30.1 C
Sukabumi
Sabtu, Juli 27, 2024

Yamaha Zuma 125 meluncur, intip harga dan penampakan detail motor matic trail

sukabumiheadline.com - Yamaha resmi memperkenalkan Zuma 125...

Yakin Wanita Sukabumi Tak Minat Beli Yamaha QBIX 125? Intip Spesifikasi dan Harganya

sukabumiheadline.com l Yamaha QBIX 125 telah mengaspal...

Desain Ala Skuter Retro, Intip Spesifikasi dan Harga Suzuki Saluto 125

sukabumiheadline.com l Di belahan dunia lain, Suzuki...

5 fakta Pulau Natal, dihuni Muslim lebih dekat ke Sukabumi tapi gabung Australia

Internasional5 fakta Pulau Natal, dihuni Muslim lebih dekat ke Sukabumi tapi gabung Australia

sukabumiheadline.com – Pulau Natal, atau Christmas Island tergolong kecil. Namun demikian, pulau mungil ini memiliki banyak keunikan yang membuatnya sangat menarik dikunjungi karena memiliki panorama alam yang sangat indah.

Berikut adalah 5 fakta tentang Pulau Natal dikutip sukabumiheadline.com dari berbagai sumber.

1. Populasi dan umat Muslim di Pulau Natal

Christmas Island memiliki populasi sekira 1.402 jiwa yang tinggal di sejumlah daerah pemukiman di ujung utara pulau, seperti Flying Fish Cove (juga dikenal sebagai Kampung), Kota Perak, Poon Saan, dan Drumsite.

Hingga abad ke-19, pulau ini terisolasi secara geografis dan jauh dari jangkauan manusia. Tidak mengherankan jika berbagai flora dan fauna endemik di pulau ini relatif tidak terganggu. Kondisi ini merupakan hal yang penting untuk para ilmuwan dan naturalis.

Pulau yang tidak memiliki penduduk asli ini sebagian besar warganya merupakan imigran yang sedang berjuang mendapatkan status kewarganegaraan Australia. Nah, di antara para imigran itu terdapat kaum Muslim yang membawa “hadiah” khusus berupa ajaran Islam untuk pulau di selatan Indonesia tersebut.

Berdasarkan informasi di laman Index Mundi tahun 2021, populasi Muslim di pulau tersebut sebanyak 19,4% dari total penduduk 1.402 jiwa. Sebagian besar merupakan imigran beretnis Melayu. Namun, etnis tersebut bukanlah kelompok mayoritas.

Terdapat beragam etnis yang tinggal di daratan yang hanya berjarak 500 kilometer dari Jakarta tersebut, antara lain Anglo Australian, Eropa, Han (Tiongkok), dan lainnya.

5 fakta Pulau Natal, dihuni Muslim lebih dekat ke Sukabumi tapi gabung Australia
Umat Muslim dan masjid di Pulau Natal. – Istimewa

Data menunjukkan jika penganut Buddha di pulau ini sebanyak 18,3%, Roman Katolik 8,8%, Protestan 6,5%, serta kepercayaan lain sebanyak 27,7%. Dengan demikian, Islam menjadi agama mayoritas kedua di pulau tersebut. Komunitas Muslim lebih banyak tinggal di Flying Fish Cove atau dikenal pula dengan nama “Kampong”.

Kawasan ini di peta juga kerap disebut sebagai “Settlement”. Kawasan tersebut menjadi permukiman orang-orang Inggris setelah ditemukannya pulau ini. Kampong memiliki sebuah pelabuhan kecil yang menjadi tempat berlabuh kapal-kapal wisatawan. Pemandangannya sangat cantik dengan garis pantai yang elok dipandang mata.

Umat Muslim hidup damai di pulau multietnis ini. Pemerintah setempat menerapkan libur untuk hari besar tiap etnis dan umat beragama. Dua hari raya, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha pun ditetapkan menjadi hari libur. Beragam festival budaya Islam pun diizinkan untuk digelar.

Sebagaimana di Indonesia dan Malaysia, umat Islam di Pulau Natal juga menggelar perayaan Islam tradisional, yaitu peringatan hari kematian, pengajian, khitanan, syukuran, dan perayaan lain kerap dihelat warga Muslim.

Ada juga tradisi Muslim lainnya di pulau tersebut, yakni kewajiban mengenakan baju Muslim atau yang menutup aurat bagi setiap pengunjung kawasan Kampong. Aturan tersebut telah membudaya dan tak ada yang merasa keberatan.

Muslim setempat yang memang didominasi Melayu terbiasa mengenakan sarung, baju koko, dan peci. Beberapa di antara mereka mengenakan gamis yang umumnya berwarna putih. Nyaris tak ada perbedaan dengan Muslim di Indonesia atau Malaysia.

ADV: Sukakopi Kedai 24 Jam

Kedai Sukakopi l 24 Jam, 100 meter dari exit toll Bocimi Seksi 2. l Advertorial
Kedai Sukakopi l 24 Jam, 100 meter dari exit toll Bocimi Seksi 2. l Advertorial

2. Sejarah Pulau Natal

Menurut artikel Christmas Island Tourism Association dalam laman resminya yang berjudul The History of Christmas Island, menjelaskan tentang sejarah munculnya Pulau Natal, yakni pulau kecil berbatu di Samudra Hindia.

Adanya penemuan fosfat pada 1888 memandu nasib Pulau Natal ke abad-abad berikutnya. Namun, selain penemuan fosfat, Pulau Natal juga merupakan tempat yang cukup bersejarah. Lantas, mengapa dinamakan sebagai Pulau Natal atau secara internasional dikenal dengan nama Christmas Island?

Kisah itu dimulai saat Kapten William Mynors singgah dan menemukan sebuah pulau, kemudian menamai pulau itu dengan nama Natal. Alasannya, karena dia menemukannya pada 25 Desember 1643, tepat saat perayaan Natal. William Mynors adalah seorang kapten laut berkebangsaan Inggris. Dia merupakan master kapal milik East India Company (EIC) bernama Royal Mary yang beroperasi untuk EIC sepanjang 1626 hingga 1639.

5 fakta Pulau Natal, dihuni Muslim lebih dekat ke Sukabumi tapi gabung Australia
Hunian warga di Pulau Natal. – Istimewa

Setelah penemuan pada perayaan Natal 1643, pulau itu dimasukkan dalam peta navigasi Inggris dan Belanda sejak awal abad ke-17, tetapi baru pada 1666 peta yang diterbitkan oleh kartografer Belanda Pieter Goos memasukkan pulau itu. Selang beberapa abad selanjutnya, pada 6 Juni 1888, Inggris Raya menganeksasi Pulau Natal atas desakan John Murray. Penyebabnya adalah kemunculan fosfat membuat Inggris tergiur akan klaim atas Pulau Natal.

Setelah didirikannya pemukiman bernama Flying Fish Cove beserta perusahaan fosfat, 200 buruh Tiongkok, delapan manajer Eropa, dan lima polisi Sikh, tiba di pulau itu untuk menjadi tenaga kerja, ditambah dengan sejumlah kecil orang Melayu.

Nahas, selama Perang Dunia I yang terjadi sepanjang 1914 hingga 1918, penambangan fosfat berkurang. Namun, di sisi lain, jalur kereta api dari Settlement ke South Point, mulai dibangun. Pada perayaan Natal selanjutnya tahun 1942, Jepang menyerang kapal fosfat dari Norwegia yang bernama The Eidsvold di Flying Fish Cove. Akibatnya, 50 keluarga Asia dan Australia dievakuasi ke Perth, hari Natal yang kelam.

5 fakta Pulau Natal, dihuni Muslim lebih dekat ke Sukabumi tapi gabung Australia
Kota di kawasan pelabuhan di Pulau Natal. – Istimewa

Tak berhenti di situ, 900 tentara Jepang menyerbu dan menduduki Pulau Natal, memenjarakan orang Eropa yang tersisa dan memburu 1.000 pekerja Melayu dan Tiongkok di hutan-hutan pulau itu.

“Sabotase penduduk pulau dan kapal selam Sekutu menyebabkan penangguhan penambangan fosfat yang ada di Pulau Natal,” tulis Christmas Island Tourism Association.

“Tanda-tanda yang bisa kita saksikan hari ini (di pulau itu) adalah sejarah Perang Dunia II, pulau itu termasuk perkomplekan senjata yang dipulihkan,” tambahnya.

“Di sana juga dapat dilihat tentang invasi dan pendudukan Jepang, ketika penduduk pulau dan kapal selam Sekutu berhasil menyabotase usaha ranjau dan ratusan penduduk pulau kemudian dikirim ke kamp tawanan perang Jepang di Indonesia,” sambungnya.

Pada 1945, hari-hari buruk di Pulau Natal berakhir. Kekalahan Jepang di Perang Dunia II memukul mundur pasukan Nippon dari sana, meninggalkan Natal yang kemudian menjadi pulau bebas. Barulah pada 1949 Australia dan Selandia Baru membeli perusahaan bernama Christmas Island Phosphate dan Pulau Natal mulai dikelola oleh Koloni Singapura.

Inggris mengambil alih pulau itu dari Jepang atas nama Ratu Victoria, tetapi pada 1946, pulau itu ditempatkan di bawah yurisdiksi Koloni Mahkota Singapura. Pada 1958, Inggris (Kerajaan Britania Raya) mengalihkan kedaulatan ke Australia, sehingga pulau itu sampai saat ini menjadi bagian dari wilayah Australia.

3. Tempat migrasi kepiting merah terbesar di dunia

Plulau ini merupakan tempat bermigrasi kepiting merah terbesar di dunia. Diperkirakan ada 4–50 juta lebih kepiting darat berwarna merah yang akan bermigrasi di pulau ini pada akhir November hingga Desember.

Migrasi besar-besaran ini akan membuat jalanan serta berbagai wilayah di pulau ini akan dipenuhi kepiting merah berlalu-lalang. Karenanya, piting merah adalah hewan endemik Pulau Natal. Keberadaan mereka dilindungi oleh hukum untuk mempertahankan kelestariannya.

Dilansir dari laman VOA Indonesia, warga Pulau Natal di Australia mendapatkan tontonan memukau. Mereka menyaksikan jutaan kepiting merah bermunculan dari tengah pulau itu untuk melakukan perjalanan migrasi tahunan ke lepas pantai Australia Barat.

5 fakta Pulau Natal, dihuni Muslim lebih dekat ke Sukabumi tapi gabung Australia
Kepiting merah memasuki perkampungan warga Pulau Natal. – Istimewa

Bagi Brendan Tiernan, manajer sumber daya alam Taman Nasional Pulau Natal, menyaksikan migrasi kepiting merah bukanlah hal baru. Namun, dia sulit menutupi rasa takjubnya kepada fenomena alam ini.

“Migrasi tahun ini benar-benar epik. Jalan-jalan dipenuhi kepiting merah. Ini menyebabkan kemacetan lalu lintas di pulau kecil ini dan orang-orang harus turun dari mobil mereka untuk membersihkan kepiting-kepiting agar mobil mereka bisa melintas,” jelasnya.

Tiernan mengatakan bahwa fenomena ekologi unik ini tidak terjadi di tempat lain di dunia dalam skala seperti itu. Setiap tahunnya jutaan kepiting di Pulau Natal bermigrasi ke laut untuk kawin dan bertelur.

“Kadang kami menyebut pulau ini pulau kepiting merah, masyarakat Pulau Natal menyadari pentingnya kepiting merah bagi ekosistem, bagi perekonomian, dan bagi pariwisata kita,” imbuhnya.

Setelah kawin, kepiting jantan terlebih dahulu melakukan perjalanan kembali ke darat, atau tepatnya ke kawasan pedalaman, sementara kepting betina tinggal di liang-liang di pantai selama sekitar dua pekan untuk bertelur. Setiap kepiting betina dapat menghasilkan hingga 100.000 telur, yang kemudian akan ditumpahkannya di laut.

“Reaksi warga sangat beragam. Beberapa orang ketakutan mendapati diri mereka dikelilingi oleh jutaan artropoda yang merangkak, sedangkan sejumlah lainnya berusaha berbaur dengan kepiting-kepiting itu. Mereka berbaring di tanah dan membiarkan kepiting-kepiting merah merayap di atas tubuh mereka,” kata dia.

ADV: Sukakopi Kedai 24 Jam

Kedai Sukakopi l 24 Jam, 100 meter dari exit toll Bocimi Seksi 2. l Istimewa
Kedai Sukakopi l 24 Jam, 100 meter dari exit toll Bocimi Seksi 2. l Advertorial

4. Lebih dekat dengan Sukabumi, pernah terisolasi hingga neraka bagi para imigran gelap

Pulau kecil ini tergolong dekat dengan Pulau Jawa, ketimbang Benua Kanguru, Australia. Dari lepas pantai selatan Kabupaten Sukabumi menuju Pulau Natal hanya berjarak 400 kilometer. Sedangkan dari Pulau Natal ke Australia harus menempuh 1.200 kilometer, atau 2.600 kilometer ke Kota Perth.

Salah satu alasan pulau ini bergabung ke Australia karena mengikuti wilayah jajahan Inggris yang juga pernah menduduki wilayah Australia.

5 fakta Pulau Natal, dihuni Muslim lebih dekat ke Sukabumi tapi gabung Australia
Jarak dari Kabupaten Sukabumi ke Pulau Natal lebih dekat dibandingkan ke Australia. – Istimewa

Kini, Christmas Island sering kali dianggap sebagai pulau neraka bagi para imigran gelap. Pasalnya, Pulau Natal digunakan oleh pemerintah Australia sebagai pengamanan terhadap imigran gelap yang datang melalui jalur laut.

Jika petugas keamanan laut melihat ada kapal yang mencurigakan dan membawa imigran gelap, mereka akan menangkapnya dan mengintrogasinya sebelum dipulangkan lagi ke negara asalnya.

Fakta menarik lainnya dari Pulau Natal, yaitu pernah menjadi pulau yang terisolasi dari geografis dan jauh dari jangkauan manusia. Hal ini dikarenakan awalnya tidak ada yang memiliki pulau ini hingga abad ke-19, sehingga pulau ini otomatis menjadi pulau yang terisolir. Bahkan saat pandemi Covid-19, pulau ini paling steril dari wabah memastikan itu.

5. Wisata dan bandar udara internasional

Pulau Natal adalah salah satu spot rekreasi terbaik. Tidak dipungkiri kalau dilihat dari letaknya, pulau satu ini jelas menawarkan sesuatu yang luar biasa, terutama pantai-pantainya yang indah dengan pemandangan langsung ke arah Samudra Hindia. Pihak Australia sendiri memang diklaim mendapatkan banyak sekali keuntungan dari sektor wisata pulau ini.

Tidak hanya memiliki keindahan, pulau ini juga mengandung banyak kekayaan tambang. Sejak dulu, Pulau Natal dikenal sebagai penghasil fosfat yang cukup terkenal, bahkan sampai pernah didatangkan para pekerja dari Tiongkok untuk menggali bahan tambang itu. Selain itu, Pulau Natal ini juga mempunyai kekayaan kelautan yang luar biasa. Rumor mengatakan kalau tempat ini bisa menghasilkan ikan dalam jumlah yang sangat besar, termasuk potensi kepiting sebanyak 30 juta kilogram.

5 fakta Pulau Natal, dihuni Muslim lebih dekat ke Sukabumi tapi gabung Australia
Salah satu kawasan wisata pantai di Pulau Natal. – Istimewa

Fakta menarik terakhir dari Pulau Natal adalah memiliki daya tarik wisata yang sangat besar, meskipun luas wilayahnya kecil. Selain karena adanya migrasi kepiting merah, salah satu daya tarik dari pulau tersebut adalah menjadi spot scuba diving terbaik yang ada di dunia.

Tak hanya scuba diving, ada banyak daya tarik lain yang dimiliki oleh Pulau Natal, misalkan saja pemandangan alam yang sangat indah, sehingga kita bisa berlibur sambil menikmati suasana asri. Perlu diketahui juga kalau ada Taman Nasional yang berada di Pulau Natal. Taman Nasional ini memiliki aneka spesies burung serta hewan endemik lainnya.

Beberapa objek wisata di Pulau Natal yang dapat dikunjungi oleh para wisatawan antara lain adalah Christmas Island National Park, Christmas Island Visitor Centre, The Dales Hiking Trail, dan The Grotto.

Kemudian, ada Lily Beach, Dolly Beach, Gun Emplacement, Margaret Knoll, Lookout, Greta Beach, Ethel Beach, Ma Chor Nui Nui Temple, The Blowholes, Tai Jin House, Territory Day Park, National Park Bird Feeding, dan Golf Course Lookout.

Selain itu, juga ada Soon Tien Kong Temple, West White Beach, SIEV-X Memorial, SIEV-221 Memorial, South Point Railway Station, Anderson Dale Walk, Christmas Island Golf Course.

Bagi warga Sukabumi, Jawa Barat yang tertarik mengunjungi pulau ini, tidak perlu khawatir karena terdapat bandar udara internasional yang masuk ke dalam teritori Australia di Samudra Hindia, yakni Bandar Udara Internasional Pulau Natal (IATA: XCH, ICAO: YPXM).

Bandar udara ini terletak 2.600 kilometer (1.600 mil) dari arah barat laut kota di Perth (Australia Barat), 500 kilometer (310 mil) dari arah selatan Jakarta (Indonesia), dan 975 kilometer (606 mil) dari Keeling (Kepulauan Cocos).

Bandar udara ini berada di ketinggian 916 feet (279 meter) di atas permukaan laut. Bandar udara tersebut memiliki satu landasan pacu dengan arah 18/36 yang dilapisi aspal dengan ukuran 2.103 meter × 45 meter (6.900 feet × 148 feet).

Cara kedua yang bisa ditempuh menuju pulau ini, yaitu menaiki pesawat dari Indonesia menuju ke Perth, Australia atau bisa juga langsung terbang dari Indonesia ke Pulau Natal.

Menurut situs parksaustralia.gov.au, Anda bisa menggunakan maskapai Garuda Indonesia jika naik pesawat langsung dari Indonesia ke Pulau Natal, yang memiliki jadwal penerbangan setiap minggunya ke pulau tersebut. Penerbangan ini akan memakan waktu selama satu setengah jam saja. Selanjutnya, akan ada kapal feri yang mengantar kalian ke pulau tersebut.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer