27 C
Sukabumi
Jumat, Maret 29, 2024

Blueberry, sniper cantik Rusia pembantai tentara Ukraina

sukabumiheadline.com - Sosok Blueberry sangat misterius. Namun,...

Soal tangan buruh wanita asal Bojonggenteng Sukabumi putus, Latas: Disnaker harus proaktif

sukabumiheadline.com - Paskakecelakaan kerja yang terjadi di...

Sah, masa jabatan kades kini jadi 8 tahun per periode, Dana Desa ditambah

sukabumiheadline.com - DPR RI secara resmi telah...

Guru Honorer di Tegalbuleud Sukabumi ke Sekolah Lewati Jalan Rusak dan Rawan Begal

SukabumiGuru Honorer di Tegalbuleud Sukabumi ke Sekolah Lewati Jalan Rusak dan Rawan Begal

sukabumiheadline.com I TEGALBULEUD – Peran guru honorer sama halnya dengan guru lain yang sangat penting dan berjasa dalam mencerdaskan generasi bangsa. Namun, soal kesejahteraan guru honorer tidak sama dengan guru yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Terlebih, bagi mereka yang berada di daerah pedalaman.

Namanya Tita, seorang guru honorer yang mengajar di MTs Amanatul Insani, tepatnya di Kampung Cibatu, Desa Buniasih, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi.

Tita merasa terpanggil untuk turut bertanggung jawab membantu anak-anak di sana mendapatkan pendidikan setara dengan anak-anak di kota.

“Saya mengajar di Mts Amanatul Insani, awalnya saya hanya mengisi kekosongan guru di sekolah tersebut, tapi lama kelamaan keinginan untuk terjun di dunia pendidikan semakin kuat dan ingin membantu anak-anak di sini. Apalagi setelah tahu sekolah tersebut kekurangan guru. Dari situ timbul rasa tanggung jawab yang kuat untuk menjadikan mengajar sebagai aktivitas sehari-hari,” ungkap Tita kepada sukabumiheadline.com. Senin (10/1/2022).

Tita sudah sekira 12 tahun mengajar, dimulai sejak 2010 hingga sekarang, dengan ikhlas ia rela memberikan waktu dan ilmunya untuk anak-anak di pelosok Sukabumi.

“Saya sudah 12 tahun menjadi guru honorer. Alhamdulillah sampai saat ini masih sangat bersedia membantu anak-anak didik supaya menjadi anak yang bisa menjadi kebanggaan orangtuanya dan negara,” kata guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) itu.

Dengan honor yang jauh dari mencukupi, Tita tetap bertahan dengan ikhlas dan semangat tinggi karena menurutnya pendidikan adalah hal paling utama yang harus dimiliki setiap generasi penerus bangsa.

“Duh saya sebetulnya tidak enak untuk menyebutkan nominal, tapi sekadar sharing aja, gaji saya Rp500 ribu, memang jauh dari kata cukup, tetapi tetap saya jalani demi anak didik saya di sekolah agar mendapatkan hak yang seharusnya mereka dapatkan,” tambah ibu dari dua anak itu.

Selain menjadi guru honorer, wanita 33 tahun ini juga sering melakukan kegiatan sampingan untuk menambah penghasilan dan mencukupi kebutuhan keluarganya.

Alhamdulillah ada kerjaan sampingan, seperti kegiatan-kegiatan yang ditawari oleh pihak desa di sini, tapi sistem kerjanya insidentil, tidak berkepanjangan, seperti menjadi petugas sensus beberapa minggu. Tetapi saya lakukan setelah pulang sekolah, jadi tidak mengganggu kegiatan mengajar,” terang Tita.

Suka Duka

Kondisi jalan yang rusak dan kubangan air berukuran besar, serta jarak tempuh yang jauh dari tempat tinggalnya, adalah duka yang harus dihadapinya.

Jarak dari rumah ke madrasah tempatnya mengajar, sekira satu jam perjalanan. Namun, selalu ada situasi yang tidak memungkinkan untuk ia berangkat mengajar, yakni ketika turun hujan karena rawan kecelakaan. “Selain itu, jalur menuju sekolah juga terbilang rawan tindak kejahatan,” ungkap Tita.

“Lokasinya dari rumah ke tempat  mengajar sangat jauh untuk seorang wanita, apalagi dengan kondisi perjalanan yang tidak biasa, melewati beberapa perkebunan, terkadang jalan sepi terus gelap pada saat hujan. Kondisi jalan yang berbelok, naik turun, belum lagi jalannya yang rusak bukan sekadar rusak, tapi sudah sangat parah. Kubangan air menutupi semua jalan, ditambah rawan begal seperti yang pernah dialami rekan saya. Karena rasa tanggung jawab, saya tetap memberanikan diri. Kadang saya mengikuti mobil lain atau mobil pengangkut sayuran yang kalau berangkat pagi saya ikuti supaya tidak sendiri di perjalanan,” paparnya.

Meskipun demikian, duka sepanjang perjalanan menuju madrasah terobati seketika manakala ia melihat senyum semangat anak-anak didiknya yang sudah datang di sekolah untuk menimba ilmu.

“Sukanya itu ketika sampai ke sekolah. Rasa capek dan was-was saat di perjalanan, sirna seketika saat melihat senyum penuh semangat dan antusias anak-anak. Seketika capek dan was-was itu hilang. Terus ketika melihat anak didik kita mengalami pertumbuhan dan mengalami perkembangan dalam kehidupan sosial dan kemampuan akademiknya, juga menjadi kebanggan tersendiri. Merasa bangga terhadap diri sendiri karena apa yang saya ajarkan bisa diserap oleh mereka,” jelasnya.

Bicara soal harapan, seperti halnya kebanyakan guru honorer lainnya, yaitu ingin agar pemerintah lebih memerhatikan kesejahteraan guru honorer yang sudah lama mengabdi, terlebih mereka yang mengabdikan dirinya di pelosok daerah.

“Berharap perhatian lebih dari pemerintah untuk kesejahteraan guru honorer, dan pastinya itu harapan seluruh guru honorer di Indonesia, apalagi yang di pelosok. Ingin kesejahteraan lebih diperhatikan karena kita juga di sini adalah pendidik yang bertujuan mencerdaskan generasi penerus bangsa,” pungkas guru yang hobi berolahraga ini.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer