30.4 C
Sukabumi
Jumat, April 26, 2024

Paman Anwar Usman langgar etik lagi, MKMK kembali beri sanksi

sukabumiheadline.com - Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK)...

Desain Ala Skuter Retro, Intip Spesifikasi dan Harga Suzuki Saluto 125

sukabumiheadline.com l Di belahan dunia lain, Suzuki...

Ternyata Ini Penyebab Ledakan Tabung CNG di Cibadak Sukabumi, Kepsek SD Korban Tewas

sukabumiheadline.com l Peristiwa pilu meledaknya tabung gas...

Perjuangan Lansia di Parungkuda Sukabumi Biayai 3 Anak Sekolah dari Hasil Memulung

SukabumiPerjuangan Lansia di Parungkuda Sukabumi Biayai 3 Anak Sekolah dari Hasil Memulung

sukabumiheadline.com l PARUNGKUDA – Siapa tak ingin hidup serba berkecukupan, serba mudah mendapatkan apapun yang diinginkan. Tetapi Tuhan selalu memiliki caraNya sendiri untuk menyeimbangkan kehidupan. Terkadang hidup terasa serba mudah, tapi ada kalanya terasa sempit sehingga seakan hanya kitalah satu-satunya yang menderita.

Demikian dengan Engkos Kosim, seorang lansia asal Kampung Leuwiorok, Desa Sundawenang, Kecamatan Parungkuda, Kabupaten Sukabumi. Hingga usianya menginjak 71 tahun, ia setia menjalani hidup sebagai pemulung barang bekas.

Jika siang, suami dari Eja (67), itu memulung barang bekas ke arah Cicurug. Sedangkan, setiap malam hari, ia menyusuri jalanan mencari sampah plastik dan kardus bekas ke arah Cibadak.

Wajahnya terlihat keras, dengan keriput tampak terlihat di sebuah bagian tubuhnya. Dari mulai wajah, hingga jari jemari tangannya. Namun, dari caranya bertutur, jelas bahwa sosok ayah enam anak ini seorang yang lembut.

Menurut Kosim, setiap siang hari, ia menjalani aktivitasnya memulung mulai jam 10.00 atau 12.00 WIB. Sedangkan, malam hari ia keluar rumah untuk memulung dimulai pukul 22.00 WIB.

Jumat (3/6/2022) dinihari pukul 00.20 WIB, Kosim terlihat sedang mengaduk-aduk tumpukan sampah sisa katering. Satu per satu boks nasi kotak dan air minum dalam kemasan ia rapikan di dalam karung besar yang ia siapkan.

Membiayai Anak Sekolah dari Hasil Memulung

Menurut Kosim, tiga dari enam anaknya sudah berumah tangga. Sedangkan tiga lainnya masih duduk di bangku sekolah tingkat dasar.

“Saya masih punya tiga anak yang masih sekolah,” jawab Kosim ketika mendapatkan pertanyaan sukabumiheadline.com, kenapa setua itu masih memulung hingga larut malam.

Menurutnya, dua dari tiga anaknya yang masih sekolah, itu masih duduk di bangku SD. Sedangkan, satu lagi duduk di kelas 9. “Hoyong lebet SMA, tapi duka. Kumaha engkin we (ingin masuk SMA, tapi liat nanti saja),” ujar dia.

Sudah 23 Tahun Menjadi Pemulung

Diakuinya, ia memilih menjadi pemulung sejak tahun 1995. Menurut dia, dulu relatif sedikit pesaing dalam memulung barang bekas.

“Dulu mah alhamdulillah, mungkin karena masih sedikit pemulung, jadi hasilnya juga suka banyak. Sekarang sampah semakin banyak, tapi pemulungnya juga banyak,” tutur Kosim.

“Dulu, kalau sekali jalan ke arah Pasar Cibadak, alhamdulillah. Selalu banyak hasilnya,” tambah dia.

Kalah Bersaing dengan Sesama Pemulung

Tak hanya itu, sejak awal berdiri Pasar Parungkuda, ia mengaku selalu ketiban rezeki lumayan besar. Meskipun kemudian, ia kerap kali meminjam uang ke pengelola toilet umum di pasar untuk modal membeli kardus bekas di toko-toko yang ada di pasar.

Namun, saat ini, ia mengaku sudah tidak bisa lagi bersaing karena harga beli barang bekas yang melambung.

“Sekarang mah, sejak pasarnya direnovasi, sudah tak sanggup lagi beli barang bekasnya. Harga belinya naik jauh, sementara harga jual susah naiknya,” tuturnya.

Pendapatan Sebulan dari Memulung

Ketika mendapat pertanyaan terkait penghasilannya dalam satu hari, Kosim mengaku antara Rp50 ribu sampai Rp60 ribu. “Ya sehari dari siang sampai subuh, dapat 50 ribu sampai 60 ribu Rupiah,” kata dia.

Menurutnya, sampah cup plastik bekas air minum misalnya, meskipun terlihat banyak, tapi harga jual per kilogramnya hanya Rp5 ribu.

“Keliatannya sih memang banyak, tapi harga jualnya cuma lima ribu Rupiah per kilogram. Jadi kalau seminggu dapat satu karung, isinya cuma lima kilogram,” kata Kosim dengan senyum berat seraya menghela nafasnya yang tersengal karena terlalu lama membungkukkan badan.

Ditambahkannya, ia biasa menjual barang bekasnya sebulan sekali. Dari hasil menjual barang bekas selama sebulan itu, Kosim meraup hasil sekira Rp1,2 juta hingga Rp1,5 juta.

“Suka nunggu sebulan, nunggu dapat satu mobil touring (ukuran Carry pickup), baru saya jual,” ujar dia.

Ketika ditanya caranya memenej keuangan keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dari mulai makan hingga biaya sekolah anak-anaknya, Kosim menjawab bahwa ia biasa nyetok kebutuhan makan untuk satu bulan ke depan.

“Jadi seperti beras, saya biasa membeli untuk satu bulan ke depan. Dulu sih cukup kebantu karena mendapat PKH (Program Keluarga Harapan), tapi sekarang sudah enggak dapat. Enggak tahu kenapa, mungkin sudah bukan rezeki,” jawab dia.

Setelah tidak lagi mendapatkan PKH, ia mengaku dipaksa keadaan untuk menikmati pekerjaannya tersebut. Meskipun diakuinya, memang sulit mencari pilihan pekerjaan selain menjadi pemulung.

“Yang penting bisa makan dan menyekolahkan anak-anak. Mudah-mudahan anak anak saya bisa bernasib lebih baik,” pungkas dia.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer