KPK duga ada korupsi di proyek Kereta Cepat Whoosh, Nusron mengaku belum tahu

- Redaksi

Kamis, 13 November 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kereta Cepat Jakarta-Bandung. l KCIC

Kereta Cepat Jakarta-Bandung. l KCIC

sukabumiheadline.com – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menduga ada praktik korupsi di proyek Kereta Cepat Whoosh atau Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Lembaga antirasuh itu menduga ada tanah milik negara yang dijual kembali ke negara dalam proyek tersebut.

Namun, KPK mempersilakan pemerintah melanjutkan operasional dan rencana pengembangan proyek Kereta Cepat Whoosh. Hal ini disampaikan meski lembaga antirasuah tersebut mendeteksi terjadi kasus korupsi pada proyek tersebut.

Plt. Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK Asep Guntur Rahayu menegaskan lembaganya tidak ingin menganggu operasional Whoosh meski pun lembaganya sedang menyelidiki dugaan korupsi pada pengadaan lahan sejumlah stasiun Whoosh.

Menurut dia, penyidik hanya berfokus pada praktik lancung pengadaan lahan tersebut untuk mengembalikan kerugian negara.

“Tapi artinya bahwa kita tidak mengganggu operasional dari Whoosh ini, tapi kita ingin mendalami kalau memang benar ada yang merugikan keuangan negara,” kata Asep, dikutip Kamis (13/11/2025).

Sementara itu, Menteri ATR/BPN Nusron Wahid mengaku belum mengetahui terkait dugaan tindak pidana korupsi dalam proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, Whoosh, di lingkungan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).

“Wah, aku belum tahu itu. Ya biarin saja nanti KPK-nya untuk menjelaskan. Biar diteliti oleh KPK dulu,” katanya.

Meski begitu, Nusron menekankan, Kementerian ATR/BPN siap memberikan data jika dibutuhkan lembaga antirasuah itu dalam proses penyelidikan.

Baca Juga :  Ibu Kota Jawa Barat Akan Pindah, Ini Calon Kota Barunya

“Kami prinsipnya sebagai ATR/BPN, kalau dimintain data ya kami sampaikan. Kami katakan itu saja. Tapi pengadaan tanah itu pasti sudah melalui prosedur yang ketat,” sebutnya.

“Biasanya kalau soal harga, harga itu pakai appraisal [proses penilaian atau penaksiran nilai suatu aset]. Kalau nggak terjadi kesepakatan appraisal, ngotot konsinyasi. Biasanya,” pungkasnya.

Sebelumnya, lembaga antirasuah mengendus ada dugaan korupsi dalam proyek Whoosh. Di mana, KPK menduga ada tanah negara yang dijual kembali ke negara.

KPK mengungkap, bahwa lahan-lahan milik negara tersebut tidak dijual sesuai harga pasar dan bahkan ada yang lebih tinggi dari seharusnya. Padahal, tanah negara yang digunakan untuk proyek pemerintah semestinya tidak memerlukan pembayaran.

Berita Terkait

Anggota DPRD Kabupaten Sukabumi dari PAN dilaporkan ke polisi, Budi: Saya kawal sampai dipenjara
Kemenkum Jawa Barat bahas perlindungan merek di Sukabumi
Kemenkum Jabar kritisi judul dan pasal multitafsir 3 Raperbup Sukabumi
Putusan MK terbaru: Rakyat bisa pecat anggota DPR dan DPRD, begini mekanismenya
Nonjob hilang, revisi UU ASN: Sekda dan Kadis ditentukan Presiden
Kisah Alvaro: Anak hilang dicari hingga Sukabumi, ditemukan sudah tulang belulang
Kejagung: Kasus korupsi Dana Desa meningkat signifikan dalam 2 tahun
Amran Sulaiman vs Tempo, Menteri Pertanian kalah di PN Jakarta Selatan

Berita Terkait

Sabtu, 6 Desember 2025 - 18:56 WIB

Anggota DPRD Kabupaten Sukabumi dari PAN dilaporkan ke polisi, Budi: Saya kawal sampai dipenjara

Kamis, 4 Desember 2025 - 21:55 WIB

Kemenkum Jawa Barat bahas perlindungan merek di Sukabumi

Kamis, 27 November 2025 - 20:40 WIB

Kemenkum Jabar kritisi judul dan pasal multitafsir 3 Raperbup Sukabumi

Kamis, 27 November 2025 - 18:44 WIB

Putusan MK terbaru: Rakyat bisa pecat anggota DPR dan DPRD, begini mekanismenya

Kamis, 27 November 2025 - 08:00 WIB

Nonjob hilang, revisi UU ASN: Sekda dan Kadis ditentukan Presiden

Berita Terbaru

Ilustrasi anak jalanan dan lansia - sukabumiheadline.com

Nasional

Anak jalanan dan lansia bakal dapat makan bergizi gratis

Minggu, 7 Des 2025 - 00:01 WIB