28.1 C
Sukabumi
Jumat, Juli 5, 2024

Paman Anwar Usman langgar etik lagi, MKMK kembali beri sanksi

sukabumiheadline.com - Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK)...

Yamaha Zuma 125 meluncur, intip harga dan penampakan detail motor matic trail

sukabumiheadline.com - Yamaha resmi memperkenalkan Zuma 125...

Desain Ala Skuter Retro, Intip Spesifikasi dan Harga Suzuki Saluto 125

sukabumiheadline.com l Di belahan dunia lain, Suzuki...

Terbesar di dunia, mengenang masa kejayaan Perkebunan Teh Sinagar Sukabumi

LIPSUSTerbesar di dunia, mengenang masa kejayaan Perkebunan Teh Sinagar Sukabumi

sukabumiheadline.com – Pada masa kolonial Belanda, banyak berdiri perkebunan-perkebunan di wilayah Cibadak seperti Ongkrak, Ardenburg, Malingut, Sukamaju dan Sinagar. Pada awalnya perkebunan tersebut membudidayakan kopi, kemudian beralih teh dan komoditas lainnya.

Mengutip dari sukabumixyz.com, di beberapa perkebunan, seperti Sukamaju dan Cipetir sudah menggunakan teknologi kereta gantung untuk pengangkutan hasil kebun. Bahkan perkebunan Gutta Percha Cipetir merupakan penghasil komoditas yang memengaruhi revolusi telekomunikasi dunia.

Sukamaju sempat pula menjadi penghasil kokain besar pada 1910. Pacuan kuda pertama kali dibangun di Soenia Wenang untuk mengakomodir aktivitas para pekebun.

Yang luar biasa, perkebunan Sinagar yang ditanami teh oleh pemerintah sejak 1842, kemudian pada 29 Juli 1843 lahannya disewakan kepada Tan Soeij Tjiang seorang Letnan Titulair Chinesen dari Buitenzorg (Bogor) yang menanam dan memperdagangkan teh.

Perkebunan Teh Sinagar, Nagrak, Kabupaten Sukabumi
Terbesar di dunia, mengenang kejayaan Perkebunan Sinagar Nagrak Sukabumi – Istimewa

Karena pailit, Tan Soeij Tjiang mengalihkan sewa kepada BB Crone dan anaknya Tan Goan Pouw. Pada 1 Januari 1863, kontrak konsesi Sinagar dijual kepada Van Der Hucht, Albert Holle dan E.J Kerkhoven yang kemudian menjadi Direktur Sinagar.

Kerkhoven termasuk Pranger Planters yang disebut rajanya teh nusantara, dengan pusat bisnis di Sinagar (sekarang masuk Kecamatan Nagrak).

Kerkhoven yang fasih berbahasa Sunda, kemudian mengembangkan perkebunan tersebut dan menambah luas kebun dengan menyewa Cirohani dan menjadi perkebunan NV Sinagar-Cirohani.

Luas lahan yang dimiliki NV Sinagar sekira 1.235 bau. NV Sinagar kemudian kembali memperluas perkebunannya dengan menyewa Munjul (Nagrak) yang berbatasan dengan Ciambar.

Awalnya hanya melakukan diversifikasi teh dan karet. Kemudian pada 1865 dilakukan penanaman kina, dan 1893 dikembangkan pula kopi dan cokelat. Selanjutnya, tahun 1928 ditanami teh secara besar-besaran.

Tahun 1883, bersama Albert Holle, mengubah perkebunannya menjadi Estate Company of Sinagar, Tjirohani. Dia membangun perkebunan dengan sangat tekun sehingga menjadikannya perkebunan terbesar di dunia sekitar tahun 1900an dan dikunjungi banyak traveller luar negri.

Sinagar kota satelit

Dalam perjalanannya, Sinagar terus berkembang dan digambarkan sebagai kota satelit, yaitu tempat terpencil yang lengkap di mana segala hal digelar, baik untuk keperluan operasional kebun maupun kesenangan sang pemilik.

Kerkhoven membangun Sinagar dengan sangat modern, menggunakan teknologi ban berjalan (belt) untuk mesin rolling dan pengering yang pertama dalam produksi teh. Keponakannya, Bosscha, sempat magang di Sinagar mulai Desember 1887 sampai 1895.

Kerkhoven juga memiliki kebun binatang yang berisi hewan banteng, rusa, burung, biawak, kuda, hingga gajah Sumatera yang diberi nama si Tuku. Gajah milik Kerkhoven ini memiliki cerita tersendiri, karena kematiannya disebabkan oleh peluru tuannya.

Perkebunan Teh Sinagar, Nagrak, Kabupaten Sukabumi
Terbesar di dunia, mengenang kejayaan Perkebunan Sinagar Nagrak Sukabumi – Istimewa

Selain itu, ia juga memiliki kebun raya mini dengan sistem pengairan irigasi yang canggih, kabel listrik bawah tanah yang disalurkan dari turbin besar di tempat yang saat ini disebut Gang Turbin.

Kerkhoven juga mendanai gamelan Sari Oneng dan mengirimkan beberapa pegawainya yang memiliki keahlian bermain musik ke luar negeri bersama para musisi Parakansalak, saat turut meresmikan Menara Eiffel di Paris, Prancis, pada tahun 1889. Para musisi ini merupakan pengisi hiburan karyawan perkebunan setiap malam Minggu.

Sinagar juga dikenal sebagai perintis sekolah pribumi pertama. Hal ini terungkap dalam buku karya Prof. PJ Veth berjudul Schetaen Uit Insulinde. Dalam buku tersebut terdapat bab khusus berjudul Inlandsche School Het Land Sinagar.

Dijelaskan, Kerkhoven melengkapi perkebunannya dengan sekolah yang dibiayai sendiri. Disediakan guru-guru lokal yang mahir berbahasa Belanda, serta sebagian guru berasal dari Belanda.

Para siswanya belajar membaca dan menulis di dalam sebuah gudang yang ditata ulang menjadi sebuah ruang kelas. Dibuatlah semacam balai agak tinggi dengan dinding bilik bambu setengah badan dilengkapi bangku pendek.

Seorang penulis bernama Mari Ten Kate sempat mengunjungi Sekolah Sinagar tersebut dan mengabadikannya dalam sebuah lukisan cat air.

Tak hanya itu, alat transaksi saat itu sudah menggunakan token seperti layaknya token bank untuk transaksi keuangan. Alat ini terbuat dari bambu berukuran 1,5 x 10,5 cm, ada tulisan tinta Cina yang tertulis act 8, nominalnya 8 sen.

Dengan sistem ini juga bisa mengontrol keluar masuk karyawan karena dia tidak akan seenaknya kabur sesudah mendapat gaji.

Koran Amerika Sunday Oregonian dan Bunbury Herald dari Australia menyebutnya sebagai perkebunan terbesar di dunia karena memproduksi lebih dari satu juta lbs teh per tahun, dengan 3.000 wanita pemetik teh dan biaya gaji 20 ribu Poundsterling per tahun.

Sayangnya perkebunan tersebut sekarang sudah tidak ada, termasuk jejak kejayaannya sudah menjadi puing.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer