Bukan Sinetron, Omset Puluhan Juta Rupiah Tukang Cilok di Bojonggenteng Sukabumi Naik Haji

- Redaksi

Rabu, 5 Januari 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bubun sedang memproduksi cilok. l Dok. Pribadi

Bubun sedang memproduksi cilok. l Dok. Pribadi

sukabumiheadline.com l BOJONGGENTENG – Lebih dari 23 tahun H. Bubun menjalankan usaha produksi aci (sagu) dicolok atau cilok. Bersama sang istri, Bubun selalu berkomitmen, kualitas dan rasa adalah segalanya.

Sebelum memproduksi cilok pada tahun 1998, Bubun sempat berjualan bubur ayam keliling. Sampai pada satu waktu ia mencoba membuat cilok, dan ternyata disukai pembelinya.

Meskipun dikenal sebagai jajanan kampung dan murahan. Namun, ia selalu menggunakan bahan-bahan berkualitas baik dan bersih. Tak heran jika cemilan kampung tersebut laris manis dibeli anak-anak, remaja hingga orang tua.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Tadinya jualan bubur ayam, baru tahun 1998 mencoba berjalan cilok. Jadi double, pagi jualan bubur, sorenya jual cilok. Maksudnya untuk perbandingan jualan bubur sama cilok mana lebih menjanjikan,” papar Bubun kepada sukabumiheadline.com, Rabu (5/1/2022) dinihari.

Selain dengan pola reseller, ia juga berjualan sendiri ciloknya dengan berkeliling di sekitar Kampung Babakan, Desa/Kecamatan Bojonggenteng, Kabupaten Sukabumi.

“Setelah kurang lebih empat tahunan jualan cilok, suka ada yang ambil cilok dari saya untuk dijual lagi. Dari situ alhamdulillah cilok saya banyak yang pesan hingga akhirnya jualan bubur diteruskan oleh saudara saya,” papar laki-laki berusia 50 tahun itu.

Baca Juga :  Lansia Tenggelam di Sungai Cimandiri Sukabumi Ditemukan Tak Bernyawa

“Saya hanya berjualan cemilan sederhana, tapi alhamdulillah usaha kecil-kecilan ini bisa menghidupi saya dan keluarga,” tambah dia.

Omset Puluhan Juta Rupiah per Bulan

Sekira tahun 2015 usaha Bubun berada di puncak kejayaannya. Dalam sehari, ribuan butir cilok ia produksi dengan omset puluhan juta Rupiah per bulan.

“Untuk awal-awal cilok masih diproduksi ratusan butir, dan belum punya karyawan. Dengan cara pemasaran melalui media sosial dan dari mulut ke mulut. Jadi, pelanggan memberi tahu kalau di sini ada yang produksi cilok, bisa beli partai besar atau eceran. Sejak itu mulai memproduksi ribuan butir cilok. Sekira 3.500 sampai 5.000 butir cilok setiap hari, mempekerjakan 32 orang karyawan,” kata dia lagi.

Namun, setelah lima tahun berjalan, tahun 2020, usahanya terdampak pandemi Covid-19. “Dari tahun 2015 sampai awal 2019, alhamdulillah lancar. Setelah ada pandemi, penjualan mulai anjlok. Ditambah harga bahan-bahannya pada naik, belum lagi menurunnya penjualan membuat karyawan satu per satu berhenti,” ungkap Bubun.

Baca Juga :  Tabrakan beruntun motor, truk dan SUV di Cibadak Sukabumi

Diakui Bubun, sejak pandemi, penjualan ciloknya turun drastis. “Paling bagus terjual seribu butir,” kata ayah dari empat orang anak ini.

Berbicara modal, Bubun mengeluarkan Rp300 ribu sampai Rp700 ribu setiap kali memproduksi cilok. Dari modal yang ia keluarkan, ia bisa meraup omset Rp1 juta hingga Rp3,5 juta setiap harinya.

“Modal sih kalau saya tergantung kalau ada yang pesan. Kalau gak ada yang pesan paling sekira Rp300 ribu. Kalau ada yang pesan banyak, sekira Rp700 ribuan lah. Omset sebelum pandemi bisa sampai Rp3,5 juta per hari, sekarang sudah hampir dua tahun karena covid-19, turun jadi sekira Rp1 juta per hari,” katanya lagi.

Menunaikan Ibadah Haji

Dari hasil jerih payahnya tersebut, Bubun selalu menyisihkan pendapatannya untuk menabung. Alhasil setelah kurang lebih 10 tahun ia berjualan cilok, akhirnya bisa berangkat ke Tanah Suci pada tahun 2008.

“Selalu saya sisihkan hasil setiap hari berjualan. Saya lupa, tapi kurang lebih 10 tahun, ya pas dari mulai jualan cilok aja saya sisihkan tuh uang hasil jualan. Alhamdulillah bisa pergi ke Tanah Suci,” pungkasnya.

Berita Terkait

Mengenal pesona green stone Sukabumi yang mendunia
Petani Cidadap Sukabumi keluhkan harga pupuk subsidi dijual lebih mahal
Selain Maruarar Sirait, anaknya juga ngebet investasi di Persib Bandung, ternyata ini alasannya
Rencana Persib listing di Bursa Efek Indonesia, ini ulasan tujuan dan proses IPO
Rajin kritik Dedi Mulyadi, ternyata gaji Komisioner KPAI capai Rp26 juta per bulan
Hanipa, pesepakbola Timnas Putri asal Sukabumi ini minta bantuan Dedi Mulyadi
Pendiri Microsoft, Bill Gates tak ingin mati dalam keadaan kaya: Memalukan
Persib masuk bursa efek, Menteri PKP akan investasi Rp100 M, berharta Rp1,5 T ini rinciannya

Berita Terkait

Rabu, 4 Juni 2025 - 00:16 WIB

Mengenal pesona green stone Sukabumi yang mendunia

Selasa, 3 Juni 2025 - 13:00 WIB

Petani Cidadap Sukabumi keluhkan harga pupuk subsidi dijual lebih mahal

Senin, 2 Juni 2025 - 19:36 WIB

Selain Maruarar Sirait, anaknya juga ngebet investasi di Persib Bandung, ternyata ini alasannya

Kamis, 29 Mei 2025 - 08:40 WIB

Rencana Persib listing di Bursa Efek Indonesia, ini ulasan tujuan dan proses IPO

Rabu, 28 Mei 2025 - 10:00 WIB

Rajin kritik Dedi Mulyadi, ternyata gaji Komisioner KPAI capai Rp26 juta per bulan

Berita Terbaru