sukabumiheadline.com – Kasus meninggalnya Siti Raya, balita asal Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, yang meninggal dunia akibat infeksi cacing merupakan peringatan bagi seluruh pihak terkait terutama pada bidang kesehatan. Baca selengkapnya: Sukabumi ditampar kasus balita meninggal digerogoti cacing, bak tikus mati di lumbung padi
Kasus balita berusia 4 tahun itu membuat Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, turun tangan. Bahkan, ia mengaku telah sepakat dengan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi untuk melakukan perbaikan khususnya pada pelayanan kesehatan masyarakat. Baca selengkapnya: Budi G. Sadikin dan Dedi Mulyadi akan benahi pelayanan kesehatan di Sukabumi
Kasus kematian raya yang videonya viral di berbagai platform media sosial, membuat banyak pihak terhenyak. Selain Menkes, sejumlah pejabat pun menaruh perhatian terhadap kasus Raya. Dari mulai menteri hingga anggota dan Ketua DPR RI, Puan Maharani.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Berikut adalah lima pernyataan pejabat pusat terkait meninggalnya Raya, dikutip sukabumiheadline.com dari berbagai sumber, Senin (25/8/2025).
Baca Juga: Penderita TBC di Kabupaten Sukabumi naik 300%, Cibadak terbanyak
1. Netty Prasetiyani, anggota Komisi IX DPR RI
Netty Prasetiyani menyatakan peristiwa pilu yang dialami almarhumah Raya itu menjadi alarm lemahnya sistem perlindungan sosial dan layanan kesehatan dasar di Indonesia.
“Tragedi ini menimbulkan duka yang menyayat hati sekaligus menjadi peringatan keras bagi semua pihak. Peristiwa ini tidak terjadi jika fungsi pencegahan, pemantauan, dan perlindungan sosial berjalan dengan baik,” kata anggota Komisi IX DPR RI yang membidangi Kesehatan dari Fraksi PKS itu dalam keterangannya, pada Jumat (22/8/2025).
Rekomendasi Redaksi: Nangis karena dipingpong, pengakuan relawan urus balita Sukabumi meninggal sebab cacingan akut
Istri dari mantan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan (Aher) itu menyoroti lemahnya peran perangkat desa, kader posyandu, PKK, hingga bidan desa dalam menjaga kesehatan warga setempat. Menurutnya, masih banyak warga miskin yang tidak masuk data penerima bantuan, sehingga kesulitan mengakses layanan dasar.
“Masih banyak keluarga miskin yang terabaikan dari data penerima manfaat, tidak memiliki dokumen kependudukan maupun jaminan kesehatan, sehingga kesulitan mengakses layanan dasar ketika kondisi darurat,” jelas Netty.
Berita Terkait: Tragedi balita meninggal digerogoti cacing: Bupati Sukabumi disentil, ini sanksi dari KDM
2. Agus Jabo Priyono, Wamensos
Wakil Menteri Sosial (Wamensos) Agus Jabo Priyono mengungkapkan keluarga balita bernama Raya (4) meninggal dunia dengan tubuh dipenuhi cacing di Sukabumi, Jawa Barat tak masuk data Kemensos. Agus meminta pemerintah daerah (pemda) setempat untuk aktif melihat kondisi warganya.
3. Pratikno, Menko PMK
Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) meninjau langsung rumah keluarga bayi Siti Raya di Sukabumi, Jawa Barat, setelah kasus meninggalnya dipenuhi cacing. Menko PMK menyebutkan lingkungan tempat tinggal keluarga Raya memang tidak sehat.
“Bahwa permasalahannya itu mulai dari kesehatan kebersihan rumah. Di situ tidak ada jamban, tidak ada sanitasi yang baik, tidak ada MCK yang memadai,” kata Pratikno, Jumat (22/8/2025).
“Ada beberapa anggota keluarga yang ditemukan sakit, sakit kronis, itu sudah ditangani oleh Kementerian Kesehatan,” jelas dia.
Selanjutnya, Pratikno menyebutkan tim Kemenko PMK bersama jajaran BKKBN mengidentifikasi kebutuhan keluarga, termasuk perbaikan lantai rumah, penyediaan MCK, serta sanitasi di sana. Pratikno menilai kasus ini jadi penanda pentingnya deteksi dini masalah kesehatan anak oleh posyandu hingga puskesmas.
“Mengaktifkan pasukan yang ada di lapangan, apakah itu pemerintah desa, posyandu, puskesmas, pendamping keluarga dari Kementerian Dukbangga, penyuluh keluarga berencana dari Dukbangga, untuk melakukan deteksi dini seawal mungkin, potensi-potensi masalah yang bisa mengganggu kesehatan anak dan juga tentu saja punya implikasi terhadap stunting, karena kita juga terus mengawal penurunan stunting,” sambung dia.
“Bahwa kasus kematian Ananda Siti Raya ini adalah bagi kami menjadi alarm nasional. Alarm nasional yang mengingatkan kita semua untuk bersama-sama bagaimana mencegah kejadian ini tidak terulang lagi, dan terus meningkatkan kualitas kesehatan anak Indonesia di mana pun berada,” ucapnya.
Berita Terkait: KDM sanksi Pemdes dan bidan, bocah di Kabandungan Sukabumi meninggal sebab cacingan akut
4. Arifatul Choiri Fauzi, Menteri PPPA
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifatul Choiri Fauzi menyebut peristiwa ini sebagai peringatan serius tentang pentingnya pemenuhan hak anak, terutama di bidang kesehatan, pengasuhan, dan lingkungan hidup yang layak.
“Peristiwa ini amat sangat memilukan, penderitaan yang harus dialami anak itu bahkan sampai meninggal dunia,” kata Arifa dalam keterangan diterima NU Online, Kamis (21/8/2025).
Arifah mengimbau pemerintah desa, pemerintah daerah, dan masyarakat sekitar wajib peduli pada setiap anak yang ada di lingkungannya sesuai mandat Undang-Undang Perlindungan Anak.
“Nurani dan akal sehat kita diingatkan bahwa pemenuhan hak anak adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya orang tua anak,” jelasnya.
Arifah mengungkapkan, pengasuhan Raya tidak optimal karena ibunya diduga mengalami gangguan jiwa, sementara ayahnya menderita TBC. Kondisi lingkungan yang tidak sehat juga memperburuk situasi, sementara akses layanan kesehatan datang terlambat.
“Ini catatan kelam bagi kita semua yang tidak boleh terulang pada anak manapun,” jelasnya.
Arifah mendorong Pemerintah desa dan aparat desa untuk mengaktifkan kembali fungsi pelayanan dasar seperti posyandu, PKK, dan bidan desa agar lebih intens memantau kesehatan anak dan masyarakat.
Dinas kesehatan juga perlu memperkuat pengawasan dan pencegahan penyakit menular pada anak. Selain itu, keluarga dengan keterbatasan harus mendapat dukungan sosial yang lebih intensif.
“Masyarakat pun diharapkan ikut berperan aktif menjaga kebersihan lingkungan serta mendukung layanan kesehatan anak, Wujud Kabupaten/Kota Layak Anak harus terlihat mulai dari state terendah yaitu desa dan kelurahan,” pintanya.
Sebagai tindak lanjut, Kemen PPPA akan berkoordinasi lintas sektor dengan pemerintah daerah, dinas kesehatan, dan aparat desa untuk memastikan penanganan keluarga korban.
“Kita juga akan menguatkan peran komunitas dan aparat desa melalui edukasi tentang pentingnya pengawasan kesehatan anak dan kebersihan lingkungan, termasuk mendorong program Ruang Bersama Indonesia (RBI) hadir di tingkat kelurahan bahkan desa,” tukasnya.
Baca Juga: 356.638 pengidap HIV baru di Indonesia, di Sukabumi 327 HIV/Aids
5. Puan Maharani, Ketua DPR RI
Ketua DPR RI Puan Maharani menekankan pentingnya peran aktif posyandu serta RT/RW dalam pemantauan kesehatan masyarakat, khususnya anak-anak.
Puan menyatakan bahwa kasus ini harus menjadi alarm bagi seluruh pihak, mulai dari pemerintah daerah, posyandu, hingga ketua RT/RW, agar lebih proaktif dalam meninjau kondisi warga.
“Kami berharap tim-tim posyandu yang masih ada di setiap desa dan kelurahan bisa lebih proaktif untuk meninjau dan melihat kondisi warganya. Kalau memang ada yang membutuhkan cek kesehatan, seharusnya bisa segera ditindaklanjuti. Ketua RT dan RW di wilayah tersebut juga harus berperan aktif,” kata Puan di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (21/8/2025).
Menurut Puan, pelayanan kesehatan dasar di tingkat masyarakat seharusnya menjadi garda terdepan untuk mencegah kasus serupa. Jika ada warga yang menunjukkan tanda-tanda sakit atau kondisi yang membutuhkan perhatian medis, maka RT/RW bersama posyandu dan pemerintah desa harus segera melaporkan agar bisa ditangani oleh Puskesmas maupun dinas kesehatan setempat.
“Jadi kita proaktiflah sama-sama mendorong jangan sampai hal seperti ini terulang kembali. Kalau memang diperlukan kartu BPJS, harus segera dilaporkan ke pemerintah atau pemdes setempat supaya masyarakat mendapatkan hak kesehatannya,” tegasnya.
Puan juga menyoroti program bantuan sosial (bansos) yang dinilai belum sepenuhnya menyentuh masyarakat yang membutuhkan. Faktor kerentanan sosial-ekonomi dapat membuat kasus kesehatan anak luput dari perhatian.
“Ini juga menjadi satu hal yang harus kita evaluasi bersama, bahwa mungkin masih ada di wilayah tertentu program-program sosial yang seharusnya didapatkan rakyat, tapi belum sampai. Jadi Ketua RT, Ketua RW, posyandu, Pemda, semua saya harapkan lebih proaktif untuk melihat rakyatnya,” jelas Puan.
Ia menambahkan, evaluasi terhadap pelaksanaan program sosial penting agar tidak ada warga yang terabaikan, terutama anak-anak dari keluarga miskin. Dengan pemetaan yang jelas di tingkat desa dan kelurahan, program pemerintah bisa lebih tepat sasaran. Puan menegaskan, kerja sama lintas sektor menjadi kunci pencegahan kasus serupa.
Posyandu sebagai basis kesehatan masyarakat, RT/RW sebagai ujung tombak informasi sosial, serta pemda dan pemerintah pusat sebagai penyedia layanan, perlu membangun koordinasi yang lebih baik.
“Ini menjadi tanggung jawab kita semua. Jangan sampai ada anak-anak bangsa yang kehilangan nyawa hanya karena masalah kesehatan yang seharusnya bisa dicegah sejak dini,” ujar Puan.
Ia mendorong masyarakat untuk tidak ragu melaporkan kondisi kesehatan warganya kepada aparat setempat. “Kalau kita peduli dengan lingkungan terdekat, insyaallah kasus-kasus tragis seperti di Sukabumi tidak akan terulang lagi,” pungkasnya.
Sebelumnya, balita bernama Raya berusia empat tahun tersebut meninggal dunia dalam kondisi mengerikan, penuh dengan cacing. Pemeriksaan medis menemukan cacing yang menggerogoti tubuhnya sudah lama bersarang, bahkan telur cacing juga ditemukan di dalam otaknya.
Kondisi ini diduga kuat disebabkan oleh kebiasaan Raya bermain di bawah rumah panggung orang tuanya yang kotor, di antara kandang ayam.