Nganteuran: Resep Perempuan Jampang, Kemesraan Wanita Sukabumi dan Lingkungannya di Masa Silam

- Redaksi

Kamis, 16 Maret 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Suasana kegiatan pengambilan gambar film dokumenter

Suasana kegiatan pengambilan gambar film dokumenter "Nganteuran: Resep Perempuan Jampang". l Tilik Sarira Creative Process

sukabumiheadline.com – Sekelompok remaja di wilayah selatan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat menyajikan beragam jenis kuliner khas Sunda zaman dulu dalam bentuk visual. Mereka seakan mengajak masyarakat modern untuk menyicipi beragam sajian kuliner untuk disantap oleh mata penonton.

Cara mereka menyajikannya pun terbilang kreatif, dikemas dengan cara modern dalam bentuk film dokumenter berjudul Nganteuran: Resep Perempuan Jampang.

Film ini diproduksi sebagai salah satu proyek residensi “Nganteuran (Performative Culinary Arts)” dari Tilik Sarira Creative Process.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sebagaimana kita ketahui, ngenteuran dalam bahasa Sunda, berarti “mengantarkan” makanan ke suatu tempat. Pada zaman dulu, budaya nganteuran lazim dilakukan oleh para istri kepada suaminya yang tengah bekerja di sawah atau kebun.

Nganteuran juga dipakai sebagai cara mengungkap pengetahuan dalam proses timbal balik antara perempuan dan lingkungan hidupnya.

Karenanya, film ini seolah menggugah kesadaran kita sebagai masyarakat Sunda bahwa jauh sebelum kita mengenal istilah COD, warga Sukabumi sudah begitu lekat dengan nganteuran.

Sejatinya, Nganteuran: Resep Perempuan Jampang tak sekadar mempertontonkan beragam sajian kuliner kreasi dan resep khas perempuan Jampang, tetapi juga mengajak para penontonnya untuk bernostalgia ke masa silam.

Menurut Direktur Artistik Tilik Sarira Creative Process, Shofa Sophiyah Kosasih, proses produksi film dokumenter tersebut melibatkan 12 seniman dan peneliti lintas disiplin (visual, pertunjukan, antropologi) dari beberapa daerah di Indonesia.

“Jadi sebelum proses produksi film dokumenter ini Tilik Sarira terlebih dahulu melakukan sejumlah penelitian tentang budaya pangan,” jelas Sophiyah kepada sukabumiheadline.com, Kamis (16/3/2023).

Baca Juga :  Nganteuran, diplomasi rantang yang semakin dilupakan warga Sukabumi

“Penelitian tersebut berlangsung pada bulan Desember hingga Februari dengan proses penelitian internal tahap awal. Kemudian, ada proses residensi dengan 12 seniman dan peneliti selama satu bulan,” imbuhnya.

Sophiyah menambahkan, produksi Nganteuran: Resep Perempuan Jampang didukung oleh Dana Indonesiana, Budaya Saya, LPDP, Pemerintah Kabupaten Sukabumi dan Catra Studio.

“Karenanya, film dokumenter ini digarap melalui dialog multi perspektif dari latar belakang berbeda. Karya ini dibangun dengan cara mendokumentasikan temuan setiap kelompok seniman yang bekerja dengan para perempuan di empat lokasi berbeda, yaitu Gunung Patat, Goa Baduy (Legok Picung), Sungai Cibeureum, dan Pantai Minajaya,” jelasnya.

“Kemudian, budaya pangan ini diangkat dalam bentuk film. Mulai dari proses memasak atau penyajian hingga menikmati hasil pangan dalam tradisi nganteuran ini,” jelas perempuan yang akrab disapa Sofhie itu.

Suasana kegiatan pengambilan gambar film dokumenter "Nganteuran: Resep Perempuan Jampang". l Tilik Sarira Creative Process
Suasana kegiatan pengambilan gambar film dokumenter “Nganteuran: Resep Perempuan Jampang”. l Tilik Sarira Creative Process

Sofhie menambahkan, Nganteuran: Resep Perempuan Jampang menampilkan proses interaksi dan negosiasi sebagai cara memunculkan data dan pertukaran arsip ketahanan pangan.

Nganteuran: Resep Perempuan Jampang juga memotret kemesraan perempuan Sukabumi dengan lingkungannya di masa silam dalam visualisasi yang menggoda untuk dikenang.

Nganteuran: Resep Perempuan Jampang merupakan upaya diseminasi pengetahuan dari hubungan di dalam dan luar praktik pangan warga, khususnya peran perempuan di dalam lanskap sejarah lingkungan dan biodiversitas Jampang Kulon,” papar Sofhie.

Nganteuran: Resep Perempuan Jampang, lanjut Sofhie, juga memandang peran air dari masyarakat di bantaran Sungai Cibeureum.

Baca Juga :  Daftar rumah makan Sunda enak di Sukabumi, harga mulai dari Rp5 ribu

“Ada siklus pertukaran air laut dan darat yang terjadi di Pantai Minajaya, ada pengetahuan dan pergeseran fungsi lahan huma pada masyarakat Gunung Patat, serta mitos seputar laku masyarakat yang membentuk wisata edukasi di Goa Baduy (Legok Picung),” ungkap Sofhie.

Peluncuran dan Pemutaran Perdana Nganteuran: Resep Perempuan Jampang

Sofhie menambahkan, peluncuran dan pemutaran perdana Nganteuran: Resep Perempuan Jampang diselenggarakan dalam rangkaian seremoni penutupan produksi karya penciptaan “Nganteuran (Performative Culinary Art)” pada Sabtu, 18 Februari 2023.

Dalam seremoni penutupan, Tilik Sarira mengusung tajuk Helaran Nganteuran yang menyuguhkan ruang interaksi budaya dalam beberapa sesi yang mampu menggugah nostalgia warga Sukabumi di masa silam.

“Pertama Pasar Barter, yaitu pasar kreatif makanan tradisional resep dari Sungai Cibeureum dengan pembelian memakai sistem barter (pertukaran) bahan pangan atau makanan,” tambahnya.

Kemudian kedua, Musium Goah yang berisi instalasi alat dapur dan teknologi pangan dari empat wilayah penelitian.

Ketiga, Riungan Tutunggulan yaitu rampak tumbuk padi dari 50 perempuan, dan keempat, diskusi karya bersama Irman Firmansyah (penulis buku Soekabumi: The Untold Story).

“Kelima, pertunjukan dari pegiat seni lokal, yaitu Kampung Gondang, Mes Art Company, Karinding Awi Buhun dan Jamsu Hip-Hop Sunda,” pungkas Sofhie.

Jadwal Peluncuran dan Pemutaran Perdana Nganteuran: Resep Perempuan Jampang

Untuk informasi, peluncuran dan penayangan perdana Nganteuran: Resep Perempuan Jampang akan digelar di Alun-alun Jampang Kulon pada Sabtu (18/3/2023) pukul 19.30 WIB.

Nganteuran: Resep Perempuan Jampang juga bisa disaksikan di http://tiliksarira.com/ atau https://www.youtube.com/watch?v=7UZ6x79NkrQ.

Berita Terkait

5 fakta dan keunikan suku Sunda
Mengenal asal-usul suku Sunda: dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, riang, dan bersahaja
7 perawatan kulit ala Wanita Sukabumi zaman dulu: Dari kunyit madu hingga lidah buaya
Manfaat dongeng, 7 cerita Sunda dan sejarah Hari Dongeng Nasional 28 November
Mata Luka Sengkon Karta, Peri Sandi Huizche: 5 Fakta penyair Indonesia asal Sukabumi
Orang tua dan kisah cinta Nyi Roro Kidul, Putri Kandita membuat pengawal jatuh hati
Jangan salah kaprah, ini beda gapura Gedung Sate dengan Candi Bentar
Menyambangi Situs Kuta Cicurug Sukabumi, peninggalan era pra-aksara

Berita Terkait

Minggu, 14 Desember 2025 - 00:53 WIB

5 fakta dan keunikan suku Sunda

Minggu, 7 Desember 2025 - 21:28 WIB

Mengenal asal-usul suku Sunda: dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, riang, dan bersahaja

Selasa, 2 Desember 2025 - 02:00 WIB

7 perawatan kulit ala Wanita Sukabumi zaman dulu: Dari kunyit madu hingga lidah buaya

Jumat, 28 November 2025 - 19:33 WIB

Manfaat dongeng, 7 cerita Sunda dan sejarah Hari Dongeng Nasional 28 November

Jumat, 28 November 2025 - 02:17 WIB

Mata Luka Sengkon Karta, Peri Sandi Huizche: 5 Fakta penyair Indonesia asal Sukabumi

Berita Terbaru

Unjuk rasa menolak pemukiman Israel di Tepi Barat. l Istimewa

Internasional

Pemukim Yahudi di Tepi Barat bertambah signifikan, PBB murka

Senin, 15 Des 2025 - 01:04 WIB

Ilustrasi pemeluk Konghucu - sukabumiheadline.com

Khazanah

5 fakta Konghucu dan jumlah pemeluknya di Sukabumi

Minggu, 14 Des 2025 - 17:01 WIB