sukabumiheadline.com – Hotel Horison Sukabumi berdiri megah di Jl. Siliwangi No.68, Kelurahan Kebonjati, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi, Jawa Barat. Tak hanya untuk tempat menginap, banyak warga Sukabumi juga menggunakan hotel ini untuk berbagai keperluan. Dari mulai menginap, rapat hingga menggelar resepsi pernikahan.
Di sisi lain, persaingan industri perhotelan di Sukabumi terbilang sengit. Pemain-pemain besar, baik pengusaha lokal maupun investor asing, bersaing ketat dalam bisnis hotel berbintang. Karenanya, kini mulai berdiri hotel-hotel ternama di kota ini.
Baca Juga: Menghitung jumlah wisatawan, kamar, tempat tidur dan naker hotel di Sukabumi dalam satu tahun
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Salah satu jaringan hotel lokal yang cukup populer adalah Hotel Horison. Jaringan hotel ini berada di bawah PT Metropolitan Golden Management (MGM).
Hotel Horison pertama kali hadir di Indonesia pada tahun 1992 dengan pembukaan Hotel Horison Bandung, yang kemudian merambah ke berbagai kota-kota besar di Tanah Air. MGM sendiri menyasar pasar dari masyarakat menengah, hal ini bisa terlihat dari jaringan hotelnya yang berstatus hotel bintang 3 hingga 4.
Rekomendasi Redaksi: 5 fakta Grand Inna Samudra Beach Sukabumi: Sejarah, biaya pembangunan, arsitek hingga kamar sakral
Sebagai informasi saja, PT MGM merupakan anak usaha perusahaan properti papan atas, PT Metropolitan Land Tbk (kode emiten: MTLA) atau lebih dikenal dengan Metland. Bisa dibilang, pemilik Hotel Horison adalah Metland melalui MGM.
Meski demikian, beberapa Hotel Horison lainnya berstatus kerja sama dengan pihak lain atau sebagai operator hotel. Dikutip dari laman resminya, Metland menguasai 99 persen saham PT MGM.
Selain Horison, perusahaan ini juga mengelola jaringan hotel seperti Arcadia, AzizA, @HOM, HoreX, dan eRBe. Hotel Arcadia, HoreX, dan eRBe merupakan jaringan hotel dengan tarif kelas budget. Sementara Aziza adalah hotel di bawah PT MGM yang menyasar segmen penginapan syariah.
Pemegang saham Metland Metland didirikan oleh konglomerat properti Ciputra bersama dengan enam pengusaha lainnya yakni Ir. Ismail Sofyan, Ir. Budi Brasali, Drs Budiman Kusika, H. Subagdja Prawata, Ir. Soekrisman, Ir. H.Secakusuma.
Ketujuh pengusaha itu merintis perusahaan pengembang perumahan yang awalnya bernama PT Metropolitan Development (MD). Seiring berjalannya waktu, bisnisnya terus berkembang.
Lalu pada tahun 1994, PT Metropolitan Development (MD) membentuk PT Metropolitan Land atau Metland. Salah satu titik balik perusahaan adalah ketika investor asal Singapura, Reco Newtown Pte.Ltd, ikut menjadi pemegang saham. Dengan keberadaan investor baru, bisnis Metland terus berkembang pesat.
Perusahaan juga mencatatkan diri di pasar modal sebagai perusahaan terbuka pada tahun 2011. Mengutip situs perusahaan tercatat Bursa Efek Indonesia (BEI), pemilik Metland saat ini adalah Reco Newtown Pte.Ltd dengan persentase saham 37,5 persen atau sebagai pengendali perusahaan, dan publik 25,08 persen.
Pemegang saham mayoritas kedua adalah PT Metropolitan Persada Internasional sebesar 36,7 persen. Saham perusahaan ini dimiliki para keluarga tujuh pendiri Metland, termasuk Ciputra.
Baca Juga: Mengenal ortu, istri, anak dan sepupu Adrian Zecha, raja hotel dunia asal Sukabumi
Untuk informasi, Reco Newtown Pte Ltd adalah perusahaan investasi yang berbasis di Singapura. Perusahaan ini dikenal karena menjadi pemegang saham strategis di PT Metropolitan Land Tbk (Metland), sebuah perusahaan properti di Indonesia.
Reco Newtown masuk ke Metland pada tahun 2004 dan menjadi pemegang saham asing setelah mendapatkan persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Meskipun menjadi pemegang saham terbesar, Reco Newtown tidak menjalankan hak pengendaliannya, melainkan menyerahkannya kepada PT Metropolitan Persada Internasional.