Mengenal Kakek asal Sukabumi yang Tolak Rp10 Miliar

- Redaksi

Kamis, 18 November 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Suhendri asal Sukabumi pemilik hutan kota di Kalimantan. l Istimewa

Suhendri asal Sukabumi pemilik hutan kota di Kalimantan. l Istimewa

SUKABUMIHEADLINE.com l TENGGARONG – Suhendri, kakek asal Sukabumi, Jawa Barat, yang kini tinggal di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, berharap hutan buatannya di tengah Kota Tenggarong akan terus dijaga dan dirawat.

Suhendri memiliki alasan, yakni menyediakan oksigen bagi masyarakat Tenggarong melalui hutan seluas 1,5 hektare yang telah dirintisnya sejak 1986 itu. Puluhan tahun ia menjaga hutannya melalui cobaan yang tidak mudah. “Saya menyiapkan oksigen bagi masyarakat di kota ini,” dikutip sukabumiheadline.com dari korankaltim.com pada Kamis (18/11/2021).

Digoda Rp10 Miliar

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Lokasi hutan mini milik Suhendri memang sangat strategis, mengingat lokasinya hanya sekira 1 kilo meter dari Kantor Bupati Kutai Kartanegara, di Jalan Pesut, Kelurahan Timbau, Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Pohon menjulang tinggi di antara pemukiman penduduk menjadi pembeda agroforestri milik kakek berusia 78 tahun itu, yang sejak muda mendedikasikan dirinya untuk penyelamatan lingkungan, terutama pelestarian hutan. Baginya, hutan dan pohon adalah cara terbaik menjaga alam.

Berita terkait: Suhendri, Kakek 78 Tahun asal Sukabumi Populer di Kalimantan

Agroforestri milik Suhendri memang kini berubah jadi hutan lebat. Pepohonan tumbuh seolah saling berlomba paling tinggi. Di bawah rindang pohon damar atau agathis, ada juga ulin dan meranti, dan lainnya membuat suasana sejuk sangat terasa meski hari itu sangat terik.

Baca Juga :  Keluh Kesah Sopir Angkot 09 di Sukabumi, 5 Rit Habis untuk Makan dan Rokok

Di bagian depan, berdiri rumahnya yang sederhana, hunian dari kayu khas Sunda dengan tambahan padepokan di bagian depan berdiri di atas lahan panjang 100 meter dan lebar 150 meter.

Di tempat lain, Suhendri juga memiliki lahan serupa dengan luas yang sama. Hutan pribadi miliknya itu kini telah benar-benar berubah menjadi hutan.

Diakui Suhendri, salah satu pengalaman yang tak pernah dilupakannya adalah ketika menolak tawaran menjual hutan kotanya senilai Rp10 miliar.

“Saya tidak jual. Saya harap ada orang yang bisa melanjutkan merawat hutan ini meskipun bukan keluarga saya. Saya pernah menolak uang Rp10 miliar dari pengembang perumahan yang ingin membeli tanah saya,” ujar Suhendri seperti dilansir dari kompas.com.

Tawaran itu, tambah dia, datang pada tahun 2000 silam. Tak hanya sekali, tawaran itu bahkan beberapa kali diterimanya, hingga pengembang dari Jakarta dan Yogyakarta.

Penolakan Suhendri bukan tanpa alasan, niatnya untuk menjaga lingkungan dengan menanam pohon di tengah kota sudah tertanam dalam hati. Godaan para investor yang menawar akan membeli lahan seluas 1,5 hektar untuk dijadikan perumahan pun tak digubrisnya.

Baca Juga :  Duta Batik Nusantara dan Hobi Dosen Teknik Sipil Universitas Nusa Putra Sukabumi

“Banyak yang datang mau beli, tapi saya tidak mau. Apalagi mau bikin perumahan, saya tidak mau, lingkungan rusak,” ungkap Suhendri.

Kakek dua anak ini menceritakan, pertama kali menginjak tanah Kalimantan Timur pada 1971, dia bekerja di proyek pembangunan asrama milik perusahaan kayu. Saat itu juga bisnis kayu sedang marak. Dia menyaksikan kayu ditebang, berhektar-hektar hutan gundul tanpa sisa.

Dari situ muncul keinginannya merawat hutan. Lalu, Suhendri membeli lahan seluas 1,5 hektar pada 1979 seharga Rp100.000. Lahan itu dia gunakan untuk bertani dengan konsep pertanian agroforestri, yaitu menggabungkan pepohonan dengan tanaman pertanian, seperti lombok, sayuran, dan buah-buahan.

Kemudian, pada 1986 dia mulai menanam (pohon) kayu setelah mendapat bibit dari Bogor, Jawa Barat. Waktu itu, kata Suhendri, ada 1.000 bibit kayu damar, meranti, kapur, pinus, kayu putih, ulin, dan sengon. Saat ini, pohon yang dia tanam pada 1986 sudah tinggi menjulang membentuk hutan dalam kota dan memberi udara segar bagi warga Ibu Kota Kabupaten Kutai Kartanegara itu.

Seiring waktu, hutan tengah kota milik Suhendri kerap menjadi tempat penelitian mahasiswa. Bahkan, hutan tengah kota ini pernah menjadi lokasi penelitian skripsi mahasiswa asal Jepang. Suhendri juga sering mendapat penghargaan dari berbagai pihak karena hutannya.

Berita Terkait

5+2 masalah utama sektor pariwisata Sukabumi
Bukan Yongjin atau Yakjin, ini daftar pabrik garmen tertua di Sukabumi
Kaleidoskop 2025: Sederet kasus korupsi kurun satu tahun di Sukabumi, kades dan kadis terlibat
Kaleidoskop 2025: Catatan peristiwa tawuran pelajar di Sukabumi Januari-Desember
Ini kriteria perusahaan kecil dan besar, jam kerja buruh di Sukabumi menurut Perda No. 4/2002
5 fenomena alam yang sering terjadi di Sukabumi
Menghitung angka kematian ibu dan kelahiran di Kabupaten Sukabumi 4 tahun terakhir
Menghitung jumlah investor yang masuk ke Kabupaten Sukabumi, PMA dan PMDN berapa?

Berita Terkait

Sabtu, 27 Desember 2025 - 03:32 WIB

5+2 masalah utama sektor pariwisata Sukabumi

Jumat, 26 Desember 2025 - 00:55 WIB

Bukan Yongjin atau Yakjin, ini daftar pabrik garmen tertua di Sukabumi

Kamis, 25 Desember 2025 - 17:33 WIB

Kaleidoskop 2025: Sederet kasus korupsi kurun satu tahun di Sukabumi, kades dan kadis terlibat

Kamis, 25 Desember 2025 - 01:49 WIB

Kaleidoskop 2025: Catatan peristiwa tawuran pelajar di Sukabumi Januari-Desember

Selasa, 23 Desember 2025 - 19:08 WIB

Ini kriteria perusahaan kecil dan besar, jam kerja buruh di Sukabumi menurut Perda No. 4/2002

Berita Terbaru