sukabumiheadline.com – Doyan ngebut dan ongkos naik semaunya, begitu kesan warga yang pernah naik angkutan Colt Mitshubishi L300, trayek Bogor-Sukabumi, Jawa Barat.
Meskipun banyak dikeluhkan para penumpang, namun banyak di antaranya yang merindukan keberadaan angkutan berjuluk “mobil setan” tersebut, terutama bagi mereka yang membutuhkan kecepatan untuk sampai di lokasi tujuan.
Di sisi lain, keluhan juga kerap dilontarkan karena sopir Colt Bogoran ini kerap menaikkan tarif semaunya, terlebih pada akhir pekan. Mereka kerap mematok tarif Rp50 ribu jauh dekat, tanpa pandang bulu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Lantas, benarkah para sopir Colt Bogoran ini telah berbuat semena-mena terhadap penumpangnya?
Salah seorang sopir Colt Bogoran, Soni Suhendi, tidak menampik kondisi tersebut kerap terjadi. Dia juga mengaku sering mendapatkan pertanyaan dan keluhan dari para penumpang.
“Iya. Banyak sih. Soni juga sering mendengar keluhan begitu, tapi alhamdulillah kalau Soni gak pernah dan gak suka menaikkan tarif sembaranga,” kata pria 55 tahun itu kepada sukabumiheadline.com, Kamis (9/10/2025).
Menurutnya, biasanya sopir yang suka menaikkan tarif sesuka hati adalah sopir-sopir baru, atau sopir-sopir muda yang narik untuk nyelang (sopir tembak).
“Biasanya yang begitu, itu sopir tembak atau sopir anak muda. Kalau di Soni, kalau sampai ketahuan sama bos, kita naikkan tarif semaunya, itu bisa dimarahin,” kata warga Desa/Kecamatan Bojonggenteng, Kabupaten Sukabumi itu.
“Pokoknya, kalau di Soni, di grup Commando, itu gak boleh,” tegas dia.
“Bahkan kalau ngebut, di bos saya, itu juga gak boleh sampai merugikan pengendara lain,” jelas dia.
Di sisi lain, ia mengaku tidak bisa melarang sopir lainnya menaikkan tarif semaunya. Namun, jika pun itu adalah teman, ia mengaku hanya bisa mengingatkan karena hal itu bisa merugikan sopir lainnya.
Terkait julukan “mobil setan”, Soni mengaku tidak mempersoalkan, karena meskipun dikenal doyan ngebut, tapi menurutnya, semua sopir selalu fokus saat mengendarai mobil.
“Ya sekarang kan persaingan juga ketat. Apapun julukannya, tapi kita berusaha tetap eksis. Apalagi sekarang banyak sewa (penumpang) memilih menggunakan travel gelap kan,” kata Soni.
“Jujur sih, kalau teman, ya kita ingatkan, karena jangan sampai penumpang kapok. Kalau penumpang kan gak kenal satu persatu, yang ada kita dianggap semuanya sama aja,” sesal dia.
Soni mengaku saat ini tidak hafal berapa jumlah unit angkutan Colt Bogoran. Namun, ia mengaku jika jumlahnya menurun drastis ketimbang tahun 1990an.
“Kalau jumlah total sekarang gak tahu ya. Tapi memang gak sebanyak dulu. Jujur aja, sekarang kita juga merasakan susahnya cari sewa,” jelas Soni.
“Kasarnya, sekarang sudah gak terlalu menjanjikan. Gak bisa jadi andalan lagi, makanya banyak yang berhenti jadi sopir Colt Bogoran,” pungkasnya.