Sejarah Jayagiri sebagai Ibu Kota Kerajaan Sunda Penguasa Nusantara

- Redaksi

Senin, 28 November 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jayagiri, kawasan Ibu Kota Kerajaan Sunda. l Istimewa

Jayagiri, kawasan Ibu Kota Kerajaan Sunda. l Istimewa

SUKABUMIHEADLINE.com l Kerajaan Tarumanegara, adalah kerajaan kuno sang penguasa Nusantara pada tahun 358 Masehi. Kerajaan ini menjadi cikal bakal berdirinya kerajaan Pasundan.

Menurut Manuskrip Prasasti Tatar Sunda Kuno yang ditemukan dibeberapa tempat, disebutkan jika Dayeuh Sundasembawa atau Jayagiri adalah Bekasi saat ini yang menjadi Ibu Kota Kerajaan Tarumanegara, yakni pada 358-669. Hal itu seperti tertuang dalam catatan yang dimiliki Pemkab dan Pemkot Bekasi. Disebutkan bahwa letak Dayeuh Sundasembawa atau Jayagiri adalah di wilayah Bekasi sekarang ini.

Adapun, luas kerajaan itu mencakup wilayah Bekasi, Sunda Kelapa, Depok, Cibinong, Bogor hingga ke wilayah Sungai Cimanuk di Indramayu, Jawa Barat. Tarumanegara merupakan kerajaan tertua kedua di Indonesia setelah Kutai.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Masa Keemasan Raja Purnawarman 

Purnawarman adalah raja ketiga Kerajaan Tarumanegara yang memerintah pada 395-434 masehi. Di bawah kekuasaannya, Kerajaan Tarumanegara mencapai puncak kejayaan, di mana rakyat dipimpin secara bijaksana dan Tarumanegara berhasil menguasai 48 kerajaan daerah.

Baca Juga :  Kisah Raja Tamperan, Penguasa Tatar Sunda yang Hobi Selingkuh

Di masa tersebut, wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara meliputi hampir seluruh Jawa Barat.

Selain itu, ia juga menjalankan beberapa proyek besar. Selama berkuasa, yakni dikenal banyak membuat prasasti yang berisi perjuangan dan pencapaiannya.

Dayeuh Sundasembawa daerah asal Maharaja Tarusbawa (669-723 M) pendiri Kerajaan Sunda dan seterusnya menurunkan raja-raja sampai generasi ke- 40 yaitu Ratu Ragumulya (1567-1579 M) Raja Sunda Kelapa atau disebut juga Kerajaan Padjajaran terakhir.

Bekasi Ibu Kota Kerajaan Sunda

Wilayah Bekasi sendiri tercatat sebagai daerah yang banyak memberikan informasi tentang keberadaan Tatar Sunda pada masa lampau.

Hal itu diketahui setelah ditemukannya empat prasasti yang dikenal dengan nama Prasasti Kebantenan. Keempat prasasti ini merupakan keputusan (piteket) dari Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, Jayadewa 1482–1521 M) yang ditulis dalam lima lembar lempeng tembaga.

Sejak abad ke 5 Masehi pada masa Kerajaan Tarumanegara abad ke 8 Kerajaan Galuh dan Kerajaan Padjajaran pada abang ke 14, Bekasi menjadi wilayah kekuasaan karena salah satu daerah strategis sebagai penghubung Pelabuhan Sunda Kelapa (Jakarta).

Baca Juga :  Bujangga Manik, merekam perjalanan petualang Sunda mengelilingi tanah Jawa

Selain ibu kota Kerajaan Tarumanegara, Bekasi juga memiliki sejarah panjang yang perkembangannya dari zaman ke zaman. Sejak masa Hindia Belanda, pendudukan militer Jepang, perang kemerdekaan Republik Indonesia.

Pada zaman Hindia Belanda, Bekasi masih merupakan Kewedanaan (Distrik), termasuk Regenschap (Kabupaten) Meester Cornelis. Saat itu, kehidupan masyarakatnya masih di kuasai para tuan tanah keturunan Cina (Tianghoa). Kondisi ini terus berlanjut sampai pendudukan militer Jepang.

Pendudukan militer Jepang turut merubah kondisi masyarakat saat itu. Jepang melaksanakan Japanisasi di semua sektor kehidupan dengan melahirkan pahlawan nasional asal Bekasi KH Noer Ali.

Pada waktu Rubaya Suryanaatamirharja menjadi Bupati Jatinegara, tidak lama setelah pendudukan Belanda, Kabupaten Jatinegara dihapus. Kewedanaan Bekasi pun kemudian masuk ke dalam wilayah Batavia En Omelanden. Batas Bulak Kapal ke Timur termasuk wilayah negara Pasundan dalam lingkup Kabupaten Karawang.

Saat ini, Bekasi terbagi menjadi dua wilayah Kota Bekasi dengan Kabupaten Bekasi. Kota Bekasi terbagi 12 Kecamatan dan 56 Kelurahan. Sedang Kabupaten Bekasi terbagi menjadi 23 Kecamatan, 180 Desa, dan 7 Kelurahan.

Berita Terkait

Jika ada warga bunuh diri karena pinjol, Dedi Mulyadi: Gubernurnya gagal
Prabowo Subianto: Banyak pemimpin dunia ingin mencontoh Program Makan Bergizi Gratis
Gugat UU TNI ke MK, mahasiswa UI: Langgar asas keterbukaan
Jabatan baru Wahyu Mijaya, birokrat asal Sukabumi di bawah komando Dedi Mulyadi
Bunyi genderang perang antara Mendikdasmen dengan Gubernur Jawa Barat
Teror ancam kebebasan pers, PBNU: Bukan tradisi bangsa yang beradab
Setelah UU TNI berikutnya RUU Polri, penolakan rakyat diprediksi semakin masif
Gus Dur, Presiden RI yang hapus dwifungsi ABRI dan perkuat supremasi sipil

Berita Terkait

Rabu, 2 April 2025 - 05:00 WIB

Jika ada warga bunuh diri karena pinjol, Dedi Mulyadi: Gubernurnya gagal

Senin, 31 Maret 2025 - 08:00 WIB

Prabowo Subianto: Banyak pemimpin dunia ingin mencontoh Program Makan Bergizi Gratis

Jumat, 28 Maret 2025 - 00:00 WIB

Gugat UU TNI ke MK, mahasiswa UI: Langgar asas keterbukaan

Kamis, 27 Maret 2025 - 20:11 WIB

Jabatan baru Wahyu Mijaya, birokrat asal Sukabumi di bawah komando Dedi Mulyadi

Kamis, 27 Maret 2025 - 01:26 WIB

Bunyi genderang perang antara Mendikdasmen dengan Gubernur Jawa Barat

Berita Terbaru