sukabumiheadline.com – Tragedi meninggalnya Raya, balita berusia 4 tahun warga Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, kembali menjadikan kabupaten ini diperbincangkan publik Tanah air.
Bahkan, tragedi meninggalnya Raya tidak hanya menjadi pemberitaan media lokal dan nasional, tapi juga berbagai media luar daerah di Tanah Air.
Meninggalnya Raya membuat Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi murka. Ia berkesimpulan bahwa struktur jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukabumi tidak berjalan dengan baik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Artinya struktur jajaran (di lingkungan Pemkab Sukabumi) tidak berjalan dengan baik. Kan harusnya ada tindakan preventif,” kata Dedi Mulyadi.
“Ini warning untuk semua,” katanya. “Gini lho, di tempat saya ada sekitar 100 orang datang. Di Sukabumi itu, dua Minggu lalu saya menguburkan orang, karena ada orang datang, rahangnya bengkak, kanker. Dua hari setelah dirawat, lalu meninggal dunia. Artinya kan warga yang seperti ini di Sukabumi banyak banget,” papar Dedi Mulyadi.
“Ini kemarin, ada warga (Sukabumi) di Batam, ditipu di kerjaannya. Itu saya yang nanganin. Kalau peristiwa-peristiwa di Sukabumi harus gubernur yang nanganin, lantas pemerintahnya ke mana?” sesal dia.

Sehingga, Dedi Mulyadi mengancam akan menunda bantuan keuangan provinsi untuk Sukabumi.
“Sanksinya anggaran. Padahal, problemnya tinggi banget. Infrastrukturnya paling banyak menyerap anggaran kemungkinan. Rumah korban bencananya ada 9 ribu,” katanya.
“Kan itu perlu cekatan pemerintahnya. Baik bupati, camat sampai kepala desa harus cekatan,” tegas pria yang akrab dipanggil KDM itu.

Seperti diberitakan sukabumiheadline.com sebelumnya, tubuh Raya berisi ratusan cacing gelang berukuran kecil hingga besar, membuatnya hidup dalam penderitaan selama tiga tahun terakhir. Baca selengkapnya: Sukabumi ditampar kasus balita meninggal digerogoti cacing, bak tikus mati di lumbung padi
Tragisnya lagi, ibu dari Raya seorang wanita dengan gangguan kejiwaan. Sedangkan, ayahnya sudah bertahun-tahun menderita TBC. Alhasil, Raya diasuh oleh neneknya yang juga hidup dalam kemiskinan.
Peristiwa ini tidak hanya menampar wajah Pemerintah Desa (Pemdes) Cianaga, tapi juga Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukabumi. Bahkan, membuat geram Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi hingga keluar ancaman untuk memberikan sanksi terhadap desa, Tim Penggerak PKK serta bidan desa setempat. Baca selengkapnya: KDM sanksi Pemdes dan bidan, bocah di Kabandungan Sukabumi meninggal sebab cacingan akut
Apa yang terjadi kepada Raya sangat ironis, mengingat Kabandungan merupakan lokasi proyek Salak Binary, lokasi wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Gunung Salak. Namun di sisi lain, kecamatan ini masih menjadi lumbung kemiskinan di Kabupaten Sukabumi. Baca selengkapnya: Sejarah PLTP Gunung Salak, Setor Puluhan Miliar Rupiah per Tahun ke Kas Pemkab Sukabumi
Namun, faktanya warga tidak mendapatkan keuntungan layak dari tenaga panas bumi yang dihasilkan. Padahal proyek itu sudah peroperasi sejak 1984, bahkan sebelum puluhan PSN baru yang dicetus di era Presiden Joko Widodo. Kabadungan bertahan menjadi lumbung kemiskinan di Sukabumi hingga saat ini!
Sehingga, kasus meninggalnya Raya akibat penyakit cacingan akut, menjadi bak tikus yang mati di lumbung padi. Bagaimana tidak, potret kemiskinan di Kabandungan begitu nyata.
“Ini sangat mengkhawatirkan, mengingat Kabandungan merupakan lumbung kemiskinan. Sebagian besar mereka memang tinggal di dalam area perkebunan,” jelas Kepala Bappelitbangda Kabupaten Sukabumi, Aep Majmudin pada Rabu (11/10/2023) lalu. Baca selengkapnya: Berharap panas geothermal Gunung Salak di lumbung kemiskinan Sukabumi
Untuk informasi, Kecamatan Kabandungan terbagi menjadi 33 Rukun Warga (RW) dan 207 Rukun Tetangga (RT), yang tersebar di 6 desa. Baca selengkapnya: 5 fakta Kecamatan Kabandungan, daerah kaya yang jadi lumbung kemiskinan di Sukabumi