sukabumiheadline.com – Relawan kemanusiaan sekaligus Founder Rumah Teduh dan Peaceful Land, Iin Achsien, menceritakan bagaimana ia dan timnya menangani kasus Raya, anak empat tahun di Sukabumi yang meninggal pada 22 Juli 2025 dalam kondisi tubuh dipenuhi cacing. Baca selengkapnya: Sukabumi ditampar kasus balita meninggal digerogoti cacing, bak tikus mati di lumbung padi
Dia mengatakan pihaknya mendapatkan laporan soal kondisi Raya pada 13 Juli 2025, seperti dikutip sukabumiheadline.com dari program Sapa Indonesia Siang KompasTV, Rabu (20/8/2025).
“Kita dapat laporan itu dari call center pada tanggal 13 Juli (2025). Di 13 Juli itu ketika masuk laporan kita langsung asesmen ke lokasi dan kita melihat Raya dalam keadaan sudah tidak sadar,” ungkap Iin dikutip, Kamis (21/8/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia mengungkapkan timnya sempat melakukan pemeriksaan standar terhadap Raya.
“Kita cek saturasinya, tensinya, dan memang saturasi rendah, kita langsung pasang oksigen juga,” terangnya.
Setelah itu, Iin mengatakan timnya memutuskan mengevakuasi Raya ke rumah sakit daerah.
“Alhamdulillah rumah sakit daerah ini luar biasa mendukung banget ya karena sangat memudahkan kami. Karena Raya ini kan sebetulnya ketika masuk tidak punya identitas sama sekali, tidak punya identitas kependudukan ya, apalagi BPJS,” paparnya.
Selanjutnya, jelas Iin, ketiadaan identitas kependudukan dan BPJS menjadi salah satu kendala yang dihadapi timnya. Ia menambahkan, pihak rumah sakit sudah memberi waktu 3 hari untuk timnya mengurus identitas Raya.
“Tiga hari itu kami upayakan untuk ke pihak-pihak terkait untuk mengurus kebutuhan administrasi Raya. Tapi seperti yang mungkin sudah dilihat di video saya yang 9 menit itu penjelasannya, kayanya udah panjang banget ya, emang kita dipingpong ke sana ke sini. Itu relawan aku sampai nangis,” bebernya.
Iin mengungkapkan, timnya tidak menemukan jalan untuk mendapatkan BPJS Kesehatan sampai tiga hari, akhirnya biaya Raya ditanggung lembaganya.
“Ketika memang sudah mentok ya saya bilang ke relawan, ‘Ya udahlah enggak apa-apa, kita sudah ikhtiar maksimal, udah ke sana-sini, ke Dinsos, Dinkes segala macam’, gitu. Ketika enggak keluar juga ya sudah kita putuskan bilang ke rumah sakit kita tanggung atas nama Rumah Teduh dengan pembayaran pribadi,” jelasnya.
Iin mengatakan, realitas sulitnya masyarakat yang tidak punya BPJS atau yang BPJS-nya tidak aktif untuk mengakses layanan kesehatan, sudah sering ditemukannya di lapangan.
“Realitanya memang itu terjadi di mana-mana sih sebetulnya, bukan cuma di Sukabumi,” katanya.
Diberitakan sukabumiheadline.com sebelumnya, tragedi meninggalnya Raya, balita berusia 4 tahun warga Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, kembali menjadikan kabupaten ini diperbincangkan publik Tanah air.
Bahkan, tragedi meninggalnya Raya tidak hanya menjadi pemberitaan media lokal dan nasional, tapi juga berbagai media luar daerah di Tanah Air.
Meninggalnya Raya membuat Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi murka. Ia berkesimpulan bahwa struktur jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukabumi tidak berjalan dengan baik. Baca selengkapnya: Tragedi balita meninggal digerogoti cacing: Bupati Sukabumi disentil, ini sanksi dari KDM
“Ini warning untuk semua,” katanya. “Gini lho, di tempat saya ada sekitar 100 orang datang. Di Sukabumi itu, dua Minggu lalu saya menguburkan orang, karena ada orang datang, rahangnya bengkak, kanker. Dua hari setelah dirawat, lalu meninggal dunia. Artinya kan warga yang seperti ini di Sukabumi banyak banget,” papar Dedi Mulyadi.