Inspirasi Nora Amath, Muslimah Australia Melawan Diskriminasi

- Redaksi

Jumat, 23 Juli 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dr. Nora Amath. | Foto: Istimewa

Dr. Nora Amath. | Foto: Istimewa

SUKABUMIHEADLINE.com – Dr. Nora Amath sejak 23 tahun yang lalu sudah tinggal di Australia. Ia berasal dari keluarga kelompok minoritas di Asia Tenggara. Namun, gelar akademiknya terbilang mentereng, ia memiliki dua gelar pendidikan S3.

Ia mengajarkan tentang kewenangan pada anak perempuannya seperti yang dilakukan sang Ibu kepadanya. Namun, ada juga yang menganggap Nora tidak mampu bekerja atau selalu diperintah oleh suaminya.

Tudingan yang cukup beralasan, mengingat Halim Rane, suami Dr. Nora Amath adalah seorang profesor studi Islam di Griffith University, mempelajari pemikiran Islam kontemporer dan komunitas muslim di daerah Barat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dr Nora pernah mengalami situasi menantang ketika menjabat sebagai staf senior di IWAA atau komunitas dalam negeri dan organisasi pendukung pengungsi yang dipimpin perempuan muslim.

Ia pernah diberhentikan pengunjuk rasa saat berbicara di acara lintas agama disoraki kata-kata kasar dan diberhentikan ketika sedang memberi pelatihan kepada pengungsi yang baru pindah ke daerah kepercayaan dan kebiasaan Islam.

Baca Juga :  Pengadilan Banding Mesir Kuatkan Vonis Seumur Hidup 10 Pemimpin IM

“Mereka menghambat pergerakan saya untuk mengajar karena saya terus dihina dan di kata-katai. Sampai harus didampingi polisi,” tutur dia dikutip dari republika.co.id.

Dalam survei Australia Talks Nasional oleh ABC 80 persen dari 60.000 warga Australia mengatakan diskriminasi merupakan masalah umum di Australia. Sedangkan warga yang lain mengatakan diskriminasi masalah yang pernah dialami oleh mereka.

“Sedikit menjengkelkan ketika orang-orang hanya berasumsi tentang kita karena stereotip tertentu yang sering digemborkan dipolitik ataupun media,” katanya.

Sunni dan Syiah memiliki kebiasaan dan tradisi berbeda. Keberagaman ini hadir dalam dua cabang pengajaran Islam.

Pada tahun 1800-an penunggang unta dari Afghanistan menjadi kelompok muslim pertama yang menetap secara permanen di Australia.

Salah satu dari mereka adalah kakek Shahnaz Rind wanita Yamatji Aborigin (23) lahir sebagai muslim, sang kakek membantu membangun salah satu masjid di Kota Perth.

Lanjut Shahnaz, ketika pertama kali memberitahu pada teman kerjanya bahwa ia seorang muslim, teman-temannya terkejut.

“Kadang tidak mudah jadi muslim Aborigin masih suka didiskriminasi. Orang Aborigin yang beragama Islam jarang terdengar eksistensinya. Sama halnya dengan kristen, sama halnya dengan keturunan Yahudi. Aborigin mengalir dalam darah dan adalah siapa kita sebenarnya,” ujarnya.

Baca Juga :  Erdogan: Negara Turki akan Ganti Nama

Masjid Pertama di Australia

Sejak tahun 1800-an masjid yang dibangun oleh imigran Afghanistan dan Pakistan di Australia sempat tutup sewaktu perang dunia II dan dibangun kembali pada tahun 1993.

Menurut Imam Hamdullah Bin Ataullah terdapat banyak jemaat dengan etnis berbeda seperti Pakistan, India, Sudan, Mesir, Tanzania, Indonesia, Malaysia termasuk Aborigin.

“Jemaat berdoa dengan caranya masing-masing, Doa dipanjatkan menurut Fikih tertentu. Jika seorang mengikuti Yurisprudensi Islam dalam doanya pria dan perempuan dipersilakan beribadah di sini,” imbuhnya.

Jessica Swann (47 Tahun) warga Australia sekaligus seorang mualaf sejak 17 tahun yang lalu setelah pindah ke Bahrain untuk urusan pekerjaan.

Lanjut Jessica, ia meninggalkan kehidupannya di Australia bahkan berpisah dengan tunangannya dan memulai mencari Tuhan.

Ia mulai tertarik mendalami ajaran Islam setelah ramai pemberitaan yang memojokkan Islam dan Muslim usai peristiwa 11 September di Amerika Serikat.

“Saya tidak lari dari apapun, tidak mualaf ataupun kembali. Saya berkembang dalam sebuah perjalanan kerohanian yang menuntun pada Islam,” tutur dia.

Berita Terkait

Tak cuma Gaza, Kabinet Netanyahu desak Israel rebut Tepi Barat
Jenderal Korps Garda Revolusi Islam: Iran baru kerahkan 5% kekuatannya vs Israel
Permintaan tunda sidang kasus korupsi Benjamin Netanyahu ditolak pengadilan Israel
Menlu Iran ke Presiden AS: Kalau mau deal jangan kurang ajar pada Khamenei
Ekonomi ambruk, kini Israel hadapi puluhan ribu tuntutan ganti rugi bangunan hancur
Kemenangan politikus Muslim, Zohran Mamdani dalam pemilihan Wali Kota New York City
Hasil perang 12 hari vs Iran, ekonomi Israel ambruk
Setelah bertemu Presiden Rusia, Iran tembakkan rudalnya ke Qatar dan Irak

Berita Terkait

Kamis, 3 Juli 2025 - 14:40 WIB

Tak cuma Gaza, Kabinet Netanyahu desak Israel rebut Tepi Barat

Senin, 30 Juni 2025 - 00:22 WIB

Jenderal Korps Garda Revolusi Islam: Iran baru kerahkan 5% kekuatannya vs Israel

Minggu, 29 Juni 2025 - 01:00 WIB

Permintaan tunda sidang kasus korupsi Benjamin Netanyahu ditolak pengadilan Israel

Sabtu, 28 Juni 2025 - 15:29 WIB

Menlu Iran ke Presiden AS: Kalau mau deal jangan kurang ajar pada Khamenei

Jumat, 27 Juni 2025 - 15:12 WIB

Ekonomi ambruk, kini Israel hadapi puluhan ribu tuntutan ganti rugi bangunan hancur

Berita Terbaru