29.2 C
Sukabumi
Jumat, Mei 3, 2024

Kisah perjalanan spiritual Philippe Troussier, eks pelatih Timnas Vietnam Mualaf

sukabumiheadline.com - Philippe Troussier, mantan pelatih Tim...

Sport Bike Honda Dax 125 MY 2024 Memikat Pecinta Motor Retro, Harga?

sukabumiheadline.com l Motor sport berdimensi ringkas, Honda...

Sandera yang Dilepas Hamas Disebut Alami Stockholm Syndrome, Ini Arti dan Sejarahnya

KontenSandera yang Dilepas Hamas Disebut Alami Stockholm Syndrome, Ini Arti dan Sejarahnya

sukabumiheadline.com l Media sosial X (dulu Twitter) diramaikan dengan istilah stockholm syndrome, terkait masa gencatan senjata antara Hamas dengan Israel di Gaza yang disertai saling melepaskan tawanan.

Warganet menyebutkan bahwa tawanan Hamas yang kebanyakan warga Israel terlihat memiliki raut wajah bahagia serta sempat melambaikan tangan dan berfoto bersama dengan pasukan Hamas.

Beberapa warganet menyebut tawanan Hamas mengalami Stockholm syndrome. “Confirmed Israelis have Stockholm syndrome. A hostage waves and greets Palestinians as they cheer and applaud (Warga Israel dikonfirmasi menderita Stockholm syndrome. Seorang sandera melambaikan tangan dan menyapa warga Palestina sambil bersorak dan bertepuk tangan),” tulis akun @YungravenCEO, Sabtu (25/11/2023).

Stockholm syndrome at it finest (Stockholm syndrome yang terbaik),” ketik @rk_uae, Ahad (26/11/2023).

Dalam sebuah video, terlihat seorang tentara Hamas dan tawanan perempuan saling mengucapkan selamat tinggal satu sama lain.

Mengenal Stockholm Syndrome

Sindrom Stockholm adalah kondisi ketika terbentuk ikatan psikologis dalam diri para sandera kepada para penyanderanya. Sindrom ini dihasilkan dari serangkaian keadaan yang cukup spesifik, yakni ketimpangan relasi kuasa selama masa penyanderaan, penculikan, atau hubungan yang kasar.

Nama sindrom ini diambil dari kejadian perampokan Sveriges Kreditbank di Stockholm pada tahun 1973. Perampok bank tersebut, Jan-Erik Olsson dan Clark Olofsson, memiliki senjata dan menyandera karyawan bank dari 23 Agustus sampai 28 Agustus 1973.

Ketika akhirnya korban dapat dibebaskan, reaksi mereka malah memeluk dan mencium para perampok yang telah menyandera mereka. Mereka secara emosional menjadi menyayangi penyandera, bahkan membela mereka.

Istilah sindrom Stockholm pertama kali dicetuskan oleh kriminolog dan psikiater Nils Bejerot, yang membantu polisi saat perampokan.

Sejarah Stockholm Syndrome

Pada tahun 1973, Jan-Erik Olsson, seorang mantan narapidana menyandera empat karyawan (tiga wanita dan satu pria) Kreditbanken, salah satu bank terbesar di Stockholm, Swedia.

Penyanderaan tersebut terjadi ketika ia merampok bank tersebut meski perampokan itu akhirnya gagal. Dia pada awalnya bernegosiasi dengan salah seorang temannya di penjara yang bernama Clark Olofsson untuk membantunya, yang akhirnya membuat Clark Olofsson keluar dari penjara.

Mereka menahan para sandera selama enam hari (23–28 Agustus) di salah satu brankas bank. Ketika para sandera dibebaskan, tidak satu pun dari mereka yang berusaha untuk menuntut para penculik di pengadilan. Hal yang sebaliknya malah terjadi, mereka mulai mengumpulkan uang untuk membela para penculik tersebut.

Nils Bejerot, seorang kriminolog dan psikiater Swedia menciptakan istilah tersebut setelah polisi Stockholm meminta bantuannya untuk menganalisis reaksi para korban terhadap perampokan bank tahun 1973 dan status mereka sebagai sandera.

Bejerot saat itu berbicara di “sebuah siaran berita pasca pembebasan tawanan” untuk menjelaskan bahwa para sandera berada di bawah pengaruh pencucian otak oleh para penculiknya.

Dia menyebutnya Norrmalmstorgssyndromet (berdasarkan Norrmalmstorg Square, yaitu tempat percobaan perampokan terjadi), yang berarti “sindrom Norrmalmstorg”.

Nama tersebut kemudian dikenal di luar Swedia sebagai sindrom Stockholm.[5] Sindrom ini pada awalnya didefinisikan oleh psikiater Frank Ochberg yang mana ini didefinisikan sebagai suatu langkah untuk membantu pengelolaan situasi penyanderaan.

Analisis mengenai Sindrom Stockholm kemudian diberikan oleh Nils Bejerot setelah dia dikritik di radio Swedia oleh Kristin Enmark, salah satu sandera. Enmark mengklaim bahwa dia telah menjalin hubungan yang baik dengan para penculiknya.

Dia telah mengkritik Bejerot karena membahayakan hidup orang yang disandera dengan berperilaku agresif dan mengganggu para penyandera. Dia telah mengkritik polisi karena menodongkan senjata ke para penyandera sementara para sandera berada di dekat penyandera tersebut.

Dia mengatakan kepada outlet berita bahwa salah satu penculik berusaha melindungi para sandera agar tidak terjebak dalam baku tembak. Dia juga mengkritisi perdana menteri Olof Palme, karena perdana menteri mengatakan kepadanya bahwa dia lebih baik mundur dari jabatan perdana menteri daripada menyerah pada tuntutan para penculik.

Olsson yang tak lain adalah pelaku utama dari perampokan tersebut kemudian mengatakan dalam sebuah wawancara:

“Itu adalah kesalahan para sandera. Mereka melakukan semua yang aku suruh. Jika tidak, aku mungkin tidak berada di sini sekarang. Mengapa tidak ada dari mereka yang menyerangku? Mereka membuat diri mereka sulit untuk dibunuh. Mereka membuat kami terus hidup bersama hari demi hari, seperti kambing, dalam brankas itu. Tidak ada yang kami bisa dilakukan selain saling mengenal.”

Kisah Mary McElroy

Mary McElroy diculik dari rumahnya pada tahun 1933 pada usia 25 tahun oleh empat pria yang menodongkan pistol padanya.

Para penculik tersebut memaksa Mary untuk menurut pada mereka dan kemudian membawanya ke rumah pertanian yang ditinggalkan dan merantai Mary ke dinding. Dia membela para penculiknya ketika dia dibebaskan, menjelaskan bahwa mereka hanyalah para pengusaha.

Mary kemudian terus mengunjungi para penculiknya saat mereka berada di penjara. Dia akhirnya bunuh diri dan meninggalkan catatan bahwa ia meminta supaya keempat penculiknya itu diberi kesempatan, karena para penculiknya tersebut adalah satu-satunya orang yang tidak menganggap Mary sebagai orang yang bodoh.

Kisah Patty Hearst

Patty Hearst, cucu dari penerbit William Randolph Hearst, ditawan dan disandera oleh Symbionese Liberation Army, “sebuah kelompok gerilya perkotaan”, pada tahun 1974.

Dia kemudian diketahui mengkritik keluarganya serta polisi dengan nama barunya, “Tania “. Lalu ia terlihat bekerja sama dengan SLA untuk merampok bank di San Francisco.

Dia secara terbuka menegaskan “perasaan simpatiknya” terhadap SLA. Setelah penangkapannya pada tahun 1975, pengacara Hearst yang bernama F.

Lee Bailey membelanya di pengadilan dengan mengatakan bahwa Hearst mengidap sindrom Stockholm. Namun, pembelaan tersebut tidak berhasil membebaskan atau mengurangi hukumannya di pengadilan.

Hal ini membuat pengacara yang membelanya sangat merasa kecewa. Hukumannya yang berupa tujuh tahun penjara kemudian pada akhirnya diringankan, dan dia diampuni oleh Presiden Bill Clinton karena diberitahu bahwa Hearst tidak bertindak atas kehendak bebasnya sendiri.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer