sukabumiheadline.com – Nasib pilu dialami Syakira, bocah perempuan asal Kampung Panagan, Desa Pasir Datar Indah, Kecamatan Caringin, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Kondisi gadis berusia 7 tahun tersebut sungguh memprihatinkan. Pasalnya, sejak lahir hingga kini ia menderita kelainan fisik langka.
Dijelaskan ibunya, Aidah (47), anaknya itu tidak bisa mengedipkan mata. Selain itu, bibir atasnya tak dapat bergerak, sehingga ia kesulitan untuk berkomunikasi atau makan.
“Sudah gitu sejak lahir. Banyak orang bilang karena keracunan air ketuban, tapi saya enggak yakin,” ungkap Aidah, Ahad (30/11/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bahkan, kata Aidah, mata Syakira tetap terbuka meskipun dalam kondisi tertidur, sehingga ia harus berjaga memastikan anaknya itu beristirahat dengan aman. Baca selengkapnya: Nasib pilu Syakira, bocah di Sukabumi alami kelainan mata tak berkedip sejak lahir
Dipicu beberapa kemungkinan
Informasi dihimpun sukabumiheadline.com, penyakit langka yang diderita Syakira kemungkinan disebabkan oleh dua hal, yakni ptosis kongenital di mana kelopak mata turun sejak lahir, dan Bell’s palsy, yakni kondisi kelumpuhan otot wajah satu sisi, atau gangguan saraf lainnya.
Dengan demikian, Ptosis kongenital adalah kondisi kelopak mata atas tampak turun sejak lahir, yang bisa memengaruhi penampilan dan penglihatan. Sedangkan, Bell’s palsy adalah kondisi kelumpuhan pada satu sisi otot wajah yang bisa menyebabkan ketidakmampuan untuk mengedipkan mata.
Selain itu, kondisi lain seperti sindrom Ramsay-Hunt atau Guillain-Barre dapat memengaruhi saraf wajah dan menyebabkan kesulitan mengedipkan mata.
Kondisi tersebut menyebabkan mata menjadi kering (keratokonjungtivitis sicca) akibat kurangnya produksi air mata atau sumbatan, dan kelainan refraksi seperti miopia (mata minus) juga bisa menyebabkan mata tidak nyaman dan sering berkedip.
Jika tidak segera ditangani, kondisi yang dialami Syakira bisa memicu infeksi pada mata, seperti konjungtivitis, keratitis, atau blefaritis, bisa menjadi penyebabnya. Kemudian, peradangan atau infeksi pada telinga tengah (otitis media) terkadang dapat menekan saraf wajah.
Kemudian, analisis lainnya menyebut penyakit yang menyebabkan anak tidak bisa mengedipkan mata sejak lahir adalah kondisi seperti Sindrom Moebius, atau Nistagmus Kongenital.
Sindrom Moebius menyebabkan kelumpuhan otot wajah yang meliputi tidak bisa menutup mata, sementara nistagmus adalah gerakan mata yang tidak terkontrol, bukan ketidakmampuan mengedipkan mata. Gangguan saraf langka ini yang menyebabkan kelumpuhan pada otot wajah, termasuk otot yang mengontrol gerakan mata, sehingga anak tidak dapat menutup matanya sepenuhnya.
Sedangkan Nistagmus Kongenital, kondisi di mana bola mata bergerak secara cepat dan tidak terkontrol, bukan ketidakmampuan mengedipkan mata. Ini disebabkan masalah pada bagian otak atau saraf yang mengendalikan gerakan mata.
Langkah awal yang bisa dilakukan
1. Lindungi mata: Jika kelopak mata sulit menutup, gunakan penutup mata untuk melindungi dari debu dan iritan.
2. Gunakan air mata buatan: Tetes mata buatan bisa membantu mencegah mata kering.
3. Hindari aktivitas yang membebani mata: Batasi waktu layar (HP, TV) dan berikan istirahat cukup untuk mata anak.
Mengapa penting untuk segera ke dokter?
- Gangguan penglihatan: Kondisi ini dapat mengganggu perkembangan penglihatan anak, menyebabkan mata malas (ambliopia) atau masalah penglihatan lainnya jika tidak ditangani.
- Diagnosis dan penanganan dini: Dokter mata dapat melakukan pemeriksaan untuk menentukan penyebab pastinya dan memberikan penanganan yang sesuai, seperti kacamata, obat-obatan, atau operasi.
Kapan harus ke dokter
Segera periksakan anak ke dokter jika mengalami gejala seperti:
- Anak tidak bisa mengedipkan mata sama sekali.
- Salah satu kelopak mata turun secara signifikan, bahkan menutupi pupil.
- Gejala lain seperti nyeri, mata merah, keluar kotoran mata, atau penglihatan kabur.
- Kelumpuhan atau kelemahan otot wajah lainnya.
Namun demikian, informasi ini tidak menggantikan nasihat medis profesional. Konsultasi dengan dokter adalah langkah terpenting untuk mendapatkan diagnosis yang akurat dan penanganan yang tepat.









