sukabumiheadline.com – Ortodoks, secara umum, mengacu pada kepatuhan terhadap keyakinan atau praktik yang dianggap benar atau tradisional, terutama dalam konteks agama. Dalam Kekristenan, Ortodoks mengacu pada Gereja-Gereja yang mengikuti doktrin yang ditetapkan oleh kredo dan konsili kuno.
Ortodoks dalam konteks agama, adalah kepatuhan pada Ajaran Tradisional. Ortodoks menekankan pada penerimaan dan pemeliharaan ajaran-ajaran agama yang dianggap asli atau tradisional.
Dalam Kekristenan, Ortodoks dapat merujuk pada Ortodoks Timur atau Ortodoks Oriental, yang memiliki perbedaan dalam praktik dan doktrin, tetapi masih dianggap sebagai bagian dari tradisi Kristen yang sama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain itu, istilah Ortodoks juga digunakan dalam agama Yahudi dan Islam untuk merujuk pada pemeluk Yahudi dan Islam yang mengikuti hukum dan tradisi agama secara ketat.
Kristen Ortodoks mirip Islam
Kerudung jilbab bukan hanya milik Muslimah, tetapi juga pemeluk Kristiani. Bahkan, puasa dan ritual dengan gerakan seperti Muslim yang tengah melakukan ibadah shalat juga dilakukan oleh pemeluk Kristen Ortodoks.
Wanita pemeluk Kristen Ortodoks biasanya mengenakan kerudung ketika menjalankan ibadah Liturgi Ilahi, yakni ibadah hari Ahad di Gereja Ortodoks yang berlangsung sekira 2,5 jam. Sementara laki-laki melakukan ibadah di baris kanan. Di beberapa bagian doa, mereka semua mengangkat tangan ke atas dan juga melakukan gerakan berlutut seperti sujud.
Sekilas, pemandangan ini mirip dengan cara umat Islam melakukan ibadah. Namun, ini bukan soal ‘meniru’, melainkan tradisi gereja mula-mula yang masih dipertahankan umat Ortodoks.
Diketahui, sejak zaman dahulu agama semitik, antara Kristen Ortodoks, Yahudi, dan Islam, mempunyai sejumlah kemiripan dalam ibadah. Jadi yang berpuasa, memakai kerudung hingga cadar pun tidak melulu pemeluk Islam.
Tiga agama tersebut merupakan agama yang ajarannya bersumber dari Nabi Ibrahim. Ajaran Yahudi dan Kristen mengacu kepada Ishaq, putra Ibrahim dengan Sarah yang menurunkan Ya’kub.
Sementara Islam mengacu kepada Ismail, putra dari Ibrahim dan Hajar, yang menurunkan bangsa Arab.
Adapun dalam pemahaman pemeluk Kristen Ortodoks, mengangkat tangan dan berlutut merupakan cara berdoa yang dicontohkan Yesus Kristus. Begitu pun dengan gerakan sujud.
Selain itu, di dalam Gereja Ortodoks pun tak banyak kursi disediakan, hanya cukup untuk segelintir anggota saja. Hal ini membuat gereja tampak seperti lantai masjid dengan hamparan karpet.

Berbeda dengan denominasi lain dalam Kristen, tradisi di gereja mula-mula memang tak menggunakan kursi. Namun, seiring perkembangan zaman, penggunaan kursi mulai diperbolehkan.
Selain itu, umat Ortodoks juga menjalankan ibadah sembahyang yang gerakannya lebih mirip shalat dalam Islam, dan puasa. Sebagai agama yang lebih dulu muncul dan menggunakan ajaran mula-mula, Kristen Ortodoks telah menjalankan praktik shalat lebih awal.
Hal itu sesuai ajaran Ortodoks dalam Alkitab yang disebutkan bahwa shalat menurut Nabi Daniel dilakukan sehari tiga kali. Sedangkan, menurut Nabi Daud dilakukan sebanyak 7 kali.
Sementara itu, untuk puasa, umat Ortodoks mempunyai banyak hari untuk berpuasa, yakni 6 bulan dalam satu tahun merupakan hari puasa yang dilakukan dengan berbagai pantangan, seperti daging dan produk turunannya.
Dalam ajaran Ortodoks, puasa hukumnya wajib. Puasa dilakukan mulai jam 18.00 hingga pukul 15.00 keesokan harinya sesuai ajaran terdahulu. Adapun waktu puasa, antara lain 40 hari jelang Natal, puasa sekira 3 pekan untuk mengenang Bunda Maria, dan puasa Rasul Peter dan Paul juga selama 3 pekan.
Selain pantangan memakan daging, ada hari-hari tertentu yang hanya memperbolehkan makan sayur dan buah saja, dan hari khusus dilarang menggunakan minyak.
Selain itu, Ortodoks juga mengajarkan puasa rutin layaknya puasa sunnah Senin-Kamis dalam Islam, yakni setiap hari Rabu-Jumat. Puasa dalam Ortodoks juga dilakukan untuk menahan lapar dan menahan hawa nafsu.
Kristen Ortodoks di Indonesia
Kristen Ortodoks adalah salah satu denominasi Kristen tertua yang berakar pada tradisi Gereja Timur, terutama Gereja Ortodoks Yunani dan Gereja Ortodoks Rusia.
Kata “Ortodoks” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ajaran yang benar” atau “keyakinan yang tepat”. Di Indonesia, Kristen Ortodoks diperkenalkan oleh Romo Arkhimandrit Daniel B.D Byantoro dan telah diakui sebagai lembaga gerejawi yang sah oleh Kementerian Agama Republik Indonesia.
Ciri khas Kristen Ortodoks
Umat Ortodoks percaya pada satu Tuhan yang diwahyukan dalam Kitab Suci sebagai Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
Gereja Ortodoks menekankan pentingnya tradisi gereja yang diwariskan dari gereja perdana, dengan liturgi yang kaya simbolik dan spiritualitas kuno. Ikon memiliki peran penting dalam ibadah dan doa Ortodoks, melambangkan kehadiran Allah dan para kudus.
Puasa dan pertobatan merupakan bagian penting dari praktik keagamaan Ortodoks, sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Umat Ortodoks, khususnya perempuan, dianjurkan untuk menutup kepala mereka dengan kerudung saat beribadah sebagai tanda penghormatan.
Gereja Ortodoks di Indonesia mengikuti tradisi dan ajaran Kristen Ortodoks Timur, dengan penekanan pada kekunoan dan keaslian ajaran. Meskipun memiliki perbedaan dengan gereja Kristen lainnya, seperti perbedaan kalender liturgi, Kristen Ortodoks tetap teguh dalam mempertahankan tradisi dan ajarannya.
Keberadaan Kristen Ortodoks di Indonesia menunjukkan keberagaman agama dan budaya yang ada di negara tersebut. Kristen Ortodoks bukanlah agama baru, melainkan salah satu denominasi Kristen tertua yang memiliki akar sejarah yang kuat.
Gereja Ortodoks di Indonesia memiliki sejarah penyebaran dan penerimaan yang unik, dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan komunitas lintas agama.