Mata Luka Sengkon Karta, Peri Sandi Huizche: 5 Fakta penyair Indonesia asal Sukabumi

- Redaksi

Jumat, 28 November 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Peri Sandi Huizche - sukabumiheadline.com/Instagram

Peri Sandi Huizche - sukabumiheadline.com/Instagram

sukabumiheadline.com – Peri Sandi Huizche adalah penyair dan pembaca puisi yang pernah viral 2017 lalu. Kala itu dia dengan lantang membacakan hasil karyanya yang berjudul Mata Luka Sengkon Karta.

Ciri fisiknya, kumis tipis, menjadi tanda khas penampilannya di depan publik. Meski sudah delapan tahun berlalu, namun pembacaan puisi Mata Luka Sengkon Karta oleh Peri sulit untuk dilupakan.

Terlebih kita baru saja melewati peringatan peristiwa G 30 S PKI pada setiap 30 September. Video lawasnya ini kembali berkumandang dan diunggah oleh banyak netizen di sosial media terutama TikTok dan Instagram.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sebagai sesama kelahiran Sukabumi, Jawa Barat, Peri juga karib dengan penyair Joko Pinurbo. Informasi dihimpun sukabumiheadline.com, Jokpin lahir pada 11 Mei 1962 di Sukabumi, dan meninggal dunia pada 2024 lalu. Ia merupakan salah seorang penyair terkemuka Indonesia yang karya-karyanya telah menorehkan gaya dan warna tersendiri dalam dunia puisi Indonesia. Baca selengkapnya: Mengenal Sosok Jokpin, Sastrawan dan Penyair Indonesia asal Sukabumi Raih Penghargaan Internasional

Penasaran dengan sosok Peri yang begitu diidolakan para pencinta puisi ini?

Yuk simak 5 fakta Peri Sandi, dihimpun sukabumiheadline.com dari berbagai sumber, Jumat (28/11/2025).

1. Mulai dikenal sejak membawakan puisi karya WS Rendra

Memiliki latar belakang kuliah seni budaya, Peri Sandi Huizche memiliki bakat seni yang luar biasa. Ia memulai karier sebagai penyair dan pembaca puisi, sering tampil di ruang publik seperti kafe dan festival sastra.

Baca Juga :  Mengenal Sosok Jokpin, Sastrawan dan Penyair Indonesia asal Sukabumi Raih Penghargaan Internasional

Puisi pertamanya viral pada 2012 melalui rekaman baca karya WS Rendra, pesan Pencopet kepada Pacarnya di YouTube, yang membuatnya diundang sebagai juri lomba puisi nasional.

2. Aktif di YouTube

Ia juga memilki kanal YouTube dengan nama “Peri Sandi Huizche” dengan pengikut lebih dari 230 ribu. Dalam kontennya, ia sering memadukan puisi dengan karawitan Jawa untuk efek emosional.

Pria yang memiliki ciri khas kumis ini sering membuat konten-konten berisikan pembacaan puisi yang tentu saja dibuat lebih panjang dari pada di Instagram.

3. Puisi Mata Luka Sengkon Karta yang viral

Peri Sandi - @perisandihuizche
Peri Sandi – @perisandihuizche

Peri Sandi adalah seorang penyair, pembaca puisi, pembuat konten, dan dosen teater asal Indonesia yang dikenal karena pembacaan puisinya viral di kanal YouTube.

Ia sering tampil di acara sastra nasional dan internasional, serta menjadi juri lomba puisi. Karyanya, yang lahir dari pengalaman pribadi, telah menginspirasi ribuan pendengar melalui rekaman YouTube.

Videonya membacakan puisi Mata Luka Sengkon Karta viral. Video tersebut diambil dari  Teater Ketjil TIM yang diunggah oleh kanal YouTube Fadli Zon pada 8 Juli 2017 silam. Hingga kini, video tersebut sudah disaksikan oleh lebih dari 5 juta kali tayangan di YouTube.

Baca Juga :  Mengenal Sosok Jokpin, Sastrawan dan Penyair Indonesia asal Sukabumi Raih Penghargaan Internasional

Karya Peri telah menginspirasi gerakan baca puisi di Indonesia, terutama di kalangan muda. Meskipun popularitasnya bergantung pada viralitas media sosial.

Ia juga sering diundang ke acara seperti Lomba Baca Puisi Karawang (HUT RI ke-77) untuk memperingati Hari Puisi Sedunia dan 100 tahun Chairil Anwar, mendorong wisata sastra.

Meskipun tidak ada kontroversi besar, puisinya menyentuh tema emosional dan sosial, membuatnya menjadi role model pembaca puisi.

4. Biodata dan profil

Nama lengkap Peri Sandi Huizche dan nama panggung Peri Sandi. Ia lahir di Sukabumi 15 Februari 1987, dan beragama Islam.

Peri menikah dengan Inaya Fadilla, dan menetap di Serang, Banten. Dari pernikahan dengan Inaya, pasangan ini memiliki dua putri.

5. Pendidikan dan pekerjaan 

Peri menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di madrasah, di mana ia mulai jatuh cinta pada puisi saat remaja. Pengalaman emosional seperti penolakan cinta mendorongnya menulis puisi rahasia selama dua tahun, yang menjadi titik awal kreativitasnya.

Peri lulus dari Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung pada 2005, jurusan seni teater, di mana ia belajar dari mentor yang mendorongnya mengirim karya ke koran seperti Pikiran Rakyat.

Meskipun lahir di Sukabumi, sejak kecil Peri tinggal di Serang, kemudian pindah ke Solo untuk kuliah S2 di ISI Surakarta, dengan puisi viral Mata Luka Sengkon Karta yang membantunya menyelesaikan studi.

Saat ini, ia menjadi dosen di ISI Surakarta.

Berita Terkait

Orang tua dan kisah cinta Nyi Roro Kidul, Putri Kandita membuat pengawal jatuh hati
Jangan salah kaprah, ini beda gapura Gedung Sate dengan Candi Bentar
Menyambangi Situs Kuta Cicurug Sukabumi, peninggalan era pra-aksara
5 kondisi generasi pra-internet di Sukabumi, Gen Y, Z dan Alpha tidak tahu: Seru dan imajinatif
2027 Gerbang Tol Bocimi Seksi 2 dan 3 berarsitektur budaya Sunda
Ini alasan BRIN usul Gunung Karang dan Gunung Tangkil Sukabumi jadi cagar budaya dan eco-museum
Menyelinap ke Desa Penari Sukabumi, berawal dari sumpah serapah kepala kampung
Kembali ke era 70an, intip suasana pagi, siang, malam di Kampung KDM Sukabumi

Berita Terkait

Jumat, 28 November 2025 - 02:17 WIB

Mata Luka Sengkon Karta, Peri Sandi Huizche: 5 Fakta penyair Indonesia asal Sukabumi

Selasa, 25 November 2025 - 17:47 WIB

Orang tua dan kisah cinta Nyi Roro Kidul, Putri Kandita membuat pengawal jatuh hati

Senin, 24 November 2025 - 18:36 WIB

Jangan salah kaprah, ini beda gapura Gedung Sate dengan Candi Bentar

Minggu, 23 November 2025 - 16:17 WIB

Menyambangi Situs Kuta Cicurug Sukabumi, peninggalan era pra-aksara

Minggu, 23 November 2025 - 00:30 WIB

5 kondisi generasi pra-internet di Sukabumi, Gen Y, Z dan Alpha tidak tahu: Seru dan imajinatif

Berita Terbaru