30.9 C
Sukabumi
Jumat, April 26, 2024

Desain Ala Skuter Retro, Intip Spesifikasi dan Harga Suzuki Saluto 125

sukabumiheadline.com l Di belahan dunia lain, Suzuki...

Paman Anwar Usman langgar etik lagi, MKMK kembali beri sanksi

sukabumiheadline.com - Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK)...

Ternyata Ini Penyebab Ledakan Tabung CNG di Cibadak Sukabumi, Kepsek SD Korban Tewas

sukabumiheadline.com l Peristiwa pilu meledaknya tabung gas...

5 Misteri Pendakian Gunung Gemuruh oleh Raffles dan De Wilde di Batas Sukabumi-Cianjur

LIPSUS5 Misteri Pendakian Gunung Gemuruh oleh Raffles dan De Wilde di Batas Sukabumi-Cianjur

SUKABUMIHEADLINE.com l Seiring waktu berjalan selama puluhan hingga ratusan tahun, banyak tempat yang berganti nama sehingga perlahan nama lama sebuah tempat mulai hilang dari ingatan.

Di Indonesia sendiri, banyak nama kota atau provinsi yang berubah, seperti Solo menjadi Surakarta, Ujung Pandang menjadi Makassar dan lainnya. Bahkan, belakangan ramai diperbincangkan nama Jawa Barat akan berganti menjadi Pasundan.

Maka tak heran jika kemudian untuk mengingat kembali, kita harus membuka catatan sejarah.

Salah satu yang telah dilupakan warga Jawa Barat, adalah nama Gunung Gemuruh yang terletak di jalur Sukabumi-Cianjur. Padahal, gunung tersebut pernah menjadi jalur pendakian seorang Gubernur Jenderal Inggris Thomas Stamford Raffles pada ratusan tahun silam.

Berikut 5 fakta pendakian misteri Thomas Stamford Raffles di Gunung Gemuruh yang terlupakan, dirangkum sukabumiheadline.com dari berbagai sumber.

1. Lokasi Gunung Gemuruh

Nama Gunung Gemuruh mulai dilupakan orang-orang. Namun, tidak demikian bagi warga sekitar yang masih mampu mengingat cerita cerita masa silam dari orang tua mereka.

Lokasi Gunung Gemuruh disebut berada di jalur Kabupaten Sukabumi menuju Cianjur. Keberadaan gunung tersebut tampak megah jika Anda memandang ke sebelah Barat.

Gunung Gemuruh
Foto puncak Gunung Gemuruh terbaru dilihat dari puncak Gunung Gede. l Istimewa

Keberadaannya bahkan dapat Anda pandang sejak dari Kecamatan Sukalarang, Kabupaten Sukabumi hingga Gekbrong dan Warungkondang di Kabupaten Cianjur.

Sebuah lukisan sederhana karya W,J. Gordon yang dibuat pada 1844 yang dapat dilihat di situs Lembaga Ilmu Bahasa, Negara dan Antropologi Kerajaan Belanda (KITLV). Lukisan tersebut menggambarkan suasana keseharian penduduk di kaki Gunung Gemuruh.

Tampak dalam lukisan, diperkirakan situasi alam dalam gambar tersebut diambil di wilayah Gekbrong, Kabupaten Cianjur yang berbatasan dengan Kecamatan Sukalarang, Kabupaten Sukabumi.

Salah satu catatan sejarah yang mendukungnya, adalah buku berjudul De Preanger Regentschappen Op Java Gelegen (Keresidenan Priangan di Pulau Jawa) karya Andries de Wilde yang diterbitkan pada 1830 menyebut nama tempat pengambilan lukisan tersebut adalah Gekbrong.

Untuk diketahui, Dw Wilde memiliki nama lengkap Andries Christoffel Johannes de Wilde, seorang Administratur Perkebunan yang memperkenalkan Sukabumi untuk pertama kali di Benua Eropa.

Pada awalnya, De Wilde menyebut Sukabumi dengan “Soeka-Boemi” dan untuk pertama kali mempopulerkannya kepada dunia pada 13 Januari 1815. Baca lengkap: Ini Lho Sejarah Singkat Asal-usul Kota Ini Dinamai Sukabumi

2. Didaki Thomas Stamford Raffles dan Andries de Wilde

Masih dalam buku De Preanger Regentschappen Op Java Gelegen, Andries de Wilde mengaku dirinya pernah mendamping Gubernur Jenderal Inggris Thomas Stamford B. Raffles bersama para pengawalnya mendaki Gunung Gede (Goenong Gedee) melalui jalur Gekbron (Gekbrong) pada 26 Februari 1815.

De Wilde menceritakan pada hari itu, ia dan Raffles serta para pengawal bergerak dari Gekbron lalu menembus perkebunan kopi yang luas hingga tiba di suatu tempat bernama Passier Santong.

Kemudian, mereka melanjutkan perjalanan dengan kuda sekira 3 kilometer hingga tiba suatu wilayah bernama Gossong, setelah melalui jalur yang curam dan terjal.

“Terpaksa kami meninggalkan kuda-kuda di sini (Passier Ipies),” tulis Andries de Wilde dalam bukunya.

Perjalanan kemudian dilanjutkan lagi dengan berjalan kaki memasuki kawasan hutan belantara yang hanya menyediakan jalan setapak dan menanjak.

Pendakian melelahkan hingga tujuh jam waktu perjalanan itu membawa mereka ke puncak gunung pada sekira pukul 12.00 WIB .

Sebelum kembali ke Gekbron, dari puncak gunung mereka menyaksikan pemandangan alam mengagumkan, di mana terdapat lembah dengan dataran luas tanpa pepohonan dan dikelilingi tebing batu vulkanik (saat ini diperkirakan lokasi tersebut adalah Alun-Alun Suryakancana) di sebelah Barat Daya.

3. Gunung Gemuruh adalah Gunung Gede?

Sejumlah sumber menyebut jika masyarakat Bogor, Sukabumi dan Cianjur saat ini menyebut Gung tersebut dengan nama Gunung Gede.

Namun demikian, diketahui jika masih ada sebagian masyarakat sekitar yang menyebut gunung tersebut dengan nama Gunung Gemuruh, bukan atau gunung berbeda dengan Gunung Gede seperti yang disangkakan dikenal saat ini.

“Bukan Gunung Gede sebetulnya mah, tapi Gunung Gemuruh namanya. Memang tembusnya bisa ke Gunung Gede dan Pangrango,” ungkap Satibi (84), penduduk Desa Bunisari, Kecamatan Warungkondang, seperti dikutip dari merdeka.com.

Sejumlah catatan arsip yang tersimpan pada era Hindia Belanda, di mana terdapat sebuah lukisan yang dibuat S. Muller pada 1839, bertajuk Hypsometrische Voorstelling van de grooten weg Tusschen Tjandjor en Buitenzorg menyebut gunung yang berada di depan Gunung Gede dan Gunung Pangrango sebagai Gunung Gemuruh atau Goenong Gamoeroe.

Catatan arsip yang sama juga menyebut jika Gunung Gemuruh memiliki tinggi 2.928 meter di atas permukaan laut atau mdpl. Sedangkan, Gunung Gede berada di ketinggian 3.008 mdpl.

4. Gunung Gemuruh Bukan Gunung Gede

Seakan menguatkan Satibi, Gunung Gemuruh berbeda dengan Gunung Gede. Alasan yang menjadikan pendapat itu muncul. Pertama, jalur pendakian Gekbrong yang masih ada hingga kini merupakan jalur yang terletak persis di kaki Gunung Gemuruh.

Jalur ini memang tidak digunakan secara resmi untuk pendakian konvensional. Biasanya hanya para peziarah yang datang setiap bulan Maulid yang akan memakai jalur ini menuju Leuit Salawe Jajar dan Guha Syahwat.

Kedua, untuk mencapai puncak Gunung Gede dari jalur Gekbrong mau tidak mau para pendaki harus menuju puncak Gunung Gemuruh dulu lalu turun ke Alun-alun Suryakancana. Dari Alun-alun baru kita naik lagi ke puncak Gunung Gede.

Dalam bukunya tersebut di atas, Andries De Wilde, sama sekali tak menyebut mereka turun ke lembah yang pemandangannya menganggumkan itu. Mereka hanya berhenti sampai di puncak (Gunung Gemuruh) saja, lalu kembali ke Gekbrong.

Ada beberapa alasan yang menjadikan pendapat itu muncul. Pertama, jalur pendakian Gekbrong yang masih ada hingga kini merupakan jalur yang terletak persis di kaki Gunung Gemuruh.

Jalur ini memang tidak digunakan secara resmi untuk pendakian konvensional. Biasanya hanya para peziarah yang datang setiap bulan Maulid yang akan memakai jalur ini menuju Leuit Salawe Jajar dan Guha Syahwat.

Kedua, untuk mencapai puncak Gunung Gede dari jalur Gekbrong mau tidak mau para pendaki harus menuju puncak Gunung Gemuruh dulu lalu turun ke Alun-alun Suryakancana. Dari Alun-alun baru kita naik lagi ke puncak Gunung Gede.

5. Gunung Gemuruh Saat Ini

Sementara, mengutip dari blog Aku Sang Pejalan, menjelaskan bahwa Gunung Gemuruh terbuka untuk umum. Namun, kuncen mengingatkan boleh mendaki asal tetap berhati-hati dan tidak melanggar pantangan.

Hal itu karena saat ini jalur pendakian Gunung Gemuruh dikenal sebagai jalur peziarah. Karenanya, tak heran jika ratusan peziarah kerap mendatanginya setiap bulannya.

Pemandangan jalur pendakian Gunung Gemuruh relatif indah dengan kawasan kebun teh yang menghampar.

Seperti pengalaman yang diceritakan De Wilde, jalur pendakian relatif terjal dan curam. Aku Sang Pejalan menyebut ketika mulai memasuki hutan dengan jalur-jalur tipis, terdapat jurang di kanan dan kiri jalan.

“Untuk jalur menurut saya trek standar tidak ekstrim cuma tanjakannya memang konsisten tanpa bonus, kemiringan antar 40-60 derajat,” tulis Aku Sang Pejalan.

5+1. Pendaki Pertama Gunung Gede 

Untuk informasi, mengutip sukabumixyz.com, pendaki pertama Gunung Gede bukan orang Indonesia, melainkan orang berkewarganegaraan Jerman bernama C.G.C. Reinwardt. Ia melakukan pendakian pada April 1819. Reinwardt sendiri merupakan sosok yang mendirikan dan merintis Kebun Raya Bogor. Baca lengkap: Orang Jerman pendaki pertama Gunung Gede, ini 5 fakta milenial Sukabumi udah tahu?

Kini, salah satu faktor yang menarik bagi para pendaki bahwa Gunung Gede memiliki spot terbaik untuk menikmati edelweiss, yaitu di Alun-Alun Surya Kencana. Di spot ini pendaki akan dengan mudah menemukan edelweiss. Biasanya area ini juga sering dijadikan sebagai tempat camping oleh para pendaki.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer