Ngeri! Ramalan BMKG, 27 Tahun Lagi Warga Bumi Tak Bisa Makan

- Redaksi

Kamis, 31 Agustus 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lahan persawahan di Bojonggenteng, Kabupaten Sukabumi. l Istimewa

Lahan persawahan di Bojonggenteng, Kabupaten Sukabumi. l Istimewa

sukabumiheadline.com l Pada 2050 atau sekira 27 tahun ke depan, krisis pangan di dunia akan makin mengkhawatirkan dan berisiko menciptakan kelaparan. Menurut Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita, fenomena ini akan terjadi di hampir seluruh negara dunia.

“Akan melanda hampir semua negara, termasuk Indonesia,” tegas Dwikorita beberapa waktu lalu.

Pemicunya, sebut Dwikorita, adalah perubahan iklim yakni kenaikan temperatur bumi memang berdampak besar ke depannya dari segala sisi. Bukan berhenti di krisis air, namun akhirnya bisa membuat kerentanan pada ketahanan pangan.

Kondisi tersebut, krisis pangan, juga sudah diprediksi oleh lembaga PBB yang mengurusi soal pangan, yakni FAO. Lembaga itu menyebut kelompok paling rentan pada perubahan iklim adalah 500 juta petani skala kecil yang memproduksi 80% stok pangan dunia.

“Dampak perubahan iklim selain kenaikan permukaan air laut, lahan yang semakin sempit, pangan pun semakin berkurang. Kita mau impor beras dari mana, semuanya lebih parah dari Indonesia,” jelasnya.

Dwikorita juga menjelaskan suhu Bumi saat ini yang sudah mencapai 1,2 derajat celcius. Jika tidak dilakukan pencegahan, maka diperkirakan bisa sampai 3,5 derajat celcius.

Baca Juga :  Hasil Rukyatul Hilal di Sukabumi, 1 Ramadhan Jatuh pada Ahad

“Saat ini sudah 1,2 kejadiannya ekstrem, semakin ekstrem. Kalau enggak ada mitigasi, kenaikannya bisa mencapai 3,5 derajat celcius. Berarti berapa kali lipat dari sekarang, kondisi ekstrem mungkin sudah menjadi kenormalan baru,” ujar dia.

Pada 2000-an, suhu di Indonesia kian panas. Tercatat terdapat kecenderungan kenaikan suhu yang sama namun tingkat yang berbeda. Sementara itu pada 1951-2021, terjadi tren peningkatan yang sama. Namun pada periode tersebut, laju yang berbeda di tiap wilayah.

“Laju peningkatan terbesar ada di Kalimantan, Sulawesi, Sumatera bagian selatan, dan area Jakarta dan sekitarnya. Beberapa area mengalami peningkatan hingga 0,15 derajat per 10 tahun,” paparnya.

Berita Terkait

Anak jalanan dan lansia bakal dapat makan bergizi gratis
Termasuk asal Sukabumi, ahli waris Pahlawan Nasional bakal dapat Rp50 juta per tahun
Komisi IV DPR RI ke Menhut: Di Filipina menterinya gentleman, mundur karena gagal atasi banjir
Momen Menhut Raja Juli Antoni diamuk Gerindra soal banjir Sumatera
Gus Yahya ungkap alasan pecat Gus Ipul dari Sekjen PBNU
Rincian korban banjir Sumatera, Jawa Barat kirim bantuan awal senilai Rp7 miliar
Belajar dari Sukabumi, Dedi Mulyadi kirim SE Larangan Tebang Pohon ke bupati dan wali kota
Setiap satu jam seorang ibu meninggal dunia, kualitas dan profesionalisme bidan disorot

Berita Terkait

Minggu, 7 Desember 2025 - 00:01 WIB

Anak jalanan dan lansia bakal dapat makan bergizi gratis

Sabtu, 6 Desember 2025 - 19:57 WIB

Termasuk asal Sukabumi, ahli waris Pahlawan Nasional bakal dapat Rp50 juta per tahun

Jumat, 5 Desember 2025 - 04:30 WIB

Komisi IV DPR RI ke Menhut: Di Filipina menterinya gentleman, mundur karena gagal atasi banjir

Kamis, 4 Desember 2025 - 16:19 WIB

Momen Menhut Raja Juli Antoni diamuk Gerindra soal banjir Sumatera

Kamis, 4 Desember 2025 - 05:16 WIB

Gus Yahya ungkap alasan pecat Gus Ipul dari Sekjen PBNU

Berita Terbaru

Dua ASN Disporapar Kota Sukabumi jadi tersangka korupsi - Abi Kholil

Tak Berkategori

Dua ASN Disporapar Kota Sukabumi jadi tersangka korupsi

Senin, 8 Des 2025 - 21:21 WIB