19.5 C
Sukabumi
Sabtu, Juli 27, 2024

Persib Pernah Rugi Rp18 Miliar, Glenn Sugita Bos Maung Bandung Berharta Rp29 Triliun

sukabumiheadline.com - Perjalanan Persib Bandung yang menjelma...

Mengenal Ajai Lauw, bos Hotel Regent International Singapura berdarah Sukabumi

sukabumiheadline.com - Tidak banyak yang mengenal sosok...

Pagi-pagi pohon tumbang timpa jalan dan rumah di Parungkuda, akses Sukabumi-Bogor macet

sukabumiheadline.com - Setelah dilanda banjir akibat Sungai...

Nilai Saham Anjlok 8,88%, Sejarah Pendirian, Profil Pemilik Unilever dan Pro Israel & LGBTQ+

EkonomiNilai Saham Anjlok 8,88%, Sejarah Pendirian, Profil Pemilik Unilever dan Pro Israel & LGBTQ+

sukabumiheadline.com l Seruan boikot terhadap produk-produk yang diduga pro Israel telah membawa laju saham emiten di Indonesia, seperti PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) dan pengelola Starbucks di Indonesia yakni PT MAP Boga Adiperkasa Tbk. (MAPB) ke zona merah.

Menurut data RTI Business, saham UNVR terpantau menurun 1,13% ke level Rp3.490 pada perdagangan hari ini, Selasa (14/11/2023) pukul 11.31 WIB. Pada hari sebelumnya, saham UNVR juga bergerak ke zona merah dengan penurunan sebesar 1,67%.

Berdasarkan data yang sama, saham UNVR sudah melemah 2,24% selama satu pekan terakhir dan merosot 8,88% dalam kurun satu bulan terakhir. Tren penurunan saham Unilever ini terus berlanjut hingga kini, sejak 26 Oktober 2023.

Sebelumnya, pada tahun 2020, Unilever secara terang-terangan mendukung LGBTQOL sehingga banyak produknya diboikot dan terancam tidak laku dipasaran Indonesia.

Hal itu membuat saham UNVR juga pernah amblas 2,17% di level Rp7.900/saham. Investor asing tercatat melakukan jual bersih (net sell) Rp47,34 miliar.

Salah satu sentimen yang mewarnai pemberitaan soal Unilever adalah unggahan di akun Instagram induk usahanya, @Unilever.

Perusahaan yang berbasis di Belanda ini melalui akun Instagramnya pada 19 Juni 2020 lalu resmi menyatakan diri berkomitmen mendukung gerakan Lesbian Gay Biseksual Transgender Queer (LGBTQ+).

Dalam upaya mendukung kampanye tersebut, mereka bahkan sudah menandatangani deklarasi Amsterdam, bergabung dengan Open for Business untuk menunjukkan bahwa Unilever dengan inklusi LGBTQI+ serta meminta Stonewall mengaudit kebijakan dan mengukur tindakan Unilever dalam bidang ini. Stonewall adalah lembaga amal untuk kaum LGBT.

Hal ini membuat netizen ‘menyerang’ akun Instagram Unilever dan mengancam boikot produk tersebut.

Pemilik Unilever 

Lantas, siapa pemiliki Unilever hingga masuk ke dalam daftar boikot? Pertanyaan ini belakangan kerap terlontar seiring serangan Israel yang membunuh ribuan orang Palestina di Gaza.

Nama Unilever digunakan karena perusahaan ini merupakan gabungan dua entitas usaha yaitu Lever Brothers dan Margarine Unie. Kedua perusahaan ini bersatu ketika Lever Brothers membeli Margarine Unie pada 1929-1930.

Untuk diketahui, Lever Brothers adalah produsen sabun asal Inggris, didirikan dan dikelola oleh dua bersaudara, Viscount Leverhulme dan James Darcy Lever. Sementara, Margarine Unie merupakan merek produsen margarin asal Belanda yang terbentuk dari penggabungan empat perusahaan.

Setelah akuisisi oleh Lever Brothers, kedua perusahaan ini secara perlahan bergabung menjadi satu entitas baru. Pada 1930-an, Unilever mulai melakukan akuisisi terhadap merek-merek lain.

Beberapa merek terkenal yang diakuisisi oleh Unilever, seperti Pepsodent dan Lipton Ltd,. Proses akuisisi terus berlanjut hingga akhir tahun 1990an, di mana Unilever juga mengakuisisi Chesebrough-Ponds.

Sedangkan di Indonesia, produknya yang terkenal, antara lain Kecap Bango, Axe, Citra, Clear, CloseUp , Dove, Molto, Lux, Lifebouy, Ponds, Pepsodent, Rexona, Sunslik, Zwitsal, Wipol, Vixal, Super Pell, Sunlight, Rinso, Cif, Domestos, hingga es krim Wall’s.

Brand produk Unilever di Indonesia. l Istimewa

Profil CEO Unilever, Hein Schumacher

CEO Unilever, Hein Schumacher menjadi yang paling disorot sepanjang perang yang dilancarkan Israel kepada Palestina.

Bukan kali ini saja Unilever menjadi salah satu sasaran boikot mengingat perusahaan ini berhubungan erat dengan Israel.

Hal itu karena Unilever tetap berkomitmen untuk memasarkan produk-produk mereka ke Israel meskipun komunitas global kini menjauhi negara tersebut akibat genosida ke Palestina.

Diketahui, sejak Juni 2022 lalu, Unilever mengumumkan telah bekerja sama dengan perusahaan berlisensi Israel, Avi Zinger untuk memasarkan Ben & Jerry, produk es krim unggulan besutan perusahaan tersebut.

CEO Unilever sebelumnya, Alan jope pernah menegaskan bahwa Unilever “berkomitmen penuh” kepada Israel.

Sedangkan Hein yang baru menjabat sebagai CEO sejak Juli 2023, belum mengumumkan sikap resminya atas produk tersebut berkaitan dengan perang yang terjadi di Palestina.

Sebelumnya, Reuters memberitakan bahwa seorang hakim federal Manhattan menolak gugatan terhadap Unilever Plc (ULVR. L) yang mengklaim perusahaan menyesatkan investor AS karena tidak segera mengambil keputusan terkait Ben & Jerry untuk berhenti menjual es krim di wilayah Palestina yang diduduki Israel.

Namun, produsen Ben & Jerry’s tetap memenangkan gugatan karena dukungan kuat terhadap misi sosial yang dilakukan es krim tersebut.

Sosok Hein sendiri merupakan pemimpin bisnis global dengan rekam jejak yang menakjubkan di industri FMCG. Dia adalah CEO Royal FrieslandCampina, bisnis senilai 11 miliar poundsterling yang beroperasi di lebih dari 40 negara dan dengan produk yang dijual di lebih dari 100 negara dari Januari 2018 hingga Mei 2023.

Sebelum ditunjuk sebagai CEO, Hein adalah Chief Financial Officer Royal Friesland Campinas selama tiga tahun. Lalu Hein memulai kariernya sebagai Manajer Keuangan di Unilever, bekerja di Jerman dan Belanda.

Hein menjabat sebagai Direktur Non-Eksekutif Unilever sejak Oktober 2022 hingga pengangkatannya sebagai CEO. Dari Januari 2021 hingga Oktober 2022, beliau adalah anggota Dewan Pengawas C&A AG.

Anak Usaha Unilever 

Dikutip dari laman resminya, www.unilever.com, Unilever saat ini sudah memiliki 7 anak usaha di tuuh negara, yakni:

  1. Unilever Bangladesh
  2. Unilever Nepal
  3. Hindustan Unilever
  4. Unilever Australasia
  5. Unilever Pakistan
  6. Unilever Filipina
  7. Unilever Indonesia

Unilever memiliki lebih dari 400 merek dagang, dengan 14 merek diantaranya memiliki total penjualan lebih dari £1 milliar, yakni: Axe, Dove, Omo, Becel, Heartbrand, Hellmann’s, Knorr, Lipton, Lux, Magnum, Rama, Rexona, Sunsilk dan Surf.

Unilever N.V. dan Unilever plc, beroperasi di bawah satu nama dan dipimpin oleh dewan direksi yang sama. Unilever dibagi menjadi empat divisi utama, yakni Makanan, Minuman dan Es Krim, Perawatan Rumah Tangga, dan Perawatan Tubuh. Unilever memiliki pusat riset dan pengembangan di Inggris, Belanda, Tiongkok, India, dan Amerika Serikat.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer