sukabumiheadline.com l Setiap tanggal 1 Juli, Korps Kepolisian Republik Indonesia (Polri) memeringati hari jadinya. Tahun ini, 2023, Korps Bhayangkara itu genap berusia 77 tahun.
Dirangkum sukabumiheadline.com dari berbagai sumber, berikut sejarah Hari Bhayangkara yang diperingati setiap 1 Juli.
Meski Hari Bhayangkara adalah ulang tahun polisi atau Polri, namun jangan salah sangka, tanggal 1 Juli bukan tanggal terbentuknya Polri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tanggal 1 Juli ditetapkan sebagai Hari Bhayangkara yang merupakan hari Kepolisian Nasional ini diambil dari momentum turunnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 11 Tahun 1946 yang berisi tentang penyatuan korps kepolisian yang berada di daerah-daerah menjadi satu kesatuan secara Nasional di bawah Pemerintahan Republik Indonesia.
Sedangkan nama Bhayangkara adalah istilah yang digunakan Patih Gadjah Mada dari Majapahit untuk menamai pasukan keamanan yang ditugaskan menjaga raja dan kerajaan kala itu.
Dilansir laman resmi polri.go.id, lambang Polisi bernama Rastra Sewakottama yang berarti “Polri adalah Abdi Utama dari pada Nusa dan Bangsa.”
Sebutan itu adalah Brata pertama dari Tri Brata yang diikrarkan sebagai pedoman hidup Polri sejak 1 Juli 1954.
Polisi di Masa Penjajahan
Perjalanan korps kepolisian di Indonesia telah berlangsung sejak zaman pemerintah kolonial Belanda yang membentuk kepolisian modern sejak 1897 hingga 1920.
Inilah yang menjadi cikal bakal terbentuknya Polri saat ini.
Kemudian saat Jepang menjajah Indonesia, kepolisian dibagi-bagi berdasarkan wilayah, seperti kepolisian Jawa dan Madura yang berpusat di Jakarta, Kepolisian Sumatera dengan pusat di Bukittinggi, Kepolisian Indonesia Timur berpusat di Makassar, dan Kepolisian Kalimantan yang pusatnya di Banjarmasin.
Namun, berbeda dengan zaman Belanda yang hanya mengizinkan jabatan tinggi diisi oleh orang-orang mereka, saat di bawah Jepang, Kepolisian dipimpin oleh warga Indonesia.
Namun, meski menjadi pemimpin, orang pribumi masih didampingi pejabat Jepang yang pada praktiknya lebih memegang kuasa.
Polisi di Masa Kemerdekaan
Setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu, polisi bentukan Jepang seperti PETA dan Gyu-Gun dibubarkan.
Kemudian, setelah Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, kepolisian yang tersisa dari masa penjajahan menjadi kepolisian Indonesia yang merdeka.
Pada 19 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) membentuk Badan Kepolisian Negara (BKN).
Selanjutnya, pada 29 September 1945, Presiden Soekarno menetapkan dan melantik R.S. Soekanto Tjokrodiatmodjo menjadi Kepala Kepolisian Negara (KKN).
Kala itu, kepolisian masih ada di bawah Kementerian Dalam Negeri dengan nama Djawatan Kepolisian Negara untuk urusan administrasi. Akan tetapi, pertanggungjawaban operasional dilakukan kepada Jaksa Agung.
Namun, sejak terbitnya PP Nomor 11 Tahun 1946, kepolisian negara bertanggung jawab secara langsung kepada presiden, di mana saat itu Kapolri dijabat oleh R.S. Soekanto Tjokrodiatmodjo.
Sejak era R.S. Soekanto Tjokrodiatmodjo hingga saat ini, Jend. Pol. Listyo Sigit Prabowo, Polri sudah 26 kali ganti pimpinan. Baca lengkap: Daftar Nama Pejabat Kapolri dari Masa Penjajahan hingga Saat Ini
Mengenal 5 Periode Setukpa Polri Sukabumi
Setukpa atau Sekolah Pembentukan Perwira Polri yang berada di Kota Sukabumi, Jawa Barat dulu dikenal orang dengan nama Sekolah Calon Perwira (Secapa) yang didirikan untuk menyelenggarakan fungsi pembentukan perwira Polri yang bersumber dari anggota Polri.
Setukpa dipimpin oleh kepala yang disingkat dengan jabatan Kasetukpa yang bertanggung jawab kepada Kepala Lembaga Pendidikan Polisi atau Kalemdikpol.
Saat ini Kasetukpa dipimpin oleh Brigadir Jenderal (Pol) Tugas Dwi Apriyanto, S.H.
Bagi warga Sukabumi mungkin belum banyak tahu tentang sejarah Setukpa, berikut adalah lima periode sejarah perkembangan Setukpa Sukabumi disarikan dari sukabumixyz.com.

[1] Periode Belanda-Jepang
Diawali tahun 1927 sampai dengan tahun 1942, pada periode penjajahan Belanda, waktu itu Setukpa diberi nama Politie School. Sekolah polisi ini mendidik: Siswa Agen Polisi, Siswa Komandan Polisi, Siswa Inspektur Polisi dan Siswa Mantri Polisi.
Lalu, era pendudukan Jepang, tahun 1942 s/d 1944. Pada waktu itu diberi nama Jawakaisatsu dan mendidik: Siswa Kotoka Sodhako Pendidikan Polisi Tinggi, Siswa Gaikie Kaisat Pendidikan Polisi Rendah. Tercatat Jawakaisatsu menelurkan lima angkatan alumni, di antaranya mantan Kapolri yang ke-3, yaitu Mayjen Pol. R. Sutjipto Danukusumo.
[2] Periode 1945 – 1951
Pada tahun 1945 s/d 1948, saat negara dalam keadaan perang (Agresi Belanda), Jawakaisatsu berubah nama menjadi SPB. Kala itu, semua siswanya dikerahkan untuk membela negara. Orang yang ditunjuk menjadi Direktur SPB adalah Komisaris Polisi Bustami Aman, orang Sumatera yang memiliki gelar Datuk Rangkayo Besar.
Lalu periode tahun 1949 s/d 1951, jaman Republik Indonesia Serikat (RIS), namanya dirubah menjadi SPI/Politie School. Pengajaran di antaranya terdapat pendidikan gabungan, pendidikan Kepolisian Belanda dan RI.

[3] Periode 1952 – 1968
Pada 1952 s/d 1960, berakhirnya RIS, SPI pun dirubah namanya kembali menjadi SPN (Sekolah Kepolisian Negara). Siswa yang dididik di antaranya Siswa Agen Polisi, Siswa Brigadir Polisi, Siswa Inspektur Polisi dan Siswa Komisaris Polisi Selain itu ada juga Siswa Inspektur ABCDE. Orang yang menjabat Direkturnya KBP. R. Saleh Sastra Negara. Salah satu alumninya terdapat mantan Kapolri yang ke-9 Jenderal Polisi Anton Sudjarwo.
Lanjut pada periode tahun 1960 s/d 1965, awal Polisi masuk ABRI, SPN berubah nama menjadi SAKRI. Kala itu yang dididik di antaranya Basis PTIK angkatan Rajawali, Siswa Untea dari Irian Barat, Siswa Agen Polisi, Brigadir Polisi, Inspektur Polisi, Siswa Komisaris Polisi, Siswa Brigwan dan Siswa Sie Bang. Orang yang menjabat Direktur adalah Kombes Pol R. Suroso Tjokrosoebroto dan AKBP Drs. Moh. Soebekti.

[4] Periode 1965 – 1980
Hanya bertahan 2 tahun, SAKRI berganti nama lagi menjadi Akademi Angkatan Kepolisian (AAK) yang di dalamnya terdiri dari Kursus Dasar Perwira, Kursus Komandan, dan Latihan Wira Bank. Dalam AAK yang dididik adalah para taruna Polisi. AAK tercatat melahirkan 11 angkatan.
[5] Periode 1980 – sekarang
Pada tahun 1980, AAK berubah menjadi AKABRI Bagian Kepolisian dan pindah ke Candi Semarang. Saat itulah kemudian sekolah polisi di Sukabumi berubah nama menjadi Secapa (Sekolah Calon Perwira).

Pejabat-pejabat yang pernah menjabat Gubernur AKK di Sukabumi antara lain: Brigjen Pol. Drs. Soemantri Sakimi, Brigjen Pol. Drs. Sujoed bin Wahyu W, Brigjen Pol. Drs. Soetadi Ronodipuro, Mayjen Pol. Drs. Soemarko, Mayjen Pol. Drs. Utaryo Suryo Winata, Mayjen Pol. Drs. Issukandar, dan Mayjen Pol. Drs. Daryono Warsito.
Selamat Hari Bhayangkara 1 Juli, semoga Kepolisian RI selalu berada paling depan dalam menegakkan hukum dan menjaga kewibawaan Indonesia sebagai negara hukum.