sukabumiheadline.com – Usia ternyata tidak linear dengan prestasi. Siapapun tentunya memiliki kesempatan sama untuk berhasil jika mau bersungguh-sungguh dalam menggapai prestasi yang diinginkan, termasuk berprestasi secara akademik.
Sahara Anggelina Putri berhasil menunjukkan ia mampu bersaing dengan pendaftar lainnya yang lebih dewasa untuk mendapatkan salah satu jatah kursi di kampus ternama Tanah Air, IPB University.
Bahkan, Sahara berhasil diterima di IPB Univerity melalui jalur SNBP atau Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi, yaitu jalur masuk ke perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia yang tidak menggunakan tes tulis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Untuk informasi, penilaian SNBP didasarkan pada prestasi akademik dan non-akademik siswa, seperti nilai rapor, portofolio, dan berbagai penghargaan yang diraih.
Alhasil, Sahara yang baru berusia 15 tahun 8 bulan itu, resmi tercatat sebagai mahasiswi termuda di kampusnya, untuk angkatan 62, Program Studi Teknologi Produksi dan Pengembangan Masyarakat Pertanian. Diketahui, Sahara diterima di IPB University yang dipilihnya sebagai pilihan utama saat seleksi.
Kisah Sahara
Sahara merupakan alumni SMAN 1 Parakansalak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Menurut pengakuannya, sejak kecil ia dikenal memiliki kecerdasan di atas rata-rata.
Terbukti, Sahara menjalani pendidikan anak usia dini (PAUD) hanya satu tahun, lalu bersikeras ingin langsung masuk sekolah dasar (SD), meskipun usia Sahara belum genap empat tahun. Akhirnya, orang tua Sahara mendaftarkannya sebagai “anak bawang”.
“Waktu itu ada seorang guru yang melihat saya sudah mampu membaca, menulis, dan berhitung,” ungkapnya, dikutip sukabumiheadline.com dari laman resmi IPB Univerity, Selasa (2/12/2025).
“Beliau mendorong agar saya diterima sebagai murid resmi,” katanya.
Keputusan itu membuka jalan bagi Sahara untuk melaju lebih cepat dari rata-rata seusianya, hingga kini ia tercatat sebagai mahasiswa IPB University.
Motivasi Sahara mengenal kampus hijau tersebut berawal dari media sosial serta dukungan penuh keluarganya. Dukungan penuh dari keluarga, membuatnya kian mantap untuk mendaftar ke salah satu kampus terbaik di Indonesia ini.
Ia menuturkan bahwa pada saat mendaftar SNBP, baik pilihan pertama maupun kedua ditujukan ke IPB University. Sahara pun bersyukur karena akhirnya bisa diterima di kampus tersebut.
Meski usianya jauh lebih muda dari mahasiswa lainnya, Sahara mengaku tidak merasa minder. Sebaliknya, perbedaan itu dijadikannya dorongan untuk terus berkembang.
Setiap malam, ia meluangkan waktu sekitar satu jam untuk melakukan deep learning, yakni mengulang materi kuliah dan melatih pola pikir kritis.
“Setiap malam saya usahakan belajar ulang sekitar satu jam. Dengan begitu, saya bisa lebih memahami materi sekaligus melatih cara berpikir kritis dan mendalam,” tuturnya.
Tidak hanya berfokus pada studi, Sahara mulai menyusun rencana jangka panjang. Ia menjadikan masa kuliah di IPB University sebagai dasar yang kuat, baik secara akademis maupun keterampilan.
Tekadnya untuk bekerja sembari melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya terlihat begitu kuat.
Sahara berharap, ilmu yang diperoleh dapat memberi manfaat, bukan hanya bagi dirinya, tetapi juga untuk masyarakat luas.
Kisah Sahara menjadi inspirasi bahwa semangat belajar sejak dini mampu membuka pintu kesuksesan lebih cepat dari yang dibayangkan.
Kedisiplinan, dukungan keluarga, dan semangat belajar menjadi bukti nyata Sahara bahwa perjuangan akan membawanya pada masa depan yang menjanjikan.









