sukabumiheadline.com – Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk memilih berdagang (berniaga) sebagai jalan mencari nafkah yang halal. Bahkan, tidak sekadar anjuran, Rasulullah SAW adalah contoh Muslim yang mengamalkan anjuran tersebut.
Anjuran berdagang dalam Islam, terdapat dalam ayat AlQuran dan hadits Nabi Muhammad SAW. Ia adalah seorang pedagang sukses yang berdagang berbagai macam barang, terutama komoditas seperti kurma, gandum, garam, dan barang dagangan lainnya dalam kafilah dagang ke negeri Syam.
Dalam berbisnis, Rasulullah SAW selalu mengedepankan kejujuran, amanah, dan keadilan (sifat Siddiq, Amanah, Fathonah, dan Tabligh), sehingga dagangannya sangat berkembang pesat dan dipercaya banyak orang, bahkan menjadi pemimpin kafilah sejak usia muda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Mengutip dari laman Bank Muamalat Indonesia (BMI), berdagang ala Rasulullah SAW adalah berbisnis dengan landasan kejujuran, amanah, kualitas, dan keikhlasan untuk mencari ridha Allah SWT, menerapkan prinsip saling menguntungkan, dan tidak menipu (menghindari gharar/spekulasi).
Dalam berdagang, Rasulullah SAW juga mengambil keuntungan wajar, ramah, serta bersabar dan tawakal dalam berusaha, membangun kepercayaan pelanggan lewat reputasi pribadi yang baik yang saat ini dikenal dengan istilah personal branding, sebagai pedagang tepercaya, dan memahami pasar.
Poin penting prinsip utama berdagang ala Rasulullah SAW
Islam tidak hanya menganjurkan berdagang, tetapi juga menetapkan etika yang ketat, seperti kejujuran, saling ridha antara penjual dan pembeli, serta larangan terhadap penipuan dan riba, untuk memastikan keberkahan dalam berniaga.
Menurut laman Serikat Usaha Muhammadiyah, Hukum asal jual beli adalah mubah (diperbolehkan), dan bahkan diutamakan sebagai salah satu sumber rezeki terbaik. Berikut adalah dalil-dalil spesifik yang menganjurkan berdagang.
1. Niat Ikhlas karena Allah
Tujuan utama mencari rezeki halal dan ridha-Nya, bukan sekadar menumpuk harta. Ayat ini mengumpamakan ibadah (seperti membaca AlQuran, mendirikan salat, dan menafkahkan rezeki) sebagai perniagaan yang tidak akan merugi di sisi Allah.
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (Al-Qur’an) dan melaksanakan salat serta menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” (QS. Fatir: 29)
2. Jujur dan Amanah
Menjelaskan kondisi barang apa adanya (kelebihan dan kekurangan), tidak mengurangi timbangan, membangun kepercayaan pembeli. Hadits ini memberikan kedudukan mulia bagi pedagang yang menjalankan usahanya dengan beretika.
“Pedagang yang jujur dan terpercaya akan dibangkitkan bersama para Nabi, orang-orang shiddiq, dan para syuhada.” (HR. Tirmidzi)
3. Barang Halal & Berkualitas

Menjual produk yang baik, berkualitas, dan tidak cacat agar tidak merugikan pembeli.
4. Keuntungan Wajar
Mengambil untung secukupnya, tidak serakah, demi keberkahan dan kelancaran usaha. Hadits ini memuji pekerjaan yang dilakukan dengan tangan sendiri, yang mencakup berdagang.
“Tidak ada seseorang yang memakan satu makanan pun yang lebih baik dari makanan hasil usaha tangannya (bekerja) sendiri...” (HR. Bukhari)
5. Saling Menguntungkan (Suka Sama Suka)
Transaksi yang adil dan memuaskan kedua belah pihak. Ayat ini menekankan bahwa transaksi harta harus dilakukan atas dasar kerelaan bersama dan cara yang benar.
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil, kecuali jika berupa perniagaan yang dilakukan atas dasar kerelaan di antara kamu…” (QS. An-Nisa: 29)
6. Ramah dan Menghormati Pembeli

Sikap baik menciptakan loyalitas pelanggan.
7. Hindari Gharar & Riba
Tidak melakukan penipuan (tadlis) atau praktik tidak jelas, serta menghindari riba (bunga).
Dari ayat AlQuran ini menjadi dasar utama yang menghalalkan jual beli dan membedakannya dari riba. “…Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...” (QS. Al-Baqarah: 275)
8. Jangan Menimbun Barang
Memenuhi kebutuhan pasar, tidak menimbun barang untuk menaikkan harga.
9. Bersabar dan Tawakal
Terus berusaha (ikhtiar) sambil menyerahkan hasil akhir kepada Allah SWT. Hadits ini secara eksplisit menyebutkan keutamaan berdagang sebagai sumber mata pencaharian.
“Hendaklah kamu berdagang, karena di dalamnya terdapat sembilan bagian pintu rezeki.” (HR. Ahmad)
10. Personal Branding Kuat
Reputasi kejujuran dan keadilan yang terbangun sejak muda menjadi modal utama kepercayaan, seperti ‘Al-Amin’.
11. Memahami Pasar

Mengetahui kebutuhan dan kebiasaan masyarakat setempat (segmentasi dan targeting).
12. Penerapan dalam Bisnis Modern
Transparansi Produk: Deskripsi produk akurat, tidak menipu dalam promosi.
13. Kualitas Terjamin
Menjaga kualitas produk sesuai janji.
Layanan Pelanggan: Sikap ramah dan profesional membangun loyalitas.
14. Etika Bisnis Islami
Menghindari praktik curang, riba, dan spekulasi. Hadits ini memberikan kedudukan mulia bagi pedagang yang menjalankan usahanya dengan beretika.
“Pedagang yang jujur dan terpercaya akan dibangkitkan bersama para Nabi, orang-orang shiddiq, dan para syuhada.” (HR. Tirmidzi).









