sukabumiheadline.com – Pasca Gempa Karawang dan Bekasi M4,7 yang meimbulkan kerusakan ringan pada bebarapa banguan pada Kamis (21/8/2025) lalu.
Gempa bahkan masih terjadi hingga hari ini, Senin (25/8/2025), berkekuatan magnitudo 3,2 yang kembali mengguncang wilayah Kabupaten Bekasi.
Publik pun mengaitkan gempa bumi di Karawang dan Bekasi dipicu Sesar Citarik, salah satu sesar mendatar yang melintasi provinsi Jawa Barat, melewati Palabuhanratu, Kabupaten Bogor, Kota Depok dan Kota Bekasi. Sesar ini adalah retakan panjang di kerak bumi tempat dua lempeng tektonik bergerak melewati satu sama lain. Baca selengkapnya: Sesar Citarik: Lempeng tektonik di wilayah padat penduduk, dari Sukabumi hingga Bekasi
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Apakah gempa bumi Karawang dan Bekasi dipicu pergeseran Sesar Citarik?
Fakta tentang Sesar Citarik
Menurut Direktur Gempa Bumi dan Tsunami pada Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dr. Daryono, S.Si., M.Si., sesar ini memiliki orientasi sesar arah utara barat daya – timur laut.
“Sesar Citarik memanjang namun tersegmentasi melalui Pelabuhan Ratu, Bogor, hingga Bekasi. Sesar Citarik memiliki mekanisme geser mengiri (Sidarto, 2008),” jelas Darmono dikutip sukabumiheadline.com, Senin (25/8/2025).
“Sesar ini diperkirakan telah aktif sejak belasan juta tahun lalu dan masih aktif hingga saat ini dengan mekanisme berupa sesar geser mendatar mengiri (sinistral strike slip),” imbuhnya.
Baca Juga: Dua Kali Meletus dan Berulangkali Erupsi, Mengenal Gunung Salak dari Catatan Sejarah
Gempa dipicu Sesar Citarik
Peristiwa gempa signifikan dan merusak yang diduga dipicu oleh aktivitas Sesar Citarik adalah Gempa Sukabumi dan Bogor pada 14 Juni 1900, 9 Februari 1975, 12 Juli 2000, 10 Maret 2020 (M5,0) dan terakhir adalah gempa merusak di Bogor pada 10 April 2025 yang lalu dengan magnitudo (M4,1).
“Gempa dahsyat yang melanda Kota Bogor pada 11 Oktober 1834 berdampak mencapai skala intesitas VIII MMI (rusak berat) hingga IX MMI (rusak sangat berat) yang menyebabkan banyak rumah dan bangunan tembok di Batavia dan Istana Bogor rusak, diduga pemicunya adalah Sesar Citarik,” paparnya.
Mengutip data Tropenmuseum, diketahui sebelumnya Istana Bogor dibangun bertingkat. Namun, pascagempa hebat 1834 akhirnya direnovasi menjadi tidak bertingkat, menghindari dampak jika lembali terjadi gempa.

Adapun gempa Bogor dengan kekuatan M4,1 pada 10 April 2025 pukul 22.16.13 WIB, lanjut dia, merupakan jenis gempa tektonik kerak dangkal (shallow crustal earthquake) dengan episenter terletak di Kota Bogor pada koordinat 6.62 LS dan 106.8 BT dengan kedalaman hiposenter 5 km yang dipicu aktivitas sesar aktif dengan mekanisme sumber sesar geser (strike-slip). Episenter gempa ini terletak pada jalur Sesar Citarik.
“Bukti bahwa gempa Bogor M4,1 adalah gempa tektonik dan bukan gempa volkanik, tampak pada bentuk gelombang gempa hasil catatan Sensor Gempa di Darmaga dan di Citeko dengan karakteristik gelombang geser yang kuat dengan komponen frekuensi tinggi,” jelas Daryono.
“Gempa Bogor saat itu disertai suara gemuruh dan dentuman. Suara tersebut dinilai wajar karena adany getaran frekuensi tinggi dekat permukaan, sekaligus bukti bahwa gempa yang terjadi memiliki kedalaman sangat dangkal,” lanjut dia.
Berita Terkait: 5 Berdampak Langsung ke Wilayah Sukabumi, Waspada Tujuh Sesar Aktif di Jawa Barat
Sejarah gempa bumi besar dipicu Sesar Citarik
Menurut catatan sukabumiheadline.com, gempa-gempa di sekitar patahan ini didominasi gempa swarm (gempa bergerumbul dalam kejadian relatif berdekatan), berikut beberapa sejarah gempa yang kemungkinan besar dari aktifitas patahan ini:
- 1833: di Jakarta dan 1852 di Bogor namun gempa ini tidak diketahui kekuatannya (Irsyam et al 2010)
- 9 Februari 1975: Gempa M5.6 terjadi pada kedalaman 27 km dan berpusat di wilayah Gunung Salak dan dirasakan MMI VI Pamijahan. V Kabandungan (Sukabumi), Ciampea, Ciawi, Leuwiliang (Bogor)
- 12 Juli 2000: Gempa M5.4 di kedalaman 33 km dan berpusat di wilayah Ciawi dan Caringin serta dirasakan MMI V di Kota Bogor dan Ciawi
- 20 Desember 2000: Gempa M4.3 berpusat di wilayah Taman Sari dan dirasakan dalam intensitas MMI III-IV di Taman Sari dan Bogor
- 3 November 2003: Gempa M4.4 di sekitar 8 km Timur Kota Bogor pada kedalaman 33 km yang berada dekat di jalur Patahan Citarik
- 11 Oktober 2008: Gempa M4.1 di wilayah Kabandungan pada kedalaman 10 km
- 10 Maret 2020: Gempa M5.0 di wilayah Kabandungan (Kabupaten Sukabumi) pada kedalaman 10 km dan gempa ini dirasakan MMI V. Gempa ini menyebabkan banyak kerusakan
- 2019-2020: Beberapa gempa swarm terjadi di sekitar patahan ini, terutama di wilayah Kabandungan dan Desa Malasari
Gempa Karawang dan Bekasi
Gempa Karawang-Bekasi berkekuatan M4,7 yang terjadi pada Rabu (20/8) pekan ini berdampak luas hingga ke area Purwakarta, Cikarang, Depok, Bandung, Jakarta, Tangerang Selatan, Tangerang, Pandeglang, Cianjur, Pelabuhanratu, dan Lebak.
Dalam unggahan di akun Instagram resminya, BMKG mengatakan terjadi kerusakan ringan hingga sedang pada beberapa rumah warga di Kabupaten Karawang dan Bekasi. Selain itu, beberapa fasilitas umum juga mengalami kerusakan.
Selanjutnya, BMKG mencatat terjadi 15 kali gempa susulan terkait gempa Karawang-Bekasi, hingga Kamis (21/8/2025) pukul 20.00 WIB. Gempa susulan memang lumrah terjadi dan selalu relatif lebih kecil kekuatannya ketimbang gempa utama, tetapi jumlahnya bisa banyak.
Pasalnya, BMKG mengatakan setiap terjadi gempa signifikan, sesar atau patahan di kerak bumi yang bergeser belum langsung tenah. Ada penyesuaian di sekitar sumber gempa yang menyebabkan gempa susulan.