Buruh Sukabumi, Kiamat Pabrik Garmen di Depan Mata Ini Biang Keroknya

- Redaksi

Senin, 6 Februari 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Demo buruh pabrik garmen di Sukabumi. l Istimewa

Demo buruh pabrik garmen di Sukabumi. l Istimewa

SUKABUMIHEADLINE.com l Pabrik-pabrik garmen di Sukabumi, Jawa Barat banyak yang tutup dan dijual melalui marketplace properti. Tidak hanya itu, mesin-mesin diobral dan dilego ke luar negeri seperti India dan Bangladesh.

Diketahui, industri tekstil di Indonesia pada umumnya memang sedang terpukul di awal tahun 2023 ini. Salah satu penyebab utamanya adalah lemahnya permintaan ekspor. Ekonomi dunia sedang tidak baik-baik saja yang menyebabkan daya beli menurun.

“Potensi ekspor melemahnya sesaat harusnya. Ini lebih ke arah komitmen holistik regulasi,” ungkap Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Anne Patricia dikutip dari cnbcindonesia, Senin (6/2/2023).

Menurut Anne, perbandingan dengan pasar domestik 30:70. Meskipun angkanya kecil tetap saja berpengaruh terhadap para pelaku industri. Terlebih, pasar domestik juga lagi macet. Penyebabnya banyaknya produk tekstil impor. Produk tekstil lokal tak mampu bersaing.

“Karena sejujurnya trust kita ke domestic market kurang, karena domestik kadang-kadang banjir impor banyak, jadi gak stabil,” timpal Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSYFI) Redma Gita Wirawasta.

Baca Juga :  Kesal Jalan Rusak Bertahun-tahun, Warga Jampang Tengah dan Lengkong Sukabumi Turun ke Jalan

Dikarenakan permintaan ekspor melemah dan serbuan barang impor ke pasar lokal itulah yang kemudian membuat produk tekstil Indonesia terjepit. Para pelaku usaha tidak bisa lagi bergerak bebas untuk melakukan ekspansi ataupun meningkatkan penjualan.

Akibatnya, beban perusahaan meningkat. Cara terakhir dipakai seperti menutup atau menjual pabrik dan melakukan PHK massal.

“Industri kuncinya market. Industri TPT Indonesia sebenarnya orientasi local market jauh lebih besar dari ekspor. Ekspor hanya di kisaran 30 persen, lokal 70 persen,” jelasnya.

“Negara produsen TPT dunia juga melirik market TPT Indonesia yang begitu besar. Sebabnya bermacam-macam, utilisasi rendah, tidak bisa bersaing, akhirnya merugi, dan berujung ada yang tidak bisa bayar ke bank,” tambah dia.

Berita Terkait

Satu di Sukabumi! Satgas ESDM, Danantara & Setkab finalisasi kajian 18 proyek hilirisasi
Menteri UMKM sayangkan pedagang lokal lebih pilih jual barang China
Alasan resign dan 15 ide bisnis buat yang bosan jadi karyawan + 4 tips sukses
Dony Oskaria: KRL nyambung hingga Sukabumi
11 ide bisnis untuk ibu rumah tangga yang cuan, dari warung pagi hingga voice over
Dibuka pendaftaran PPPK BGN 2025 Tahap 2, cek syarat daftar online di sini
Syarat dan daftar mitra BGN untuk Program MBG di sini, warga Sukabumi minat?
Perlindungan Merek penting bagi UMKM Sukabumi agar tidak dibajak, cara dan daftar di sini

Berita Terkait

Jumat, 12 Desember 2025 - 20:37 WIB

Satu di Sukabumi! Satgas ESDM, Danantara & Setkab finalisasi kajian 18 proyek hilirisasi

Rabu, 10 Desember 2025 - 04:00 WIB

Menteri UMKM sayangkan pedagang lokal lebih pilih jual barang China

Rabu, 10 Desember 2025 - 01:20 WIB

Alasan resign dan 15 ide bisnis buat yang bosan jadi karyawan + 4 tips sukses

Selasa, 9 Desember 2025 - 15:10 WIB

Dony Oskaria: KRL nyambung hingga Sukabumi

Selasa, 9 Desember 2025 - 04:00 WIB

11 ide bisnis untuk ibu rumah tangga yang cuan, dari warung pagi hingga voice over

Berita Terbaru

Tiga perempuan Sunda di perkebunan teh - sukabumiheadline.com

Kultur

5 fakta dan keunikan suku Sunda

Minggu, 14 Des 2025 - 00:53 WIB

Elang Jawa - Kemenhut RI

Nasional

Wamenhut lepas liar Elang Jawa dilengkapi GPS di Sukabumi

Sabtu, 13 Des 2025 - 19:24 WIB