sukabumiheadline.com – Di tengah desakan kembali bergulirnya kompetisi sepak bola wanita yang disuarakan banyak pihak, termasuk pesepakbola putri asal Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Hanipa Halimatusyadiah Suandi, ternyata puluhan tahun silam, 1979, liga Sepak bola wanita atau Galanita pernah mencapai masa keemasannya.
Pada 2022 lalu, tangisan Hanipa pecah di kamar mes Persis Women, di kereta yang membawanya dari Surakarta ke Jakarta, dan di rumahnya di Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Ia tak percaya harus berpisah dengan klub tempatnya bernaung selama lebih dari setahun sejak Mei 2022.

Perpisahan Hanipa dengan Persis karena liga putri urung digelar. Baca selengkapnya: Tangis Hanipa Halimatusyadiah Suandi, pesepakbola Timnas Putri asal Sukabumi
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Kalau memang kendalanya dana, aku mau dan sudah mengusulkan negosiasi gaji lagi. Penurunan gaji pun aku bersedia, asalkan tim ini enggak sampai bubar,” kata Hanipa, beberapa waktu lalu.
Sementara di sisi lain, PSSI sebagai induk organisasi olah raga sepak bola di Tanah Air, saat ini dituding hanya sibuk dengan Timnas Indonesia Putra.
Berawal dari Tatar Pasundan
Informasi dihimpun sukabumiheadline.com, sepak bola wanita Indonesia dimulai sebelum struktur kepengurusan formal terbentuk. Putri Priangan merupakan kesebelasan sepak bola wanita pertama di Indonesia, didirikan pada 5 Februari 1969 di Tatar Pasundan, tepatnya di Bandung.
Putri Priangan didirikan oleh Wiwi Hadhi Kusdarti, mantan pesepak bola wanita yang memiliki naluri sepak bola dari ayahnya, Kadarisman, pesepak bola era penjajahan Belanda.
Berita Terkait: Hanipa, pesepakbola Timnas Putri asal Sukabumi ini minta bantuan Dedi Mulyadi
Wiwi prihatin karena di Indonesia belum ada tim sepak bola wanita, berbeda dengan beberapa negara lain yang sudah mengembangkan sepak bola putri. Berkat inisiatifnya, Putri Priangan terbentuk dengan dukungan tokoh-tokoh lokal dan Persib Bandung.
Baca Juga: Ulasan pertandingan, pemain dan pelatih Timnas “Indonesia” di Piala Dunia 1938: Kurcaci vs Hungaria
Tim sepak bola putri Sukabumi
Pada 1969, Putri Priangan mewakili Indonesia dalam turnamen internasional Pesta Sukan di Singapura, yang menjadi salah satu pengalaman internasional pertama bagi sepak bola wanita Indonesia.
Sebagai tim sepak bola wanita yang paling berpengalaman, Putri Priangan juga sering kali bermain mewakili Indonesia di ajang internasional. Mace ikut bermain melawan tim putri dari Malaysia, Singapura, Hong Kong, dan negara-negara tetangga lainnya. Pertandingan internasional itu digelar di dalam dan luar negeri.
Selanjutnya, pada tahun yang sama, tim sepak bola wanita asal Penang, Malaysia, tiba di Bandara Kemayoran. Kedatangan mereka untuk memenuhi undangan dari kontingen PON Jawa Barat untuk menghadapi Putri Priangan di Bandung, Cirebon, dan Sukabumi.
“Suatu kemajuan olah raga di kalangan wanita sesuai dengan tuntutan emansipasinya telah terbukti,” tutur laporan video dari Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), pada 11 April 1969.
Salah satunya pertandingan internasional itu digelar di Sukabumi, berlangsung pada 17 April 1969. Ketika itu, tim asal Bandung berhadapan dengan tim asal Penang, Malaysia di Stadion Danalaga.
Namun, pertandingan sepak bola putri pertama di Sukabumi itu menjadi tragedi memilukan, karena penonton yang memadati stadion mengakibatkan tembok stadion roboh.
Insiden robohnya sisi Utara stadion tersebut mengakibatkan seorang penonton tewas. Sementara itu, korban luka mencapai 54 orang lainnya terluka parah dalam peristiwa itu.
Sayangnya lagi, skor akhir pertandingan antara tim sepak bola wanita Putri Priangan vs Penang berakhir untuk kemenangan tim asal Malaysia tersebut dengan skor 0-5.
Namun, pertandingan ini menjadi bagian dari sejarah perkembangan sepak bola wanita di Indonesia, khususnya bagi tim Putri Priangan yang sempat menjadi sorotan dan diundang untuk bertanding di luar negeri.