmis yang sarat makna spiritual.

Dalam kebudayaan Viking, gerhana diyakini terjadi karena serigala raksasa Sköll atau Hati berhasil mengejar dan “memakan” matahari atau bulan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Bangsa Maya dan Inca di Amerika Latin memandangnya sebagai pertanda dewa marah, sehingga mereka melakukan ritual pengorbanan. Sementara di Jepang kuno, gerhana diasosiasikan dengan sang dewi matahari Amaterasu yang menutup dirinya dengan tirai kesedihan.

Masyarakat Arab pra-Islam pun tidak luput dari mitos serupa. Sebagian menghubungkan gerhana dengan kesedihan langit atas wafatnya seorang tokoh. Dengan kata lain, gerhana dianggap sebagai “ratapan kosmik” ketika manusia besar berpulang.

Di beberapa daerah, orang masih percaya gerhana berhubungan dengan nasib buruk atau musibah. Bahkan ada ritual menabuh lesung atau membuat bunyi-bunyian untuk “mengusir” kekuatan gelap.

Pola pikir semacam ini di berbagai tradisi masyarakat kuno menempatkan gerhana dalam kerangka mistis yang menakutkan dan sarat prasangka.

Baca Juga :  Mengulas Mitos dan Cerita Menyedihkan di Situ Batu Karut Sukaraja Sukabumi

Fenomena gerhana dalam Islam

Dikutip dari laman resmi Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Islam datang dengan pendekatan yang sama sekali berbeda dalam memandang fenomena gerhana.

Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa gerhana bukan tanda kematian atau kelahiran seseorang, melainkan ayat kauniyyah. Gerhana adalah tanda kebesaran Allah di alam semesta.

Al-Qur’an menyebutkan:

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. Janganlah kamu sujud kepada matahari dan jangan pula kepada bulan, tetapi sujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika hanya kepada-Nya kamu menyembah.” (QS. Fushshilat [41]: 37).

Ayat ini menegaskan bahwa matahari dan bulan hanyalah makhluk ciptaan Allah, bukan dewa atau pengendali nasib. Fenomena langit, termasuk gerhana, seharusnya mengantarkan manusia pada kesadaran tauhid.

Dalam hadits sahih disebutkan:

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian atau kelahiran seseorang. Maka apabila kalian melihatnya, berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, salatlah, dan bersedekahlah.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Baca Juga :  Ada 17 Agustus, Mitos Warga Sukabumi dengan 5 Tanggal Lahir Ini Dilindungi Nyi Roro Kidul

Hadits ini muncul pada momentum khusus: wafatnya Ibrahim, putra Nabi Muhammad Saw dari Mariyah al-Qibthiyyah. Saat itu terjadi gerhana matahari, sebagian orang mengaitkannya dengan kematian Ibrahim.

Nabi Muhammad SAW segera meluruskan: gerhana tidak ada sangkut pautnya dengan kematian seorang manusia, bahkan putra beliau sendiri. Sikap ini bukan hanya teladan tauhid, tetapi juga bentuk pendidikan publik agar masyarakat tidak terjebak pada mitos.

Islam mengajarkan agar fenomena ini disambut dengan ibadah. Nabi SAW menganjurkan salat kusuf (gerhana matahari) atau khusuf (gerhana bulan), doa, dzikir, sedekah, hingga memerdekakan budak. Semua itu mengarahkan perhatian manusia pada Sang Pencipta, bukan pada ketakutan tak berdasar.

Dari mitos ke tauhid

Apa yang membedakan Islam dengan pandangan non-Islam adalah arah penafsiran. Bagi Islam, gerhana bukan pertanda kesialan atau keberuntungan, melainkan kesempatan merenung dan mempertebal iman. Ia mengajarkan:

Tunduk pada kebesaran Allah, bukan pada mitos kosmik

Mengaitkan fenomena alam dengan ibadah, bukan dengan kepanikan.
Menanamkan rasionalitas tauhid, membebaskan manusia dari belenggu takhayul.

Mengembangkan ilmu pengetahuan

Sikap Nabi SAW yang menolak glorifikasi wafatnya Ibrahim sebagai penyebab gerhana adalah pelajaran monumental. Di saat masyarakat masih larut dalam pola pikir magis, beliau menegakkan tauhid dan sekaligus mengajarkan literasi kosmik: bahwa fenomena langit adalah ayat Allah, bukan drama manusia.

Berita Terkait

Bobby Kertanegara milik Prabowo, ini nama yang indah kucing peliharaan Rasulullah SAW
Melihat penampakan interior Kabah, kiblat Muslim seluruh dunia
Prabowo cerita banyak jamaah haji RI ingin wafat di Arab Saudi, ini respons Pangeran MBS
Sesalkan insiden Sukabumi, Kemenag siapkan regulasi khusus rumah doa
Kapan Israel hancur? Ini penjelasan tafsir ulama
Dedi Mulyadi kena batunya, jadi syarat terima bansos di Jabar ternyata vasektomi haram
Berlabel halal tapi 9 produk jajanan ini mengandung babi, Bunda Sukabumi wajib waspada
Hukum menikah bulan Syawal, awalnya dinilai sial sebab unta mengangkat ekornya

Berita Terkait

Senin, 8 September 2025 - 12:32 WIB

Memahami gerhana dalam pandangan Islam: Dari mitos peradaban kuno ke tauhid

Minggu, 10 Agustus 2025 - 03:52 WIB

Bobby Kertanegara milik Prabowo, ini nama yang indah kucing peliharaan Rasulullah SAW

Jumat, 25 Juli 2025 - 10:05 WIB

Melihat penampakan interior Kabah, kiblat Muslim seluruh dunia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 04:34 WIB

Prabowo cerita banyak jamaah haji RI ingin wafat di Arab Saudi, ini respons Pangeran MBS

Rabu, 2 Juli 2025 - 12:24 WIB

Sesalkan insiden Sukabumi, Kemenag siapkan regulasi khusus rumah doa

Berita Terbaru

Jalan amblas dan Jembatan Cikarang, Kabupaten Sukabumi rusak - Ronald Legy

Sukabumi

Sudah satu tahun jalan amblas dan jembatan rusak di Sukabumi

Senin, 8 Sep 2025 - 02:00 WIB