21.8 C
Sukabumi
Rabu, April 24, 2024

Tebing Palagan Bojongkokosan Sukabumi longsor timpa jalan

sukabumiheadline.com - Musibah longsor terjadi di kawasan...

Warga Sukabumi, Pertalite akan Disuntik Mati Gantinya Ini Disebut Lebih Murah

EkonomiWarga Sukabumi, Pertalite akan Disuntik Mati Gantinya Ini Disebut Lebih Murah

SUKABUMIHEADLINE.com l Warga Sukabumi, Jawa Barat, terutama pemilik kendaraan bermotor, harus bersiap-siap bermigrasi karena sepertinya era BBM bersubsidi jenis Pertalite akan segera berakhir.

Kabarnya, BBM Pertalite kabarnya bakal diganti dengan CNG atau Compressed Natural Gas.

Hal itu diungkapkan M Haryo Yunianto, Direktur Utama PGN (Perusahaan Gas Negara) mengungkapkan tentang rencana bakal digantikannya Pertalite dengan CNG.

Adapun, alasan BBM jenis Pertalite diganti CNG karena diklaim lebih Irit 55 persen dibanding dengan Pertalite.

Untuk harganya sangat jauh dengan Pertalite. Harga CNG dibandrol per liter Rp3 ribu. Bahkan, dalam informasi yang disampaikannya, diklaim bahwa pengisian sekali full tank CNG bisa untuk 100 km untuk sepeda motor.

CNG merupakan bahan bakar gas yang dibuat dengan melakukan kompresi metana (CH4) yang diekstrak dari gas alam. Kemudian, CNG disimpan dan didistribusikan dalam bejana tekan, biasanya berbentuk silinder. CNG memiliki tekanan 200 bar, dengan tangki yang lebih besar ketimbang LGV.

CNG telah digunakan di berbagai negara, terutama untuk transportasi umum. Di Indonesia, angkutan umum yang telah menggunakan CNG, antara lain bus Transjakarta.

CNG digunakan di daerah-daerah yang memiliki sumber gas atau terdapat pipa gas bumi. Tak mengherankan kalau SPBG CNG terbatas jumlahnya.

Pihak Pertamina mengklaim dengan menggunakan CNG lebih irit 55 persen dari Pertalite. Dengan menggunakan bahan bakar pengganti Pertalite dapat meningkatkan efisiensi bahan bakar dan disinyalir mampu meningkatkan kesejahteraan pengguna sepada motor.

Haryo juga mengungkapkan dalam perhitungan penggunaan BBM Pertalite 4 liter per hari, maka dengan menggunakan CNG dapat menekan ketergantungan pada subsidi BBM setara 125 ribu kilo liter per tahun.

Haryo juga mengungkapkan emisi gas buang CNG rendah sehingga aman bagi lingkungan dan meningkatkan efisensi bahan bakar.

”Komposisi utama pada CNG untuk sepeda motor adalah metana yang bersih dan beroktan tinggi yang mampu memberikan manfaat performa mesin yang baik dan gas buang yang ramah lingkungan,” ulas dia.

Dalam pengaplikasiannya nanti pihaknya akan melakukan pegujian konversi CNG sebanyak 100 ribu unit sepeda motor.

Haryo menjelaskan nantinya sepeda motor tersebut akan memasangkan ukuran tabung CNG 14 x 53 cm. Dengan ukuran tabung yang kompak tersebut sehingga dapat ditempatkan pada sisi sepeda motor tanpa mengurangi kenyamanan dalam berkendara.

Tabung CNG tersebut terbuat dari material baja yang berstandar keselamatan tinggi dan memiliki kapasitas 2.5 liter atau setara premium (lsp) yang mampu menyuplai bahan bakar hingga 100 km dalam sekali pengisian penuh.

Selain untuk penggunaan di sepeda motor, Haryo juga menjelaskan jika CNG ini juga akan diaplikasikan pada kendaraan lain di antaranya kapal nelayan, kendaraan roda empat kecil serta truk.

Adapun penambahan konversi pada kendaraan roda empat, PGN memproyeksikan sebanyak 1000 truk serta bus dan 18.000 kendaraan kecil.

Hal ini sejalan dengan wujud nyata di mana BBG telah digunakan oleh kendaraan seperti taksi, bajaj, dan bus Trans Semarang.

Sedangkan target untuk pengaplikasian pada kapal nelayan di pesisir selatan Kabupaten Sukabumi, akan dilakukan konversi 6,71 BBTUD untuk 30.000 unit perahu nelayan. Untuk program ini untuk nelayan diskemakan menggunakan Gaslink Cylinder yang berkapasitas 4.2 lsp.

Dengan standar keselamatan tinggi, mendukung daya jelajah hingga 50 km pada mode operasi Dual Diesel Fuel (DDF) 50 persen untuk 1 hari berlayar.

Sama halnya dengan CNG untuk sepeda motor, CNG untuk kapal nelayan berkomposisi metana beroktan tinggi sehingga memberi manfaat performa mesin yang baik dan ramah lingkungan.

Selain itu, memberi potensi penghematan bahan bakar hingga 30 persen setara Rp 7,2 juta per tahun (konsumsi 10 liter BBM solar per hari).

”Kebutuhan pasokan gas untuk BBG transportasi kurang lebih 40 BBTUD di tahun 2027. Sedangkan penggunaannya, diperkirakan meningkat hingga 410 juta LSP. Dampak lanjutannya, akan menghemat APBN untuk mengurangi BBM subsidi hingga Rp1,25 T per tahun dengan asumsi subsidi BBM sebesar 3000 rupiah per liter,” ungkap Haryo.

Dalam mendukung program Pertalite diganti CNG tersebut, pihak Pertamina akan pemanfaatan SPBG milik Pertamina yang dibangun menggunakan dana mandiri dan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).

Saat ini terdapat 35 SPBG (Stasiun Pengisian Bahan bakar Gas) untuk direaktivasi secara bertahap dan terdapat juga 3 unit di Semarang yang telah direvitalisasi.

Menurut dia, kenaikan harga minyak dunia dan BBM dalam negeri menjadi momentum yang tepat untuk optimalisasi gas bumi.

Hal ini juga untuk meningkatkan kinerja bisnis SPBG, akselerasi gas bumi sebagai BBG (bahan bakar gas) oleh PGN akan memberi dampak penghematan bagi masyarakat, subsidi energi dan devisa negara.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer