Curhat Petani Rempah-rempah di Ciemas Sukabumi, Ingin Produksi Jamu Sendiri

- Redaksi

Senin, 19 Juli 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Produk rempah-rempah dari petani Mekarjaya, Ciemas, Sukabumi. | Istimewa

Produk rempah-rempah dari petani Mekarjaya, Ciemas, Sukabumi. | Istimewa

sukabumiheadline.com l CIEMAS – Duden Wahyu Hartyanto (49 tahun) warga Kampung Jalan Cagak Desa Mekarjaya, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi adalah seorang petani rempah-rempah dan palawija.

Hampir 20 tahun lamanya, Duden bersama 30-an petani lokal tergabung dalam Kelompok Tani Srijaya. Kelompok tersebut menggarap berbagai komoditas rempah-rempah di atas lahan 10 hektare.

Komoditasnya antara lain kunyit, lengkuas putih dan merah, jahe gajah, serai, temulawak dan jenis lainnya untuk diolah menjadi bahan membuat jamu melalui proses simplisia atau proses pengeringan. Yang paling digemari adalah temulawak.

Duden menjelaskan, produk pertanian dari Ciemas ini sudah sering dipasok ke berbagai perusahaan pembuat jamu. Apalagi para petaninya pernah beberapa kali mendapat pembekalan dan pelatihan seputar pertanian.

“Beberapa perusahaan yang bergerak di industri ekstrak bahan alam dan home industri yang ada di Sukabumi juga biasa memesan dari kita. Temulawak olahan petani di sini pernah sampai ke Malaysia, namun karena beberapa keterbatasan produknya tak bisa memenuhi persyaratan pasar di Malaysia,” kata Duden kepada sukabumiheadline.com.

petani sh 2
Produk rempah-rempah dari petani Mekarjaya, Ciemas, Sukabumi. | Foto: Istimewa

Belajar dari hal tersebut, Duden dan petani lainnya sedikit demi sedikit menyisihkan hasil dari panen untuk membuat legalitas dan peralatan untuk produksi jamu.

Baca Juga :  Tak Kuat Menahan Hujan, Rumah Wanita Lansia di Kota Sukabumi Ambruk

“Walaupun masih jauh untuk mencapai target, kita usahakan sampai mengantongi legalitas dan izin dari BPOM. Semoga ada dinas atau pihak terkait yang bisa membantu untuk cita cita kelompok tani ini,” katanya.

Bahan olahan dari tanaman obat Kelompok Tani Srijaya ini dibanderol Rp 15 ribu per kilogram. Sayangnya, usaha pertanian ini sempat terganjal sejak pandemi Covid-19 menyerang dan membuat penjualan sepi.

“Memang pendapatan menurun sampai 50 persen, tapi lumayan masih bisa cukup untuk menghidupi kelompok ini,” tutupnya.

Berita Terkait

Sudah satu tahun jalan amblas dan jembatan rusak di Sukabumi
5 fakta Umar: Kisah hidup ojol asal Sukabumi merantau ke Jakarta hingga babak belur dihajar Brimob
Innalilahi, tabrakan beruntun di Jalan Raya Sagaranten – Nyalindung Sukabumi
Pesan Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi dalam Istighosah Kubro di Palabuhanratu
Miris, bocah 11 tahun di Gunungguruh Sukabumi alami gizi buruk dan TBC
Genjot PAD, Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi apresiasi program Gebyar Sipenyu
Berujung ricuh, ini 11 tuntutan, demo mahasiswa Sukabumi
Mobil MBG terperosok jalan butut di Kalibunder Sukabumi

Berita Terkait

Senin, 8 September 2025 - 02:00 WIB

Sudah satu tahun jalan amblas dan jembatan rusak di Sukabumi

Senin, 8 September 2025 - 00:01 WIB

5 fakta Umar: Kisah hidup ojol asal Sukabumi merantau ke Jakarta hingga babak belur dihajar Brimob

Sabtu, 6 September 2025 - 05:15 WIB

Innalilahi, tabrakan beruntun di Jalan Raya Sagaranten – Nyalindung Sukabumi

Kamis, 4 September 2025 - 16:12 WIB

Pesan Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi dalam Istighosah Kubro di Palabuhanratu

Kamis, 4 September 2025 - 02:10 WIB

Miris, bocah 11 tahun di Gunungguruh Sukabumi alami gizi buruk dan TBC

Berita Terbaru

Jalan amblas dan Jembatan Cikarang, Kabupaten Sukabumi rusak - Ronald Legy

Sukabumi

Sudah satu tahun jalan amblas dan jembatan rusak di Sukabumi

Senin, 8 Sep 2025 - 02:00 WIB