sukabumiheadline.com – Bagi Iqbal Habibi, bertani tak sekadar hobi, tapi sudah menjadi bisnis yang memiliki masa depan cerah.
Berawal dari budidaya hortikultura (sayur-mayur) di lahan seluas 1.000 meter pada 2018, salah satu petani milenial asal Sukabumi, Jawa Barat, itu semakin memantapkan tekadnya mengembangkan usaha budidaya cabai dan sayur lainnya seperti brokoli, timun, jagung manis dan lainnya di lahan seluas 2,7 hektar (ha).
Tak puas dengan usaha sendiri, lulusan Universitas Djuanda, Bogor tersebut juga menggandeng 28 orang petani untuk mengembangkan klaster budidaya cabai yang ditumpangsari dengan sayur lainnya di lahan seluas 22 ha.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Untuk mendukung pengembangan budidaya cabai dari hulu-hilir, kami bersama teman-teman membentuk Koperasi Tani Mandiri Sejahtera (Tamara). Sehingga petani yang tergabung dalam klaster bisa memanfaatkan koperasi untuk menjual hasil panennya ke pasar,” kata Iqbal dikutip sukabumiheadline.com dari laman Kementerian Pertanian RI, Sabtu (3/5/2025).
Baca Juga: Bunga krisan dari Cicurug, Cidahu, Sukaraja dan Sukabumi digemari warga Jepang
Klaster budidaya cabai dengan sistem tumpangsari ini sudah dikembangkan di lahan seluas 10 ha, dari total lahan 22 ha. Melalui Koperasi Tamara, petani yang tergabung dalam klaster difasilitasi prasarana dan sarana pertanian seperti mulsa dan pupuk. Petani nantinya bisa membayar prasarana dan sarana pertanian tersebut setelah panen.
Diharapkan, dengan sistem klaster ini, panen cabai tak hanya tiap musim saja, tapi bisa setiap hari dan setiap minggu. Budidaya cabai yang ditumpangsari dengan sayuran lainnya ini dilakukan tanam secara bertahap.
Minimal ada petani yang tanam cabai seluas 1 ha per bulan. Dengan begitu, setiap hari ada yang sedang panen cabai dan ada juga yang sedang tanam dengan sayuran lainnya.
“Rata-rata tiap minggu (lima hari) mampu panen 500 kg/ha. Apabila ada yang sudah siap panen 3 ha saja, produksi cabai bisa mencapai 1.500 kg,” katanya.
Iqbal yang dipercaya sebagai Ketua Koperasi Tamara mengaku, petani yang diajak berkolaborasi dalam satu klaster butuh kepastian pasar. Melalui koperasi inilah, mereka bisa menjual hasil produksinya berupa cabai dan sayuran seperrti tomat, jagung manis dan lainnya. Cabai dan sayur lainnya itu kemudian dijual ke Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta dan Pasar Induk Tanah Tinggi, Tangerang.
“Ada juga yang dijual ke sejumlah hotel dan restoran secara online (bekerjasama dengan Segari,” ujarnya.
Menurutnya, masalah pertanian tak hanya di hulunya saja, namun juga di hilir berupa pemasaran dan harga jual. Kerap kali petani menjual hasil tani dengan harga yang tidak layak karena kurangnya akses pasar. Melalui koperasi inilah, petani bisa mendapatkan akses pasar dan mitra.
Baca Juga: Ini daftar puluhan kecamatan di Kabupaten Sukabumi penghasil cabai besar, keriting dan rawit
Koperasi Tamara yang berdomisili di Desa Margaluyu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat juga menjalin kemitraan dengan sejumlah perusahaan seperti Paskomnas, Edenfarm, Indofood, Segari, D’Top, Restoran Alam Sunda serta pasar lokal atau pasar tradisional.
“Kami juga melakukan pendampingan ke petani agar mereka nyaman ketika memasarkan hasil pertaniannya melalui koperasi,” ujarnya.
Klaster budidaya cabai yang dikembangkan bersama mitra taninya saat ini sudah menuai hasil. Meski harga cabai kerap kali fluktuaktif, hal itu menjadi tantangan tersendiri dalam menata usaha agribisnis tersebut.
Ia mencontohkan, cabai keriting menjelang akhir November 2024 di tingkat petani , harganya sedang jatuh dari Rp15.000 per kg menjadi Rp13.000 per kg.
Cabai rawit harganya juga turun menjadi Rp25 ribu per kg dari sebelumnya Rp40.000 per kg. Jagung manis Rp 5.000 per kg. Timun Rp2.500 per kg, tomat Rp10.00 per kg (besar) dan yang kecil Rp7.000 per kg. Sawi putih Rp3.000 per kg, brokoli Rp15.000 per kg, pak coi Rp3.000 per kg
“Khusus jagung manis ini ditanam di lahan seluas 5 ha, kurun 90 hari bisa dipanen.,” kata Iqbal.
Para petani umumnya melakukan tumpangsari cabai dengan tomat atau timun. Ada juga yang melakukan tumpangsari dengan sawi putih.
“Cabainya ditanam di tengah dan di sebelahnya ditanam sawi putih, tomat, brokoli, mentimun dan sayur lainnya. Sehingga petani selain bisa panen cabai juga panen sayuran lainnya,” pungkasnya