21.9 C
Sukabumi
Jumat, Maret 29, 2024

Dua pemuda Cikole dan Warudoyong Sukabumi terpaksa harus rayakan Lebaran di penjara

sukabumiheadline.com - Jajaran Satnarkoba Polres Sukabumi Kota,...

Soal tangan buruh wanita asal Bojonggenteng Sukabumi putus, Latas: Disnaker harus proaktif

sukabumiheadline.com - Paskakecelakaan kerja yang terjadi di...

Polsek Parakansalak Sukabumi kembali hunting pocong, hasilnya?

sukabumiheadline.com - Kabar beredar di masyarakat adanya...

Krisis Ekonomi Lebanon yang Terburuk dalam 150 Tahun

InternasionalKrisis Ekonomi Lebanon yang Terburuk dalam 150 Tahun

SUKABUMIHEADLINES.com – Lebanon kini tengah krisis. Bahkan Bank Dunia menyebut negara itu kini mengalami krisis ekonomi terburuk di dunia sejak tahun 1850-an.

Mengutip Trading Economics, ekonomi Lebanon kontraksi alias negatif 20,3% di 2021. Krisis ekonomi yang parah sudah terjadi selama 18 bulan terakhir.

“Kontraksi brutal seperti ini biasanya terjadi dalam konflik atau perang,” kata Bank Dunia dalam laporannya menyebut Lebanon dikutip dari cnbcindonesia.com.

Cadangan mata uang asing Lebanon menipis. Inflasi makanan mencapai 400%.
Mata uang lokal bahkan jatuh ke rekor terendah terhadap dolar. Pound Lebanon dijual dengan rekor 19.500 terhadap dolar AS, kurang dari sepersepuluh kurs resminya, di pasar gelap.

Kini, kekurangan uang dinegara itu berdampak pada pasokan obat-obatan dan energi. Apotek melakukan pemogokan karena kekurangan obat yang disebabkan kegagalan membayar importir asing.

Asosiasi pemiliki apotek mengumumkan ‘pemogokan terbuka’ di seluruh Lebanon. “80% apotek tutup di Beirut dan kota-kota besar,” kata Ali Safa, anggota asosiasi, dikuti dari AFP (12/7/2021).

Air pun kini tak mudah lagi didapat, dimana warga mendapat penjatahan air. Stasiun pompa ditenagai oleh diesel, dan kekurangan pasokan yang mereka butuhkan untuk berfungsi.

UNICEF pada Jumat (23/7) pekan lalu mengungkapkan, lebih dari 4 juta orang Lebanon berisiko kehilangan akses ke air bersih karena kekurangan dana. Jumlah ini setara 70% populasi Lebanon 6,7 juta jiwa.

“UNICEF memperkirakan, sebagian besar pemompaan air secara bertahap akan berhenti di seluruh negeri dalam empat hingga enam minggu ke depan,” ungkap badan PBB dikutip dari Reuters.

Krisis ekonomi Lebanon masih terus berlanjut, mendorong lebih dari separuh penduduknya ke dalam kemiskinan. Mata uang Lebanon juga kehilangan lebih dari 90% nilainya dalam waktu kurang dari dua tahun.

UNICEF mengatakan, jika sistem pasokan air publik runtuh, biaya air bisa melonjak 200% per bulan karena air akan diamankan dari pemasok air swasta.

“Jika tindakan penting tidak segera diambil, rumah sakit, sekolah, dan fasilitas umum penting tidak akan dapat berfungsi,” kata Perwakilan UNICEF di Lebanon, Yukie Mokuo dikutip dari internasional.kontan.co.id.

Menurut hitung-hitungan UNICEF, Lebanon setidaknya membutuhkan sekitar US$ 40 juta per tahun untuk mengamankan tingkat minimum bahan bakar, klorin, suku cadang, dan pemeliharaan yang diperlukan untuk menjaga sistem pengairan yang kritis agar tetap beroperasi.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer