HTI dan FPI Dibubarkan Secepat Kilat, Kok Al Zaytun Malah Mau Dibina?

- Redaksi

Sabtu, 22 Juli 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pendiri Ponpes Al Zaytun, Syekh Panji Gumilang. l Istimewa

Pendiri Ponpes Al Zaytun, Syekh Panji Gumilang. l Istimewa

sukabumiheadline.com l Di tengah kasus kontroversi terkait aktivitas keagamaan di Pondok Pesantren Al Zaytun Indramayu, Jawa Barat dan proses hukum yang dijalani oleh Panji Gumilang, sejumlah kalangan membandingkan kasus Al Zaytun dengan FPI (Front Pembela Islam) dan HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) yang telah dibubarkan oleh pemerintah di Era Presiden Jokowi.

Sejumlah kalangan mendesak pemerintah agar Ponpes Al Zaytun pimpinan Panji Gumilang dibubarkan, imbas kasus dugaan penistaan agama yang sempat viral beberapa waktu lalu hingga saat ini.

Praktik keagamaan di ponpes tersebut juga diduga menyimpang sehingga menjadi sorotan publik beberapa waktu belakangan ini. Bahkan, Panji Gumilang sendiri dikaitkan dengan Negara Islam Indonesia (NII) KW 9.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Seperti diketahui, HTI resmi dibubarkan pada 19 Juli 2017, sementara Ormas Islam FPI ditetapkan sebagai organisasi terlarang dan dibubarkan oleh pemerintah tiga tahun kemudian, tepatnya pada 30 Desember 2020.

Salah satu alasan lainnya pemerintah untuk membubarkan FPI adalah tudingan bahwa isi anggaran dasar Front Pembela Islam kala itu bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang mengatur soal Organisasi Masyarakat.

Adapun soal FPI dan HTI dapat dibubarkan oleh pemerintah sangat cepat, sementara Al Zaytun tidak dibubarkan, hanya akan dilakukan pembinaan oleh pemerintah. Hal itu disoal salah seorang tokoh NU, Islah Bahrawi.

Baca Juga :  Ada Sukabumi Dalam 5 Daerah dengan Ponpes Terbanyak, Mana yang Layak Disebut Kota Santri?

Islah yang merupakan pimpinan Jaringan Islam Moderat) menyoal beda sikap pemerintah terhadap Al Zaytun tersebut, saat dirinya menjadi narasumber di Catatan Demokrasi tvOne.

“Apa yang terjadi di Al Zaytun ini, banyak orang yang menyandarkan hidupnya ke Al Zaytun, bayangkan asetnya itu 1200 hektar dan di situ ada santri santri ribuan dengan jumlah alumni ribuan yang hari ini berkarya di berbagai kegiatan masyarakat,” ujar Islah.

Pria asal Madura ini memaparkan soal alasan pembubaran FPI dan HTI, menurutnya kedua ormas ini secara nyata melakukan gerakan-gerakan dengan harokah berbasis kekerasan dan kebencian.

“Sangat gampang sekali, proses pembubaran HTI dan FPI ketika itu adalah dengan tidak memperpanjang izinnya, jadi pemerintah punya kartu truf untuk menyetop izinnya dan dengan sendirinya kemudian organisasi itu menjadi taking down,” jelasnya.

“Al Zaytun ini sangat complicated sangat rumit, di situ ada Al Zaytun dengan aset yang sedemikian besarnya dan dia juga satu epicentrum dari banyak sekali orang yang bergerak di situ, ada juga organisasi yang terkait dengan teror,” terangnya.

Baca Juga :  Melihat Miniatur Indonesia di Ponpes Modern Al Umanaa Sukabumi

Di mana hal itu adalah persoalannya, bukan gerakan-gerakan ormas bersifat politik atau gerakan yang bersifat pragmatisme politik.

“Al Zaytun ini memang dibentuk dulunya sebagai lembaga pendidikan, kalau kemudian ini menjadi alat dari Panji Gumilang untuk menjadi mesin uang, menjadi harokah-harokah politik dan harokah berbagai ideologi tertentu, ini lain cerita hari ini,” tegasnya.

Islah berharap Kemenag harus bisa masuk yang dimulai dengan penegakan hukum pidana atau perdata.

“Jangan salah, kasus ini sebenarnya bukan hanya persoalan penistaan agama, masih banyak kasus lain yang sebenarnya harus dieksplor karena banyak sekali kasus-kasus yang masih terpendam dan polisi harus bisa menggali itu,” ungkap Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indones (JMI) itu.

Islah mencontohkan, Ponpes Al Mukmin Ngruki yang didirikan Abu Bakar Baasyir. Ponpes yang disebut menghasilkan teroris tapi tidak dibubarkan oleh Pemerintah. Namun, hingga saat ini ponpes tersebut masih tetap berdiri dan beroperasi.

“Pondok pesantren Al Mukmin Ngruki, hampir semua alumninya adalah tersangka teror yang ditangkap Densus, bahkan Abu Bakar Baasyir juga ditangkap,” ujarnya.

“Persoalannya adalah di situ adalah lembaga keilmuan yang kita tidak boleh sembarangan untuk melakukan penutupan dan kita tidak boleh membunuh pemikiran orang karena ini negara demokrasi,” paparnya.

Berita Terkait

11 wanita PSK online dari Bogor dikirim ke Sukabumi, 4 idap HIV/Aids
Pernyataan Dedi Mulyadi dalam Musrenbang di Cirebon jadi bumerang
Dedi Mulyadi akan terapkan e-voting Pilkades, warga Sukabumi siap?
Puan Maharani: Tolak relokasi rakyat Palestina dari Gaza
Dipalak atau diancam? Menko Polkam: Masyarakat harus aktif lapor ke Satgas Premanisme
Bapak-bapak nakal Sukabumi, siap-siap dikirim ke barak militer!
Mei kelabu 13 tahun lalu, 45 penumpang pesawat SSJ-100 tewas di perbatasan Sukabumi-Bogor
Berantas preman berkedok ormas, TNI turunkan satuan intelijen

Berita Terkait

Minggu, 18 Mei 2025 - 01:52 WIB

11 wanita PSK online dari Bogor dikirim ke Sukabumi, 4 idap HIV/Aids

Jumat, 16 Mei 2025 - 20:58 WIB

Pernyataan Dedi Mulyadi dalam Musrenbang di Cirebon jadi bumerang

Jumat, 16 Mei 2025 - 17:31 WIB

Dedi Mulyadi akan terapkan e-voting Pilkades, warga Sukabumi siap?

Jumat, 16 Mei 2025 - 14:46 WIB

Puan Maharani: Tolak relokasi rakyat Palestina dari Gaza

Senin, 12 Mei 2025 - 10:00 WIB

Dipalak atau diancam? Menko Polkam: Masyarakat harus aktif lapor ke Satgas Premanisme

Berita Terbaru

Musik

LAMA band asal Sukabumi rrilis single hits Diantara Kalian

Minggu, 18 Mei 2025 - 07:00 WIB