Sarbumusi Ungkap Akar Masalah Wanita Sukabumi Pilih jadi Buruh Pabrik

- Redaksi

Senin, 5 Juli 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Demo buruh Sukabumi. l sukabumiheadline.com

Demo buruh Sukabumi. l sukabumiheadline.com

SUKABUMIHEADLINE.com l Konfederasi Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (K-Sarbumusi) Kabupaten Sukabumi angkat bicara mengenai permasalahan ketenagakerjaan, di mana kondisi hari ini lebih banyak kaum wanita memilih jadi buruh pabrik.

Ketua K-Sarbumusi Kabupaten Sukabumi, Adi Saparul Ardi menilai inti permasalahan bukan karena perempuan ingin atau tidak menjadi buruh, namun kondisi ekonomi membuat mereka tak punya pilihan lain selain menjadi buruh.

“Sebetulnya persoalan buruh perempuan, bukan hanya bicara soal kemauan si perempuannya juga. Harus ditanya perusahaan kenapa lebih memilih perempuan daripada laki-laki jadi karyawannya. Karena kita lihat 90 persen perusahaan di Sukabumi lebih memilih perempuan. Sebenarnya itu bukan masalah. Yang jadi masalah itu ketika muncul dampak sosial,” kata Adi kepada sukabumiheadlines.com, Senin, 5 Juli 2021.

Adi menambahkan, sejatinya masalah ini muncul karena kondisi ekonomi yang semakin sulit, taraf pendidikan rendah, dan kurangnya keterampilan atau skill. Dan lagi-lagi, itu disebabkan kondisi Kabupaten Sukabumi di mana pemerintahnya tak mampu merespon persoalan ketenagakerjaan ini.

“Coba bandingkan dengan kabupaten/kota industri lainnya, seperti di Tangerang, Bekasi dan Jakarta. Mayoritas perempuan lebih memilih jadi ibu rumah tangga atau berwirausaha. Sebab perusahaanya lebih memilih laki-laki menjadi pekerja daripada perempuan,” imbuhnya.

Baca Juga :  Buntut Perusakan Toll Gate Wisata Ujunggenteng Sukabumi, Polisi Periksa 4 Saksi

Sarbumusi, kata Adi, sejak awal mengusulkan agar laki-laki lebih banyak diserap jadi tenaga kerja daripada perempuan. Sistem yang berlaku di Sukabumi, di mana perempuan lebih banyak bekerja jadi buruh, membawa dampak yang meluas ke segala bidang, salah satunya dampak sosial.

“Menurut saya, harus ada penekanan dari dinas ketenagakerjaan kepada perusahaan-perusahaan di Sukabumi terkait penyerapan tenaga kerja. Setidaknya dengan penekanan ini bisa mengurangi risiko-risiko yang timbul akibat terlalu banyak mempekerjakan perempuan daripada laki-laki,” lanjutnya.

“Kemudian, beri keterampilan yang bisa mendorong minat perempuan untuk berwirausaha, berkarya walaupun memang cukup berat dan perlu waktu lama. Intinya ini bukan karena kemauan seseorang jadi buruh, tapi kondisi Sukabumi hari ini yang mendorong perempuan jadi buruh,” tandas Adi.

Berita Terkait

Membanding volume panen tanaman perkebunan di Sukabumi, teh tak lagi juara dunia
Membanding jumlah Wanita Sukabumi menurut jenis pekerjaan
Ini lho daftar kecamatan juara nyampah di Kabupaten Sukabumi
Kasepuhan Adat Banten Kidul: Dari Lebak ke Sukabumi, Aki Buyut Bao Rosa hingga Abah Asep Nugraha
Profil Lauw Lanny Farida dan PT GPI: Tambang emas di Sukabumi picu banjir lumpur dan gagal panen
Kecamatan mana terbanyak? Membanding penderita kusta dengan jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi
Membanding jumlah investor asing dan dalam negeri menurut jenis usaha di Kabupaten Sukabumi
5 kota/kabupaten berpenduduk terbanyak 2025 dibanding 2024, Sukabumi nambah berapa?

Berita Terkait

Rabu, 23 April 2025 - 16:47 WIB

Membanding volume panen tanaman perkebunan di Sukabumi, teh tak lagi juara dunia

Selasa, 22 April 2025 - 00:33 WIB

Membanding jumlah Wanita Sukabumi menurut jenis pekerjaan

Senin, 21 April 2025 - 03:02 WIB

Ini lho daftar kecamatan juara nyampah di Kabupaten Sukabumi

Kamis, 17 April 2025 - 00:49 WIB

Kasepuhan Adat Banten Kidul: Dari Lebak ke Sukabumi, Aki Buyut Bao Rosa hingga Abah Asep Nugraha

Jumat, 11 April 2025 - 15:08 WIB

Profil Lauw Lanny Farida dan PT GPI: Tambang emas di Sukabumi picu banjir lumpur dan gagal panen

Berita Terbaru